Kementerian Kesehatan menegaskan bahwa tidak semua imunisasi yang telah dilakukan 14 rumah sakit menggunakan vaksin palsu. Demikian juga, terdapat perbedaan waktu penggunaan vaksin palsu pada setiap rumah sakit. Demikian disampaikan Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Maura Linda Sitanggang, usai melakukan rapat Satgas di Kantor Kementerian Kesehatan, di Jakarta, Sabtu (16/7/2016).
“Imunisasi pada 14 rumah sakit itu tidak semuanya menggunakan jenis vaksin palsu. Hasil pendalaman Satgas, juga setiap rumah sakit berbeda tentang waktunya,” jelas Maura.
Ketua Satgas Vaksin Palsu itu menjelaskan mayoritas jenis vaksin palsu yang digunakan rumah sakit tersebut yakni pediacel dan tripacel. Kedua vaksin ini merupakan impor dari luar negeri. Dari 14 rumah sakit itu juga berbeda waktu menggunakan vaksin palsu.
“Ada yang beberapa bulan di tahun 2016, ada yang tahun lalu, ada juga mulai tahun 2014. Jadi tidak sama,” jelasnya.
Penjelasan ini meluruskan persepsi salah berkembang paska diumumkannya 14 rumah sakit yang diduga gunakan vaksin palsu. Oleh karena itu, lanjut Maura, Satgas bekerja cepat menuntaskan pendataan dan verifikasi nama pasien yang menerima vaksin palsu. Selanjutnya, Satgas menyiapkan langkah-langkah dilakukannya imunisasi ulang.
Sebagaimana telah diberitakan, Pemerintah mulai melakukan imunisasi ulang di Puskesmas Ciracas pada Senin (18/7/16). Direncanakan, sebanyak 197 pasien Klinik Bidan EN akan menerima imunisasi ulang dengan vaksin yang disediakan Pemerintah dan dijamin keasliannya.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat,Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567,SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.