Darah merupakan materi biologis yang hidup dan belum dapat diproduksi di luar tubuh manusia. Artinya ketersediaan darah di sarana kesehatan sangat ditentukan oleh partisipasi masyarakat dalam mendonorkan darahnya yang ditunjang oleh ketersediaan fasilitas, sarana dan prasarana yang dapat menjamin ketersediaan darah dalam jumlah yang cukup, aman dan berkualitas.
Demikian pernyataan Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K), saat membuka kegiatan dalam rangkaian Peringatan Hari Donor Darah Sedunia tahun 2016 di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan (1/6).
Berdasarkan standar WHO, jumlah kebutuhan minimal darah di Indonesia sekitar 5,1 juta kantong yang pertahun (2% jumlah penduduk Indonesia), sedangkan produksi darah dan komponennya saat ini sebanyak 4,6 juta kantong dari 3,05 juta donasi, sebanyak 86,20% diantaranya berasal dari donor darah sukarela. Artinya kita masih kekurangan jumlah produksi darah secara nasional sekitar 500 ribu kantong.
Pelayanan darah yang aman dan berkualitas merupakan bagian yang tidak terpisahkan untuk menurunkan angka kematian ibu. Berdasarkan data rutin Direktorat Kesehatan Ibu Tahun 2015, saat ini 30% penyebab kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, sehingga untuk mencegah kematian ibu, masyarakat memerlukan akses terhadap pelayanan darah dalam jumlah yang cukup.
“Lebih mudah jika semakin banyak donor darah sukarela yang secara rutin mendonorkan darahnya ke unit transfusi darah (UTD), sehingga UTD dapat memenuhi permintaan darah dari fasilitas pelayanan kesehatan”, tutur Menkes.
Untuk meningkatkan akses pelayanan darah yang berkualitas, dilakukan program kerja sama antara Puskesmas, Unit Transfusi Darah (UTD), dan Rumah Sakit. Tujuan dari program tersebut adalah untuk menjamin tersedianya darah yang cukup bagi ibu hamil, bersalin dan nifas, dan juga meningkatkan peran serta masyarakat untuk menjadi pendonor darah sukarela.
Target jumlah Puskesmas yang telah bekerjasama melalui Dinas Kesehatan dengan UTD dan Rumah Sakit sampai tahun 2019 berjumlah 5600 Puskesmas. Target sampai tahun 2016 adalah 1600 Puskesmas yang akan bekerjasama.
Adapun tujuan dari program tersebut adalah untuk menjamin tersedianya darah yang cukup bagi ibu hamil, melahirkan dan nifas, dan juga meningkatkan peran serta masyarakat untuk menjadi pendonor darah sukarela. Target jumlah Puskesmas yang telah bekerjasama melalui Dinas Kesehatan dengan UTD dan RS sampai tahun 2019 berjumlah 5600 Puskesmas. Sedangkan target hinggai tahun 2016 adalah 1600 Puskesmas yang akan bekerjasama.
“Saat ini sebanyak 1029 Puskesmas melalui 36 Dinas Kesehatan kabupaten/kota telah menandatangani nota kesepahaman dengan UTD dan RS”, tutur Menkes.
Hari Donor Darah Sedunia Tahun 2016
Setiap tanggal 14 Juni oleh negara-negara di seluruh dunia memperingati Hari Donor Darah Sedunia. Tanggal 14 Juni dipilih sebagai Hari Donor Darah Sedunia karena pada tanggal tersebut merupakan hari kelahiran dari Karl Landsteiner, pemenang hadiah Nobel yang menemukan sistem golongan darah A-B-O.
Tahun 2016, tema untuk Hari Donor Darah Sedunia adalah “Blood Connect Us All” dengan fokus ucapan terima kasih kepada para pendonor darah yang telah menyumbangkan darahnya sehingga dapat menyelamatkan nyawa seseorang. Sedangkan slogan Hari Donor Darah Sedunia adalah “Share Life, Give Blood” menekankan perhatian bahwa sistem penyumbangan darah sukarela berperan dalam mendorong kepedulian terhadap sesama.
Kegiatan yang dilakukan untuk memperingati Hari Donor Darah Sedunia Tahun 2016 di Kemenkes, diantaranya: a) kampanye donor darah berupa pemasangan poster, backdrop, spanduk, umbul-umbul serta media lainnya; b) donor darah sukarela; c) pemeriksaan golongan darah dan Rhesus; d) pemeriksaan kadar hemoglobin; e) pemeriksaan kolesterol; f) deteksi dini penyakit Thalasemia; g) photo booth Cristiano Ronaldo dalam kampanye “Be The 1”, dan h) video conference dengan UTD.
Tujuan dari kegiatan-kegiatan tersebut: a) mensosialisasikan kegiatan donor darah sukarela; b) meningkatkan kesadaran masyarakat atas kebutuhan penyumbangan darah yang sukarela dan teratur dan menginspirasi orang yang belum pernah menyumbangkan darahnya untuk mulai mendonorkan darahnya, khususnya pada kaum muda yang sehat; c) mendukung pencapaian Quick Wins program pelayanan darah, yaitu Kerja Sama antara Puskesmas, UTD dan RS dalam rangka menurunkan AKI; d) mendapatkan persediaan darah untuk memenuhi kebutuhan darah di masyarakat menjelang bulan Ramadhan; e) peserta mengetahui golongan darah ABO, Rhesus, kadar Hb dan kolesterol; f) peserta mengetahui apakah dirinya merupakan pembawa sifat Thalasemia.
Belajar dari Sang Inspirator, Christiano Ronaldo
Cristiano Ronaldo pertama kali menyumbangkan darahnya saat berumur 24 tahun setelah melihat perjuangan dari rekan setimnya untuk mendapatkan donor sum-sum tulang bagi anaknya. Sejak itu dia terus menyumbangkan darahnya secara teratur dan telah menghindari setiap kegiatan yang akan mencegahnya untuk dapat menyumbangkan darah, termasuk tidak memakai tato di tubuhnya.
Kampanye Be The 1 adalah sebuah kampanye yang diinisiasi oleh pihak swasta yang bertujuan untuk menginspirasi kaum muda di seluruh dunia untuk menjadi pendonor darah dan plasma. Program ini bertujuan untuk kemanusiaan dan tidak bersifat komersil. Cristiano Ronaldo adalah tokoh aktif yang terlibat dalam kampanye ini. Keterangan lebih detail bisa dilihat di www.BeThe1Donor.com
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.