Jakarta, 5 April 2017
Sejak dilahirkan, bayi kembar siam bernama Rafky Setia Sumita dan Rifky Setia Sumita tidak dapat saling menatap saudara satu rahimnya karena terlahir dalam kondisi menempel di bagian belakang kepalanya. Namun berkat kerja keras dan panjang Tim Operasi Kembar Rafky-Rifky selama lebih kurang 6 bulan di RSAB Harapan Kita Jakarta, kini Rafky dan Rifky dapat saling menatap saudaranya karena telah berhasil dipisahkan dan siap dipulangkan dalam kondisi sehat.
Sejak dalam kandungan dokter sudah mengetahui bahwa sang ibu hamil kembar, namun kenyataan bahwa Rifky-Rafky ternyata kembar siam baru diketahui saat persalinan, bagian tengkorak kepala Rifky-Rafky menyatu. Di dalam dunia medis, dikenal dengan kondisi craniopagus. Menurut studi yang dilakukan peneliti di University of Maryland kasus kembar siam craniopagus terhitung langka yaitu hanya sekitar dua persen dari seluruh kasus kembar siam.
“RSAB Harapan Kita selaku RS Pemerintah sangat bersyukur bisa menjalankan amanah yang diberikan dan berhasil menyelesaikan masalah yang dihadapi”, ujar dr. Omo Abdul Madjid, Sp.OG (k), MPH, Direktur Utama RSAB Harapan Kita dalam konferensi pers yang diselenggarakan pada Selasa siang (5/4).
Dikatakan oleh dr. Omo bahwa RSAB Harapan Kita merupakan rumah sakit pusat kelainan bawaan (birth defect) dan menjadi rujukan secara nasional untuk menangani kasus-kasus tersier.
“Kasus ini jarang dan cukup sulit sehingga membutuhkan kemampuan teknis yang tidak mudah. Untuk operasi ini, tim medisnya ada 20 orang dan semuanya adalah dokter yang memiliki kemampuan khusus. RSAB tidak sendiri, kami bermitra dengan RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo, RSPAD Gatot Subroto, RS Kanker Dharmais dan RS St. Carolus”, terangnya.
Selama 36 tahun didirikan, RSAB Harapan Kita telah mencatat tiga keberhasilan operasi pemisahan kembar siam. Keberhasilan tersebut menjadi pembelajaran berharga bagi RSAB Harapan Kita. Selain itu, keberhasilan ini menjadi bukti bahwa RS Pemerintah mampu memenuhi harapan masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan.
“Ini menjadi pembelajaran berharga sekaligus menambah kepercayaan diri bagi RSAB Harapan Kita bahwa kita mampu”, tandasnya.
Manjawab pertanyaan media, RSAB Harapan Kita menegaskan bahwa upaya RSAB Harapan Kita tidak berhenti pasca kepulangan bayi kembar Rafky dan Rifky. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan bayi Rafky dan Rifky akan tetap dilakukan.
“Tentu setelah pulang, akan terus kita pantau agar bayi Rafky dan Rifky tetap dapat tumbuh dan berkembang secara sehat, baik dan optimal”, imbuhnya
Pada kesempatan tersebut, ayah dari bayi kembar Rafky dan Rifky, Bari Sumita menyatakan sangat bersyukur bahwa kini anaknya telah berhasil dipisahkan dan memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara normal dan optimal.
“Saya berterima kasih kepada seluruh pihak ayng telah membantu pemisahan kedua anak saya. Saya masih tidak percaya, tidak ada kata yang bisa saya ungkapkan kepada tim dokter dan RSAB Harapan Kita”, kata Bari.
Mengenai Operasi Bayi Rafky dan Rifky
Bayi kembar siam Rafky Setia Sumita dan Rifky Setia Sumita lahir 23 Oktober 2016 di RS Kartika Husada Bekasi, pukul 07.05 WIB. Selanjutnya ditanggal yang sama, pukul 21.15 WIB, anak dari pasangan Bari Sumita dan Yuni Setiawati tersebut dirujuk menggunakan jaminan kesehatan nasional (JKN) ke RSAB Harapan Kita untuk perawatan di Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Semenjak dirawat, terus dipantau perkembangan pasien dan mempersiapkan rencana tindakan operasi pemisahan. Maka dilakukan pemeriksaan MRI untuk menilai keadaan daerah kepala yang saling menempel. Hasil MRI ditemukan bahwa otak kedua bayi terpisah, Duramater saling menempel, tulang tengkorak belum menyatu.
Untuk mempersiapkan tindakan operasi pemisahan kembar siam, maka dibentuklah Tim Operasi Kembar Siam Rafky-Rifky. Penasihat Direksi dan Penanggung Jawab adalah Direktur Medik dan Keperawatan RSAB Harapan Kita, DR. Dr Didi Danukusumo, SpOG(K), sementara tim dipimpin oleh Dr. Alexandra, SpB, SpBA. Pada 23 Januari 2017, dilakukan pertemuan antara Tim dan kedua orang tua bayi kembar siam. Dalam pertemuan tersebut disampaikan beberapa hal yang berhubungan dengan rencana operasi pemisahan kembar siam, antara lain: hasil pemeriksaan terakhir MRI, rencana operasi dilakukan dalam dua tahap, serta risiko komplikasi yang mungkin mucul intra dan pasca operasi.
Operasi tahap I dilaksanakan tanggal 2 Februari dimulai pada pukul 07.00 WIB memisahkan tulang bagian belakan dan duramater sisi bagian belakang serta mempersiapkan flap kulit kepala. Operasi selesai pukul 17.30 WIB. Sementara itu, operasi tahap II dilakukan pada tanggal 4 Februari 2017 dimulai pukul 12.00 WIB, ditujukan untuk memisahkan tulang kepala sisi bagian depan, duramater bagian depan dan memotong pembuluh darah yang menyilang dinatara kedua bayi.
“Titik krusial adalah saat memotong kedua pembuluh darah yang menyilang.Tantangan terberat karena pembuluh darahnya satu dan saling menyilang. Kebetulan ada MRI tiga tesla dan didukung dengan CT Scan, kita bisa melihat pembuluh darahnya jalan kemana, menyusuri, kita tetap tidak bisa potong langsung, kita harus arahkan agar dikembalikan ke masing-masing”, jelas dr. Samsul Ashari, SpBS, Kepala Departemen Bedah Saraf FKUI/RSCM.
Setelah pembuluh darah berhasil dipisahkan, dilakukan operasi yang lain untuk penutupan defek kulit kepala. Operasi tahap II selesai pada pukul 05.30 WIB. Pasca operasi, kedua bayi kembali dirawat di Ruang PICU dan mendapat pengawasan onsite selama 24 jam. kedua bayi pindah ruangan dari ICU ke ruang Perawatan Bedah pada 17 Februari 2017. Selama perawatan, kedua bayi sudah mulai minum walaupun menggunakan NGT. Dalam perawatan, bayi Rafky ditemukan tanda Hydrocephalus sehingga dilakukan operasi pemasangan shunting pada 27 Februari 2017. Demikian pula bayi Rifky memiliki gejala yang sama dan dilakukan shunting pada 14 Maret 2017. Pasca pemasangan shunting keadaan kedua bayi membaik.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH
NIP 196110201988031013