Latar belakang dipilihnya isu ini untuk dibahas pada acara Konferensi Tingkat Menteri Kesehatan ke 4 OKI adalah cakupan vaksinasi di negara anggota OKI sedikit lebih rendah dari pada cakupan di negara berkembang lainnya. Hal ini secara umum disebabkan oleh kurangnya pembiayaan dan supply yang tidak cukup serta faktor keterbatasan akses di remote area. Kapasitas produksi obat dan vaksin di negara anggota OKI relatif tidak cukup (inadequate). Oleh karena itu negara anggota OKI berinisiatif untuk menjalin kerjasama dalam kemandirian penyediaan dan produksi farmasi termasuk vaksin.
Indonesia sangat mendukung agenda OKI untuk mempromosikan kemandirian dalam produksi farmasi termasuk vaksin melalui peningkatan kapasitas produksi. Indonesia menyambut dengan tangan terbuka kesempatan dalam membangun jaringan, berbagi pengetahuan dan pengalaman serta kerjasama antara negara-negara anggota OKI. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wamenkes RI, Prof. Dr. Ali Gufron Mukti, MSc, PhD, pada sesi the 7th Steering Committee on Health (SCH) OIC Meeting.
Indonesia memiliki produsen vaksin yang telah memenuhi standar prakualifikasi Badan Kesehatan Dunia (WHO), yaitu Bio Farma-Indonesia. Hingga saat ini hanya ada dua produsen vaksin dari negara anggota OKI yang telah memenuhi standar prekualifikasi dari WHO, satu lagi adalah dari Pasteur Institute Senegal. Bio Farma Indonesia memiliki 11 produk yang telah direcognize oleh WHO, sementara produsen dari Senegal memiliki 1 produk.
Biofarma sejak lama telah berpengalaman dalam riset, produksi, pengiriman dan pendistribusian vaksin ke lebih dari 126 negara di dunia. Demikian pernyataan dr. Iskandar, Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) dalam sesi diskusi panel Kemandirian dalam Penyediaan dan Produksi Farmasi Termasuk Vaksin pada acara Konferensi Tingkat Menteri Kesehatan ke 4 OKI.
PT Bio Farma (Persero) sebagai produsen vaksin di Indonesia telah memiliki pengalaman dalam forum global, di antaranya penyelenggara TCTP, program pelatihan negara-negara ketiga, komite eksekutif dan presiden DCVMN, giat dalam aktivitas Jejaring Negara-negara Produsen Vaksin, Badan Pendamping GAVI, dan sebagainya.
“Oleh karena itu kami yakin Indonesia memiliki kompetensi dan keahlian jika ditunjuk sebagai pemimpin dalam rangka pembentukan pusat unggulan produk-produk biologis bagi negara-negara anggota OKI,” lanjut dr. Iskandar.
Self Reliance Vaccine Production and Availability menjadi salah satu visi OIC Indonesia untuk menjadi hub of vaccine technology. Kemajuan teknologi vaksin di Indonesia terbukti dengan diluncurkannya vaksin baru Pentavalent yang diproduksi mandiri oleh Bio Farma, untuk dimasukkan ke dalam Program Imunisasi nasional. Vaksin tersebut disebut Pentavalen, karena merupakan gabungan dari 5 antigen, yaitu DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus), Hepatitis B, serta Haemophilus influenza tipe B (HiB). Pencanangan telah dilakukan oleh Menteri Kesehatan pada pertengahan tahun 2013 di Karawang, Jawa Barat.
“Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui hotline <kodelokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, dan e-mail
[email protected]. Dapat juga menghubungi Pusat Kerjasama Luar Negeri (PKLN) Kementerian Kesehatan RI, melalui alamat email
indonesia.oicmeetings@gmail.com (CP: Bpk. Dicky Budiman, MD, MScPH
+62812 1993 7313)”