Pertolongan pertama psikologis dalam masalah kesehatan jiwa harus tersedia untuk semua orang, karena berbagai kondisi krisis dan masalah kesehatan jiwa sering terjadi di masyarakat. Tekanan psikologis dan krisis mental dapat terjadi dimana saja, seperti di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di jalan, di ruang publik, dan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Dukungan psikologis awal dalam masalah kesehatan jiwa, hendaknya dapat dilakukan oleh seseorang yang justru bukan tenaga profesional kesehatan jiwa. Sebab, bantuan profesional belum tentu tersedia saat krisis pertama kali dialami. Oleh karena itu, keluarga, teman, rekan kerja, dan jejaring sosial masyarakat dan mereka yang bekerja dalam jasa pelayanan hendaknya dapat memberikan dukungan awal psikologis.
Demikian sambutan Menkes yang dibawakan oleh Staf Ahli Menteri Bidang Mediko Legal drg. Tritarayati, SH, M.H.Kes pada acara Puncak Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) 2016 di Monas, Jakarta (9/10). Acara hari ini dihadiri oleh Pejabat eselon 1 dan 2 di lingkungan Kemenkes, Dinkes Provinsi DKI Jakarta, perwakilan organisasi profesi, dan perwakilan masyarakat.
Peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia merupakan salah satu hari kesehatan nasional yang setiap tahun diperingati oleh jajaran kesehatan di Indonesia bersama masyarakat. Peringatan ini dimaksudkan untuk menyampaikan komunikasi, informasi dan edukasi kepada seluruh lapisan masyarakat yang termasuk dalam upaya promotif dan preventif.
Hari Kesehatan Jiwa Sedunia diperingati setiap tahun di seluruh dunia setiap tanggal 10 Oktober. Tahun ini Hari Kesehatan Jiwa Sedunia mengambil tema “Martabat dan Kesehatan Jiwa : Pertolongan Pertama Psikologis dan Kesehatan Jiwa Bagi Semua” atau Dignity In Mental Health: Psychological and Mental Health First Aid For All.
“Terkait dengan tema Hari Kesehatan Jiwa Sedunia tahun 2016 ini, kita perlu merenungkan bahwa setiap orang, seperti halnya diri kita masing – masing ingin diperlakukan dengan baik, dihargai dengan tulus, dan tidak diperlakukan berbeda antara satu dengan yang lain”, ujar Menkes.
Dalam acara puncak Hari Sesehatan Jiwa Sedunia tahun ini, pesan – pesan tersebut akan disampaikan Kementerian Kesehatan melalui : (1) Peluncuran dan peresmian dua movie cartoon video dengan tema Aku dan Keluargaku, Aku dan Teman-Temanku, (2) Peluncuran Papan Bermain atau Board Game sebagai sarana edukasi dan bermain bagi anak dan keluarga, dan (3) Pelaksanaan walk the talk merupakan kegiatan jalan bersama sambil berkomunikasi, menerima informasi dan edukasi kesehatan jiwa.
Berdasarkan data World Federation of Mental Health (WMFH) setiap 40 detik seseorang di suatu tempat di dunia meninggal akibat bunuh diri. Bahkan satu dari setiap empat orang dewasa akan mengalami masalah kesehatan jiwa pada suatu saat dalam hidupnya. Akan tetapi mereka ini hanya menerima sedikit perhatian atau bahkan tidak mendapatkan dukungan psikologis awal jika masalah kesehatan jiwa ini terjadi dalam keadaan darurat. Padahal umumnya sebagian besar orang dengan masalah kesehatan fisik akan segera mendapat pertolongan pertama di fasilitas pelayanan kesehatan dalam keadaan darurat.
Hingga kini kesehatan jiwa seringkali kurang mendapat perhatian akibat; 1) ketidaktahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan jiwa; 2) kurangnya kepedulian masyarakat; 3) masih adanya stigma dan diskriminasi pada Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) dan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Akibatnya, mereka sering tidak menerima pelayanan kesehatan jiwa sesuai kebutuhan. Tentu saja situasi ini tidak dapat dibiarkan, sebab kita berkeyakinan bahwa Tidak Ada Kesehatan Tanpa Kesehatan Jiwa atau No Health Without Mental Health.
Selain itu, guna memenuhi hak seluruh masyarakat agar mampu menjangkau pelayanan kesehatan jiwa yang bermartabat, maka Pemerintah telah mengupayakan; 1) Pemerataan layanan kesehatan jiwa dimulai dari tingkat pertama sebagai ujung tombak layanan kesehatan di masyarakat; 2) Penyediaan layanan kesehatan jiwa yang terpadu dengan layanan kesehatan umum dengan dukungan masyarakat sebagai penggerak; 3) Pengembangan upaya kesehatan jiwa berbasis masyarakat yang dimulai dari keluarga dengan dukungan jajaran lintas sektor; dan (4) Pengembangan kesadaran dan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan jiwa.
“Pada kesempatan yang istimewa ini saya sampaikan terima kasih dan apresiasi kepada kelompok masyarakat yang telah mempelopori kegiatan masyarakat yang peduli terhadap kesehatan jiwa, seperti, Komunitas Peduli Kesehatan Jiwa, Jurnalis Peduli Kesehatan Jiwa dan Kalangan Swasta serta dunia usaha”, tambahnya.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.