Saat ini penekanan arah pembangunan kesehatan lebih diarahkan pada upaya promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
Hal tersebut disampaikan Wakil Menteri Kesehatan, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D, dalam sambutannya saat menghadiri acara Gerakan Indonesia Cinta Sehat (Gita Sehat), 15 September 2012 di Lapangan Silang Monas Jakarta.
Wamenkes mengatakan, telah banyak kemajuan yang dicapai dalam pembangunan kesehatan, Umur Harapan Hidup semakin meningkat, Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi dan Prevalensi Gizi Kurang semakin menurun. Melalui pembangunan kesehatan yang berkesinambungan diharapkan status kesehatan masyarakat Indonesia akan terus meningkat, terutama dalam kualitasnya. Kementerian Kesehatan sendiri lebih dari separuh dari anggaran kesehatannya dialokasikan untuk promosi dan prevensi.
Aksi Gerakan Indonesia Cinta Sehat merupakan salah satu bentuk upaya promotif preventif yang penekanannya lebih memfokuskan kepada upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, menekankan bagaimana orang sehat tetap sehat.
“Istilah dari Presiden ‘Sehat Dengan Gratis”. Sakit dengan gratis untuk orang miskin sudah biasa tetapi sehat dengan gratis merupakan satu istilah baru yang perlu dilembagakan dan orang yang beresiko sakit kita jaga untuk tidak jatuh sakit”, ujar Prof. Ghufron.
Banyak masalah kesehatan atau penyakit yang dapat dicegah bila kita memperhatikan perilaku sehat. Penyakit Tidak Menular (PTM), seperti jantung, kanker, diabetes melitus yang sebetulnya dapat dicegah sekarang ini merupakan kontribusi penyebab kematian di Indonesia cukup besar dengan jumlah proporsinya juga cukup besar pula, termasuk pembiayaannya juga sangat besar, yaitu 60% dari pembiayaan kesehatan seluruh masyarakat di Indonesia untuk PTM.
PTM dapat dicegah bila kita melakukan aktifitas fisik secara teratur, tidak merokok, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan pola makan yang baik. Sebagai contoh penyakit diare dapat dicegah bila kita selalu mencuci tangan pake sabun sebelum makan, gizi buruk dapat dicegah bila ibu selalu membawa balitanya setiap bulan ke posyandu, Demam Berdarah dapat dicegah bila kita selalu menjaga kebersihan lingkungan dan melaksanakan 3M Plus (mengubur, menutup, menguras serta menghindari gigitan nyamuk), kematian ibu dan anak dapat dicegah bila ibu selalu memeriksakan kehamilannya paling tidak minimum 4 kali selama kehamilan di petugas kesehatan atau di pusat-pusat pelayanan kesehatan dan ibu melahirkan juga harusnya di fasilitas pelayanan kesehatan, kata Prof. Ghufron.
Perlu diketahui bahwa Kementerian Kesehatan sudah mencanangkan program Jaminan Persalinan (Jampersal) untuk seluruh ibu bersalin yang belum memiliki jaminan kesehatan apapun, kematian ibu dan anak dapat dicegah bila ibu selalu menjaga kesehatannya, melakukan pemeriksaan Ante Natal Care (ANC) dan bisa menelpon beberapa rumah sakit yang sudah mengembangkan sistem pengendalian kegawatdaruratan terpadu. Pada tahun 2014 Sistem Jaminan Sosial Nasional bidang kesehatan atau BPJS Kesehatan mulai dioperasionalkan di Indonesia, seluruh masyarakat Indonesia secara bertahap akan memiliki jaminan kesehatan untuk dapat akses ke pelayanan kesehatan dengan mudah. Upaya kesehatan terutama melalui Jaminan Kesehatan Nasional perlu diimbangi dengan upaya promotif preventif yang signifikan, bila tidak dikhawatirkan masyarakat mengabaikan pentingnya upaya kesehatan dan pencegahan penyakit sehingga terjadi pemborosan pembiayaan kesehatan untuk pengobatan, oleh karena itu sehat dengan gratis dan gerakan promotif preventif seperti Gita Sehat perlu kita dukung bersama, tegas Prof. Ghufron.
Prof. Ghufron mengatakan bahwa permasalahan kesehatan tidak dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan saja, oleh sebab itu peningkatan upaya kesehatan melalui aksi Gita Sehat perlu terus didorong, dikembangkan, ditingkatkan kesinambungannya dengan melibatkan berbagai lintas program, lintas sektor, organisasi masyarakat, organisasi profesi dan dunia usaha.
Semakin kompleksnya masalah kesehatan di masa yang akan datang memerlukan upaya yang lebih besar guna menumbuhkan gerakan kesehatan di masyarakat. Peran serta masyarakat dalam upaya promotif preventif perlu terus ditingkatkan melalui upaya pemberdayaan masyarakat dan kemitraan terus dibina. Peran serta tersebut digalang melalui gerakan-gerakan kesehatan masyarakat. Beberapa gerakan kesehatan yang telah didorong oleh pemerintah dalam pembangunan kesehatan, antara lain Gerakan Indonesia Bersih Sehat Asri (Berseri), Gerakan Jumat Bersih, Gerakan 3M Plus, Gebrak Malaria, Gerakan Sadar Gizi dan lain-lain. Diharapkan dengan adanya gerakan-gerakan tersebut dapat mempercepat pencapaian tujuan pembangunan kesehatan, juga mengefektifkan dan mengefisiensikan pembiayaan kesehatan.
Di akhir sambutannya Prof. Ghufron menekankan pola perilaku termasuk perilaku merokok harus dihindari.
“Kalau ada gerakan-gerakan yang mendukung masyarakat Indonesia untuk sakit dengan rokok mari kita upayakan kesadaran kepada mereka, agar kontribusi terhadap peningkatan kesehatan masyarakat Indonesia semakin signifikan”, ajak Prof. Ghufron.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: (021) 52907416-9, faksimili: (021) 52921669, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC): <kode lokal> 500-567 dan 081281562620 (sms), atau e-mail kontak@depkes.go.id