Kementerian Kesehatan RI sedang mengembangkan upaya untuk meningkatkan kemandirian keluarga/orang tua dari anak penyandang disabilitas (difabel). Pemberdayaan dilakukan dengan memberikan perawatan kesehatan, pola asuh anak, dan upaya perlindungan dari penyakit, serta rehabilitasi disabilitas di tingkat keluarga. Program ini difokuskan pada peningkatan kemampuan tenaga kesehatan dalam membina orang tua/keluarga dari anak difabel. Program ini berguna untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemandirian keluarga/orangtua dari anak dengan disabilitas dalam memberikan perawatan kesehatan, pola asuh anak dan upaya perlindungan terhadap penyakit serta rehabilitasi disabilitas di tingkat keluarga.
Demikian disampaikan Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, pada Peringatan Hari Ulang Tahun Yayasan Penyandang Anak Cacat (YPAC) ke-60, Inspiring Talkshow “Meniti Puncak Teratas dalam Keterbatasan”, Jakarta (5/1).
Menkes menjelaskan bahwa Kementerian Kesehatan terus mengembangkan kebijakan dan strategi dalam upaya pembinaan kesehatan bagi anak dengan disabilitas. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kemandirian anak sesuai potensi yang dimilikinya serta terpenuhinya hak anak di bidang kesehatan.
Program yang dilakukan mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif melalui pelayanan kesehatan sejak di tingkat Puskesmas dan rujukan di rumah sakit. Pelayanan yang diberikan menggunakan pendekatan life cycle dimana upaya promotif dan preventif dilakukan sejak masa remaja, masa kehamilan, persalinan dan periode golden age. Pada masa remaja, upaya yang dilakukan fokus pada kesehatan dasar dan kesehatan reproduksi.
“Kesehatan remaja berkontribusi terhadap periode dewasa, dimana remaja akan menjadi calon ibu yang diharapkan dapat melahirkan anak-anak yang sehat. Selain itu, saat memasuki masa kehamilan, asupan gizi dan pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala penting dilakukan untuk mengenali tanda-tanda bahaya selama kehamilan yang berdampak terhadap tumbuh kembang anak”, jelas Menkes.
Upaya lain yang telah dilakukan antara lain dengan merintis program Skrining Hipotyroid Kongenital (SHK), meskipun masih dalam wilayah yang sangat terbatas. SHK merupakan upaya mendeteksi sedini mungkin saat bayi baru lahir untuk mengetahui adanya gangguan yang diakibatkan karena kekurangan hormon tiroid yang menyebabkan anak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental
Selanjutnya, pada periode golden age, dilakukan pemberian imunisasi diantaranya imunisasi Polio yang dapat mencegah anak dari disabilitas fisik karena penyakit Polio dan pemberian Vitamin A untuk mencegah terjadinya gangguan penglihatan. Di samping itu, dilakukan juga Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) yang bertujuan untuk memantau tumbuh kembang anak.
“Ini penting untuk mengidentifikasi lebih awal bila terdapat kelainan pada anak sehingga dapat dilakukan intervensi dini dan mengurangi derajat kecacatan pada anak”, kata Menkes.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jendral Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline