Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan aksi terpadu untuk menurunkan angka kejadian penyakit menular berbasis lingkungan, salah satunya yang paling umum adalah diare.
Demikian disampaikan oleh Direktur Penyehatan Lingkungan, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI, drh. Wilfred H. Purba, M.Kes, pada acara temu media sebagai rangkaian acara Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia yang ke-6 tahun 2013, di Lingkungan Kemenkes RI (18/10).
Berdasarkan laporan B09 untuk Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) tahun 2013 terdapat 14.189 desa yang melaksanakan STBM. Sementara itu ditargetkan pada tahun 2014 sekitar 20.000 desa dapat melaksanakan program STBM.
Dasar hukum STBM yaitu sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 852 Tahun 2008 tentang strategi nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). STBM adalah satu program nasional Indonesia di bidang sanitasi yang dipegang oleh Kementerian Kesehatan sebagai leading sector. Strategi nasional untuk program STBM yaitu dengan menciptakan lingkungan yang kondusif, peningkatan kebutuhan, peningkatan penyediaan, pengelolaan pengetahuan, pembiayaan dan pemantauan.
Selain itu, STBM juga merupakan pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
Masyarakat yang melaksanakan 5 pilar STBM adalah masyarakat yang telah mencapai kondisi sanitasi total yaitu dengan Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS), Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), Pengelolaan Air Minum di Rumah Tangga (PAM RT). Pengelolaan sampah rumah tangga, dan Pengelolaan limbah cair rumah tangga.
“Studi WHO 2007, menyatakan bahwa dengan modifikasi lingkungan (perpaduan antara intervensi pengelolaan air minum, CTPS, akses jamban yang layak, akses air minum yg layak) akan mampu menurunkan angka diare hingga 94 %”, ujar drh. Wilfred.
Menambahkan berdasarkan Kajian Analisa Risiko Kesehatan Lingkungan (EHRA) di 55 kab/kota tahun 2013 yang melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di 5 waktu penting hanya 18,5%, kemudian yang melakukan CTPS setelah menceboki anak hanya 35,1%, yang melakukan CTPS setelah buang air besar sebanyak 70,8%, yang melakukan CTPS sebelum makan sekitar 75,1%, yang melakukan CTPS sebelum memberikan makan anak hanya 30,1%, dan yang melakukan CTPS sebelum menyiapkan masakan hanya 37,8%.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline