Jenewa – Malaria masih menjadi masalah dunia termasuk di 11 negara WHO SEAR yaitu Bangladesh, Butan, PDR Korea, India, Indonesia, Maldives, Myanmar, Nepal, Srilanka, Thaland, dan Timor Leste. Namun demikian program pengendaiannya terus menunjukkan hasil yang signifikan.
SEAR mengangkat masalah ini di WHA berdasarkan pengalaman dan beberapa data yang ditemukan program pengendalian malaria di SEAR selama dekade terakhir. Semua negara endemik malaria di SEAR memiliki kemajuan signifikan untuk menghilangkan malaria sebelum 2030. “Tiga negara di SEAR yang berkontribusi lebih dari 90% kasus malaria dan kematian telah mengalami kemajuan signifikan”, demikianpernyataan delegasi Indonesia. Sisa beban tinggi malaria di SEAR, ada pada daerah-daerah yang susah dijangkau, seperti hutan atau pinggiran hutan, daerah perbatasan dengan negara tetangga dimana akses terhadap pelayanan kesehatan merupakan kendala, dan proyek-proyek pembangunan seperti agro-kehutanan, pertambangan, perkebunan dan konstruksi jalan serta bendungan. Kemudahan hubungan antar negara dan perjalanan, juga meningkatkan risiko munculnya malaria. Program pengendalian dan eliminasi malaria memerlukan kerjasama antar negara dan kerjasama regional serta internasional.
Meski telah banyak kemajuan, namun ada beberapa tantangan utama yang perlu diatasi, termasuk dukungan keuangan yang berkelanjutan baik dari sumber nasional dan internasional, resistensi obat termasuk resistensi artemisinin, resistensi insektisida, pengendalian transmisi luar rumah (outdoor transmission), penjangkauan kepadapopulasi berisiko, dan peningkatan kapasitas teknis dan manajerial.Kerjasama lintas sektor dan antar-negara juga penting. Negara-negara di kawasan ini harus didukung untukmenghasilkan diagnostik malaria yang berkualitas, obat-obatan, kelambu berinsektisida tahan lama (long laating insecticide nets) dan alat-alat lainnya. Penelitian operasional untuk menemukan inovasi dalam mencapai cakupan intervensiuniversal (universal coverage) terhadap malaria perlu dilakukan secara sistematis. Kami percaya bahwa tantangan ini juga dihadapi oleh beberapa kawasan lain.
Sehubungan dengan hal tersebut, tantangan global, seperti perubahan iklim, juga perlu diperhatikan dalam eliminasi malaria. Kita pahami bersama, bahwa perubahan iklim, memiliki beberapa pengaruh pada dinamika bionomic vektor.
Sekretariat WHO telah membuat rancangan Resolusi Strategi Teknis Global : Pasca 2015. Rancangan ini sangat bermanfaat untuk eliminasi malaria dari wilayah SEAR.Negara-negara SEA, mendukung resolusi strategi teknis malaria global 2016-2030 disahkan dalam pertemuan World Health Assembly ke 68. “Kami memahami, untuk mencapai bebas malaria, diperlukan proses terus menerus, secara komprehensif dan terkoordinir, didukung oleh semua elemen pemerintah, non-pemerintah, mitra pembangunan internasional dan masyarakat”, tegas Delri.
Strategi Teknis malaria global, dengan 3 pilar dan 2 elemen pendukung, akan sangat membantu negara-negara anggota, untuk memobilisasi respon multi-sektor yang lebih kuat dan berkelanjutan, dalam mencapai bebas malaria dan mencegah penularan kembali malaria.
Tiga pilar adalah menjamin universal akses terhadap pencegahan, diagnosis dan pengobatan malaria; akselerasi upaya eliminasi dan pencapaian status bebas malaria; dan transform Surveilans malaria menjadi intervensi inti.
Sementara 2 elemen pendukung adalah pemanfaatan inovasi dan pengembangan penelitian (termasuk vaksin); peningkatan lingkungan yang mendukung dengan melibatkan multisektor.
Indonesia atas nama SEAR juga mengingatkan akanpentingnya menghadapi tantangan Plasmodium vivax malaria. SEAR berkontribusi kurang lebih 2 per 3 dari beban vivax malaria global dan di SEAR hampir 50% kasus malaria, disebabkan oleh vivax malaria.
Dalam kondisi ini, SEAR meminta Direktur Jenderal WHO, untuk mengambil langkah-langkah strategis dalam menghadapi tantangan, sehingga eliminasi malaria global dapat tepat waktu dan penularan kembali malaria dapat dicegah.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.