Soe, 3 Mei 2017
Jauhnya tempat tinggal dan sulitnya transportasi menyebabkan Puskesmas Siso terinspirasi membangun rumah tunggu pasien, khususnya ibu hamil untuk menyongsong persalinannya.
Atas kerjasama lintas sektor dan swadaya masyarakat telah dibangun Rumah Tunggu pasien itu sejak 2015, yang terdiri dari kamar tidur, kamar mandi, ruang senam hamil dan dapur.
Saat road show NTT hari ke-2 kunjungan kerja Menteri Kesehatan, Nila F. Moeloek, menyempatkan diri mengunjungi Puskesmas Siso, Kecamatan Mollo Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (3/5). Menkes melihat rumah tunggu kelahiran Bijoba yang bersebelahan dengan Puskesmas.
“Sebelum melahirkan kita bisa pantau. Setelah melahirkan diajarkan teknik menyusui. Penanggung jawab Rumah Tunggu yakni kader dan Kades. Sementara tenaga kesehatan melakukan pengawasan”, jelas Bidan Puskesmas Siso, Yemi A. Manafe saat menjelaskan kegiatan di Rumah Tunggu.
“Untuk sementara ini tidak ada kendala, semua berjalan lancar”, tambahnya.
Rumah Tunggu ini diperuntukkan khususnya ibu hamil H-7 sebelum kelahiran dan H +7 sesudah kelahiran.
“Umumnya, rumah pasien jauh, rata-rata 20 km, mereka datang dengan menggunakan kendaraan desa atau ambulan Dinas Kesehatan. Caranya kader atau keluarga menelepon petugas, kemudian petugas menelepon Dinas Kesehatan”, jelas Yemi.
Menurutnya, sejak Januari 2017 sampai April ini sudah ada 24 ibu hamil (bumil). Mereka semua lahir di Puskesmas, semua ibu dan anak selamat. Sebagian besar keluarga berinisiatif menggunakan Rumah Tunggu secara mandiri.
Menurut Ketua Pengelola Rumah Tunggu Pasien, Yohanes Jerahi, menjelaskan, bahwa Rumah Tunggu sudah ada sejak 2015, pengelolaanya merupakan kolaborasi dokter, bidan, perawat, petugas gizi. Swadaya lintas sektor, Puskesmas dan masyarakat.
“Setelah melahirkan, 1-7 hari masih menjadi pengawasan bidan, setelah sudah sehat diizinkan pulang. Mereka di Rumah Tunggu mendapat penyuluhan tentang materi ‘menerima kehamilan dan siap menghadapi kehamilan”, serta ‘merawat bayi dan diri pasca lahir’,” ujar Yohanes.
Menurut Yohanes, Rumah Tunggu merupakan renovasi Rumah Mess, karena kebutuhan mendesak dari masyarakat. Saat ini yang ikut senam hamil ada 10 orang. Sejak dibuka ada peningkatan masyarakat yang menggunakan Rumah Tunggu.
Kerjasama tentang kesehatan ibu dilakukan bersama tokoh agama, setiap minggu di gereja. Tokoh agama menjelaskan hal penting yang perlu mereka lakukan saat akan melahirkan. Mereka mendapat doa dari tokoh agama.
“Saat ini adat panggang api sudah tidak ada lagi sejak 2007, dengan adanya program revolusi KIA”, ujar Yohanes.
Semua biaya Rumah Tunggu gratis, 6 orang mendapat makan dari biaya BOK. Kebutuhan Puskesmas adalah alat yang memadahi seperti genset, agar pelayanan lancar. Selain itu juga perlu transportasi untuk merujuk, karena ambulan sudah rusak sejak 2016.
“Ambulan sudah diperbaiki tapi belum bisa digunakan, untuk kebutuhan ini kami sangat perlu bantuan,” harapnya.
Turut mendampingi Bupati TTS Paul Mella, Wakil Gubernur NTT Benny Litelnoni, dan Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI dr. Oscar Primadi, MPH.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi ‘Halo Kemkes’ melalui hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH
NIP.196110201988031013