Sehat Negeriku
No Result
View All Result
Sabtu, 21/06/2025
  • Beranda
  • Rilis Sehat
  • Foto Sehat
  • Video Sehat
  • Infografis
  • Komik Sehat
  • Mediakom
  • Majalah
Langganan Newsletter
  • Beranda
  • Rilis Sehat
  • Foto Sehat
  • Video Sehat
  • Infografis
  • Komik Sehat
  • Mediakom
  • Majalah
No Result
View All Result
Sehat Negeriku
No Result
View All Result

Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Merupakan suatu Kesatuan

Rokom by Rokom
21 November 2012
Reading Time: 3 mins read
A A
0
blank
Bagikan di FacebookBagikan di WhatsappBagikan di Line
blank
Menkes RI, dr. Nafsiah Mboi, SP.A, MPH, saat memukul gong pada pembukaan kegiatan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi ke-X, Jakarta (21nov12). Puskom Publik Kemenkes RI (MY)

Pangan dan gizi merupakan unsur yang sangat penting dalam peningkatan produktivitas nasional dan perbaikan kualitas hidup penduduk. Penyediaan pangan harus memenuhi kebutuhan gizi, keamanan pangan dan terjangkau seluruh individu setiap saat. Ketahanan pangan dan perbaikan gizi merupakan suatu kesatuan. Oleh karena itu, jika kita membahas mengenai ketahanan pangan, kita juga harus membicarakan perbaikan gizi, begitu pula sebaliknya.

Demikian pernyataan Menkes RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, saat membuka kegiatan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi ke X tahun 2012 di Jakarta (20/11). Hadir dalam kegiatan tersebut Menteri Riset dan Teknologi, Prof. Dr, Ir, H. Gusti Muhammad Hatta, MS; Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Prof. Dr. Armida Salsiah Alisjahbana, SE, MA; Kepala Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof. Dr. Lukman Hakim, M.Sc; Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Dra. Lucky S. Slamet, Apt. , M. Sc; Perwakilan dari UN Secretary General for Food and Nutrition, Dr. David Nabarro; dan Team Leader for Healthier Rice and Golden Rice, Network Coordinator IRRI, Dr. Gerard Barry.

“Keadaan gizi masyarakat adalah indikator utama ketahanan pangan, sedangkan kemandirian dan kearifan lokal merupakan perwujudan semangat menuju kedaulatan pangan”,  ujar Menkes.

Ketahanan pangan nasional kerap menghadapi tantangan, baik dari lingkungan dalam negeri maupun global.

Tantangan ketahanan pangan yang sering muncul dari dalam negeri seperti penyediaan lahan pertanian produktif, penyediaan infrastruktur pertanian yang memadai, stabilisasi harga pangan dalam negeri, distribusi pangan yang merata dalam lingkup wilayah geografis yang luas, dan menjamin sistem produksi pangan yang tahan terhadap gangguan bencana alam. Sementara itu, di lingkungan global diwarnai oleh perubahan iklim yang sangat drastis; konflik pemanfaatan global terhadap sumberdaya pertanian bagi penyediaan pangan, pakan, dan energi; semakin protektifnya negara maju terhadap produk pangan dan sektor pertanian; serta format perdagangan bebas melalui World Trade Organization (WTO).

“Kondisi global ini mengganggu kapasitas produksi pertanian dan pertumbuhan harga pangan dari beberapa komoditas”, kata Menkes.

Sampai saat ini, Indonesia masih dihadapkan pada masalah gizi. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 menunjukkan prevalensi gizi kurang pada Balita masih sebesar 17,9%. Angka ini masih berada di atas target target MDGs pada tahun 2015, yaitu 15,5%.

“Hal lain, prevalensi balita pendek (stunting) juga masih tinggi, yakni 1 diantara 3 anak balita”, tambah Menkes.

Menkes juga menyatakan bahwa di sisi lain, prevalensi gizi lebih semakin meningkat. Saat ini diperkirakan 14,2% balita mengalami gizi lebih atau kegemukan. Bahkan, pada kelompok dewasa, prevalensi gizi lebih mencapai 21%.

“Gizi lebih adalah salah satu risiko utama penyakit tidak menular yang merupakan penyebab utama penyakit tidak menular (PTM) yang merupakan penyebab utama kematian di Indonesia”, tambah Menkes.

Selain itu, dari segi konsumsi pangan, angka Pola Pangan harapan (PPH) yaitu ukuran mutu gizi dan keragaman konsumsi pangan penduduk Indonesia juga masih rendah, ditandai dengan masih rendahnya konsumsi sayur, buah dan pangan hewani.

Menkes mengatakan, dalam meningkatkan ketahanan pangan di era global, kita tidak dapat hanya bertumpu pada beras. Program pangan yang selalu terkonsentrasi pada beras akan menciptakan ketergantungan pada satu komoditi pangan pokok saja. Oleh karena itu, diversifikasi dengan meningkatkan keberagaman ketersediaan pangan, perlu selalu diupayakan.

“Kita juga perlu menyadarkan dan mengubah pola piker masyrakat bahwa makan bukanlah sekedar makan nasi dan asal kenyang, melainkan harus ada keseimbangan gizi”, kata Menkes.

Menkes menyatakan bahwa masalah pangan dan gizi sangat kompleks. Karena itu, upaya penanganannya perlu melibatkan berbagai ahli, disiplin dan profesi. Saya menginginkan agar perencanaan program pangan dan gizi selalu didasarkan pada data yang akurat dan mencerminkan realitas.

Di samping itu, kemajuan ilmu dan teknologi pangan berkembang dengan pesat yang bukan hanya berdampak positif tetapi juga negatif. Dampak positifnya adalah menghasilkan peningkatan kuantitas dan kualitas pangan, lebih higienis, serta lebih ekonomis dan praktis. Sedangkan dampak negatifnya adalah penggunaan zat adiktif dapat membahayakan kesehatan konsumen dan makanan yang dihasilkan banyak mengandung residu pestisida serta obat hewan.

“Pangan yang tidak aman dan tidak bermutu akan menghambat peningkatan derajat kesehatan dan tingkat pendidikan, jika terus dikonsumsi oleh masyarakat”, terang Menkes.

Saat ini, salah satu inisiatif untuk ketahanan pangan dan gizi adalah menghimpun dukungan untuk pelaksanaan Gerakan nasional Sadar Gizi dengan fokus pada Percepatan Perbaikan Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan atau Scaling Up Nutrition.

“Kita sudah memiliki Dewan Ketahanan pangan dan kita mempunyai Badan Ketahanan Pangan yang melaksanakan aspek teknis. Namun, karena persoalan pangan bersifat multidimensi, untuk mewujudkan ketahanan pangan diperlukan sinergi dan partisipasi aktif berbagai Lembaga dan Kementerian”, jelas Menkes.

Setiap empat tahun sekali, Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) diselenggarakan dalam rangka membahas berbagai isu tentang pangan dan gizi yang selalu dinamis. Pertemuan ini dihadiri oleh para pakar dari berbagai disiplin ilmu dan keahlian, dapat dihasilkan pemikiran, ide, dan bahkan angka-angka yang dapat dipakai sebagai bahan penyusunan kebijakan pangan dan gizi.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: (021) 52907416-9, faksimili: (021) 52921669, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC): <kode lokal> 500-567 dan 081281562620 (sms), atau e-mail [email protected].

ShareSendShare
Rokom

Rokom

Redaksi Sehat Negeriku

Informasi Terkait

blank

Berani Tes, Berani Lindungi Diri, Kemenkes Targetkan Eliminasi HIV dan IMS Tahun 2030

21 Juni 2025
blank

Peningkatan RSUD Buton Utara ke Tipe C, Perkuat Layanan Kesehatan di Wilayah Kepulauan

21 Juni 2025
blank

Kolegium Kebidanan Luncurkan Kurikulum Baru: Bekal Baru bagi Calon Bidan Indonesia

20 Juni 2025
blank

Para Pemimpin Dunia Bersatu untuk Mempercepat Upaya Eliminasi Kanker Serviks

19 Juni 2025
blank

Kementerian Kesehatan Indonesia dan Philips Tandatangani Memorandum Saling Pengertian (MoU) untuk Perkuat Ketahanan Sistem Kesehatan

19 Juni 2025
blank

Layanan TBC Itu Gratis, Pemerintah Tegaskan Komitmen Lindungi SDM Indonesia

19 Juni 2025
Next Post
blank

Menkes: Ada Tiga Kelompok Permasalahan Gizi di Indonesia

blank

Menkes Ungkap Tantangan dan Peluang Pembangunan Gizi

Tweet oleh @KemenkesRI
Umum

Berani Tes, Berani Lindungi Diri, Kemenkes Targetkan Eliminasi HIV dan IMS Tahun 2030

21 Juni 2025
Umum

Peningkatan RSUD Buton Utara ke Tipe C, Perkuat Layanan Kesehatan di Wilayah Kepulauan

21 Juni 2025
Umum

Prioritaskan Jemaah yang Sakit, KKHI Makkah Bergerak Cepat Layani Program Evakuasi Tanazul

20 Juni 2025
Berita Utama

Kolegium Kebidanan Luncurkan Kurikulum Baru: Bekal Baru bagi Calon Bidan Indonesia

20 Juni 2025

Rekomendasi Artikel

blank

COVID-19 Kembali Merebak di Luar Negeri, Masyarakat Diminta Waspada

20 Mei 2025
blank

Kini Check In PeduliLindungi Bisa Lewat Website

30 September 2022
blank

Cek Kesehatan Gratis Kado Ulang Tahun Dimulai, Ini 3 Cara Daftar

10 Februari 2025

Berita Populer

  • blank

    Masyarakat Umum Sudah Bisa Booster Kedua

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Besok PeduliLindungi Resmi Bertransformasi Menjadi SATUSEHAT Mobile

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Beri Perlindungan Tambahan, Lansia Diberikan Vaksin Booster Kedua

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sertifikat Vaksin & Data Bermasalah? Ini Solusinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penerbitan STR Seumur Hidup Lebih Mudah Lewat Portal SATUSEHAT SDMK

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Sehat Negeriku

Sehat Negeriku adalah kanal berbagi informasi tentang kegiatan Kementerian Kesehatan, baik berupa rilis yang dikeluarkan Kemenkes, dokumentasi foto dan video, maupun tulisan ringan seputar info-info kesehatan.

Jejaring Website Terkait

  • Kementerian Kesehatan RI
  • Biro Komyanmas

Informasi Lainnya

  • Tentang Sehat Negeriku
  • Peta Situs
blank
Infografis

Jadwal Skrining Anda dan Keluarga

Jadwal Skrining Sesuai Siklus Hidup

22 September 2023
blank
Infografis

Hari Tanpa Tembakau Sedunia

31 Mei 2019
blank
Infografis

Lebaran Sehat

19 Februari 2019
blank
Infografis

Mudik Sehat dan Aman

19 Februari 2019
blank
Infografis

Lansia Indonesia

19 Februari 2019

© 2021 Sehat Negeriku - Biro Komunikasi & Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Rilis Sehat
  • Foto Sehat
  • Video Sehat
  • Infografis
  • Komik Sehat
  • Mediakom
  • Majalah
Langganan Newsletter

© 2021 Sehat Negeriku - Biro Komunikasi & Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI.