Anak mewakili segmen masyarakat yang paling rentan dibandingkan orang dewasa , baik dari risiko penyakit maupun kematian. Peningkatan kualitas kesehatan anak merupakan ukuran kemajuan suatu masyarakat atau bangsa dan ikut berkontribusi pada pengurangan beban penyakit global. Oleh karena itu, kesehatan anak merupakan tanggung jawab bersama dengan selalu memberi perhatian dan berkomitmen terhadap peningkatan kesehatan anak.
Demikian pernyataan Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K), saat membuka Dialog Nasional “Kurang Gizi terselubung Menuai Generasi Hilang”, di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta (27/7). Acara ini merupakan rangkaian peringatan Hari Anak Nasional yang diperingati setiap tanggal 23 Juli. Acara ini diinisiasi oleh Kemenkes dan Gerakan Makan Sehat Anak Sekolah (GEMASS) yang merupakan komunitas pemerhati kesehatan tumbuh kembang anak Indonesia terdiri dari Ikatan Alumni (ILUNI).
Saat ini Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk dapat memanfaatkan bonus demografi yang akan terjadi pada tahun 2020-2030 mendatang, dimana terjadi ledakan penduduk usia produktif. Kesempatan ini yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan bangsa.
“Kelompok penduduk usia anak (0-18 tahun) yang ada pada saat ini, dalam 10-20 tahun ke depan (pada masa window of opportunity), akan menjadi kelompok yang menentukan apakah bonus demografi akan menjadi berkah atau justru sebaliknya akan menjadi bencana”, ujar Menkes.
Saat ini bangsa Indonesia menghadapi masalah gizi ganda. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi kurang gizi dan pendek di Indonesia masih cukup tinggi, masing-masing 19,6% dan 37,2%. Di sisi lain prevalensi gizi lebih pada Balita sudah mencapai 11,9%.
Status Gizi Anak Tergantung dari Status Gizi Saat Ibu Hamil
Masalah gizi terbagi menjadi dua yaitu, secara langsung yang dipengaruhi oleh faktor konsumsi makanan dan penyakit infeksi, dan secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan dan konsumsi pangan beragam, sosial ekonomi, budaya, dan politik. Masalah gizi yang terus terjadi tentunya dapat menjadi faktor penghambat dalam pembangunan nasional sehingga investasi gizi dalam hal ini sangat diperlukan untuk memutus lingkaran masalah yang pada jangka panjang akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia.
Perbaikan gizi menjadi salah satu isu penting dalam RPJMN 2015-2019. Upaya perbaikan gizi di Indonesia membutuhkan percepatan dengan melibatkan seluruh sektor. Melalui Peraturan Presiden Nomor 42 tahun 2013, dibangun sebuah “Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000 Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK)” yang mengedepankan upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat melalui penggalangan partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat dengan prioritas pada 1000 HPK. Oleh karena itu, kesehatan anak menjadi faktor yang sangat menentukan. Semua sektor harus terlibat dalam mempersiapkan anak yang sehat dan berkualitas.
“Dalam upaya meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak, dilakukan dengan pendekatan Continuum of Care yang dimulai sejak masa pra-hamil, hamil, bersalin dan nifas, bayi, balita, hingga remaja (pria dan wanita usia subur)”, Tambahnya.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email [email protected].