Menkes Hadiri Groundbreaking Pabrik Bahan Baku Obat Pertama di Indonesia
Cikarang, 10 Oktober 2016
Setelah lebih dari 70 tahun Indonesia merdeka akhirnya Indonesia kini akan dapat memproduksi bahan baku obat sendiri. Ini merupakan suatu hal yang diharapkan. Mendorong agar kita memiliki bahan baku obat sendiri, karena selama ini kita impor.
Demikian pernyataan Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K), saat menghadiri proses groundbreaking tanda dimulainya pembangunan pabrik bahan baku obat pertama di Indonesia yang berlokasi di Angsana Raya, Kawasan Industri Lippo Cikarang, Bekasi, Senin (10/10). Adapun pabrik seluas 5000 m2 tersebut akan mulai beroperasi pada awal 2018.
“Kita harus akui ini tidak mudah. Boleh dibilang kita terlena dulu karena kita tidak punya industri hulu”, kata Menkes.
Menkes menyatakan rasa nasionalismenya yang sangat kuat menginginkan agar Indonesia harus mampu memproduksi bahan baku obat.
“Saya ingin kita mampu produksi bahan baku obat. Kita perlu mengambil hikmah saat krisis moneter. Harga dollar melonjak, kita kehilangan kesempatan memproduksi obat-obatan. Bila kita tidak bisa membuat obat, pengobatan terhambat, kematian akan meningkat,” terang Menkes.
Menkes menggarisbawahi bahwa pemilihan bahan baku obat yang akan diproduksi kiranya perlu dicermati dengan baik, diantaranya merupakan bahan baku obat yang banyak dipergunakan, ketersediaan bahan baku awal, penguasaan teknologi serta bahan baku mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
“Selain itu, perlu diingat juga bahwa Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam berupa Fitofarmaka,” kata Menkes.
Untuk dapat memenangkan persaingan, industri farmasi Indonesia harus melakukan transformasi, bukan hanya sebagai industri farmasi formulasi namun mampu menjadi industri farmasi berbasis riset yang memiliki kemampuan untuk memproduksi bahan baku, membuat obat first generic bahkan penemuan obat inovasi.
Menurut Menkes, pendirian fasilitas produksi bahan baku obat PT Kimia Farma (Persero) Tbk yang bekerja sama dengan perusahaan Sung Wun Korea, merupakan langkah tepat Direksi PT Kimia Farma (Persero) Tbk beserta jajarannya sebagai satu upaya untuk memperkuat kemampuannya, memperkokoh eksistensinya serta meningkatkan daya saing.
Selaras dengan hal tersebut, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Peni Lukito, menyatakan bahwa dalam mengupayakan kemandirian bahan baku obat, PT. Kimia Farma merupakan yang paling cepat merespons Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2016, tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan guna mempercepat kemandirian dan pengembangan produksi bahan baku obat, obat, dan alat kesehatan untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri.
Sementara itu, Direktur Utama PT Kimia Farma (persero) Tbk, Rusdi Rosman, menyatakan bahwa proses groundbreaking sebagai tanda dimulainya pembangunan pabrik bahan baku obat atau active pharmaceutical ingridient (API) sebagai tindak lanjut dari kerja sama dengan pembentukan joint venture company antara PT. Kimia Farma (persero) Tbk. dengan PT Sungwun Pharmacopia Co. Ltd dari Korea Selatan, didirikan anak perusahaan baru PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia pada 25 Januari 2016 lalu.
“Roadmap-nya Kemenkes yang bikin, kita hanya sebagian kecil yang melaksanakan. Mungkin PT Kimia Farma lebih cepat, diharapkan industri farmasi lainnya akan menyusul”, ujar Rusdi.
Diterangkan bahwa ada lebih dari 2.200 bahan baku obat yang dibutuhkan dalam dunia farmasi, saat ini ada 8 item bahan baku obat yang siap kami diproduksi PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia, yaitu simvastatin, atorvastatin, rosuvastatin, pantoprazole, esomeprazole, rabeprazole, clopidogrel, dan sarpirelate dengan total kapasitas produksi 30 ton per tahun.
“Kalau tidak nekat, Indonesia tidak akan pernah memiliki pabrik bahan baku obat,” tandas Rusdi.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH