Hingga saat ini, penyakit bersumber binatang (zoonosis) masih tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia termasuk di Indonesia. Bahkan seringkali menimbulkan kejadian luar biasa (KLB), seperti demam berdarah dengue (DBD) yang saat ini sedang melanda beberapa wilayah di Indonesia. Semakin terbukanya lalu lintas orang serta barang dari berbagai negara sejalan dengan kemajuan transportasi juga mengakibatkan mudahnya transmisi alamiah penyakit bersumber binatang antar negara. Di pintu masuk negara juga harus mampu mendeteksi dan menangkal kemungkinan masuknya berbagai penyakit tular vektor dan zoonosis dari negara lain.
Pengelolaan keamanan dan keselamatan hayati (biosafety dan biosecurity) dalam penanganan material biologik di laboratorium juga menjadi sangat penting dalam rangka menghindari transmisi atau kebocoran biomaterial infeksius yang bisa membahayakan kesehatan masyarakat.
Demikian sambutan Menteri Kesehatan RI, yang dibacakan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes RI, dr. Siswanto, MHP, DTM, pada peresmian Gedung Biorepository Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) di Salatiga, Selasa (23/2).
B2P2VRP merupakan salah satu unit pelaksana teknis (UPT) Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI di Jawa Tengah telah dipercaya untuk menjadi koordinator salah satu riset kesehatan berskala nasional, yaitu Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit (Rikhus Vektora).
“Riset ini diharapkan mampu menghasilkan data dan informasi yang dapat digunakan untuk menyusun berbagai terobosan baru di bidang pengendalian penyakit bersumber binatang di Indonesia”, tutur Menkes.
Mengenai Rikhus Vektora
Rikhus Vektora merupakan salah satu riset nasional yang diselenggarakan oleh Balitbangkes Kemenkes RI yang diarahkan untuk mengetahui gambaran vektor dan reservoir penyakit di Indonesia, termasuk di dalamnya adalah data nyamuk, tikus dan kelelawar dengan menggunakan hasil observasi bionomik, uji identifikasi dan pemeriksaan laboratorium. Rikhus Vektora tahap I telah berhasil dilaksanakan di 4 propinsi pada tahun 2015, yakni Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, dan Papua.
Tabel Koleksi Sampel Vektor dan Reservoir pada Rikhus Vektora Tahap I Tahun 2015
Provinsi | Jenis Spesimen | Jumlah Diperoleh (dalam ekor) | Genus | Spesies |
Sumatera Selatan | Nyamuk | 34.157 | 24 | 122 |
Tikus | 357 | 6 | 11 | |
Kelelawar | 403 | 13 | 20 | |
Jawa Tengah | Nyamuk | 29.130 | 26 | 83 |
Tikus | 240 | 5 | 10 | |
Kelelawar | 425 | 13 | 19 | |
Sulawesi Tengah | Nyamuk | 24.195 | 11 | 145 |
Tikus | 317 | 8 | 15 | |
Kelelawar | 240 | 15 | 21 | |
Papua | Nyamuk | 31.829 | 26 | 83 |
Tikus | 241 | 4 | 6 | |
Kelelawar | 211 | 9 | 17 |
Gedung Biorepository
Gedung Biorepository merupakan suatu tempat yang digunakan untuk menyimpan spesimen hasil dari kegiatan riset sebelum spesimen tersebut dilakukan analisis lebih lanjut dengan pemeriksaan laboratorium. Gedung ini digunakan sebagai tempat yang memenuhi standar untuk penyimpanan dan pendistribusian spesimen yang terorganisir ke laboratorium.
Terdiri dari 2 lantai yang memiliki kapasitas yang cukup luas untuk menampung spesimen yang didapat dari riset Rikhus Vektora. Dibangun atas dasar kebutuhan untuk penanganan spesimen yang baik atas kegiatan Rikhus Vektora yang telah dilaksanakan pada tahun 2015 dan masih akan berlangsung hingga 2017 nanti. Spesimen dari hasil kegiatan Rikhus Vektora harus dijaga agar tidak rusak sehingga seluruh data dan informasi yang dihasilkan dari pemeriksaan spesimen dapat dijamin validitasnya.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.