Yogyakarta, 28 Juli 2017
Setiap tenaga kesehatan harus senantiasa melayani sebagai gate keeper untuk memastikan kesehatan masyarakat. Tugas utama adalah memungkinkan dan memampukan sekaligus memimpin masyarakat untuk mempraktikkan gaya hidup sehat melalui perawatan promotif dan preventif. Namun, begitu masyarakat membutuhkan intervensi kesehatan, tenaga kesehatan juga harus dapat memastikan bahwa sistem kesehatan bekerja dengan baik untuk melayani mereka, sehingga mereka dapat mengakses layanan kesehatan terbaik.
“Ini adalah tindakan yang harus kita kejar dalam sistem layanan kesehatan kita, di setiap bidang spesialisasi kami, dan di apotek klinis, tanpa terkecuali”, demikian keynote speech Menteri Kesehatan RI yang dibacakan oleh Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Dra. Maura Linda Sitanggang, Ph.D, pada pebukaan kegiatan the 17th Asian Conference on Clinical Pharmacy (ACCP) di Hotel Tentrem Yogyakarta, Jumat siang (28/7).
Menkes menyatakan bahwa kebijakan yang disusun oleh Kementerian Kesehatan pada dasarnya diarahkan untuk mendukung layanan farmasi, termasuk farmasi klinik. Dalam hal ini, Kemenkes mengharapkan para apoteker (farmasi klinik) dapat memainkan perannya dalam membantu mempercepat kemajuan dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional. Namun, untuk memastikan keberhasilan penerapan kebijakan dan program, penting untuk mendorong dukungan maupun kolaborasi lintas sektor di antara pemangku kepentingan, seperti: organisasi profesi, akademisi, pemerintah daerah, dan organisasi lainnya.
“Peran farmasi klinik sangat penting dalam mendukung pengembangan kesehatan baik di tingkat nasional maupun sub-nasional”, imbuh Menkes.
Mengenai Kegiatan The 17th ACCP di Yogyakarta
ACCP merupakan konferensi terbesar dalam lingkup farmasi klinik di Asia dan menjadi kekuatan terkemuka di Asia dalam memulai dan mempromosikan praktek farmasi klinik, pendidikan, dan penelitian dengan mengadakan konferensi tahunan yang dirancang untuk mempromosikan konsep farmasi klinik sekaligus menjadi wahana pertukaran pengetahuan dalam bidang praktik, pendidikan dan penelitian. Anggota ACCP meliputi Jepang, Cina, Korea Selatan, Malaysia, Thailand, Indonesia, Flilipina, Vietnam, Singapura, dan Iran.
Sejak pertama kali diselenggarakan pada 1979 di Alabama, USA, kegiatan the 17th ACCP di Yogyakarta merupakan yang kedua kalinya diselenggarakan di Indonesia. Tema yang diangkat pada the 17th ACCP adalah “The Unity in Diversity and the Standardisation of Clinical Pharmacy Services”. Tema ini dipilih dengan mempertimbangkan adanya perbedaan dalam perkembangan dan implementasi pelayanan farmasi klinis di setiap negara yang tentunya berdampak pula pada dunia Pendidikan dan penelitian.
Ketua pelaksana the 17th ACCP yang merupakan Ketua Program Studi Magister Farmasi Klinik Universitas Airlangga, Dr. Suhardjono, MS, menyatakan bahwa sebanyak lebih dari 1.270 peserta mengikuti kegiatan yang berlangsung pada 27-31 Juli 2017 tersebut. Para peserta berasal dari berbagai negara, yaitu: Indonesia, Australia, Canada, China, East Timor, India, Indonesia, Iran, Japan, Korea, Malaysia, Malta, Netherlands, Philippines, Thailand, US, dan Vietnam.
Adapun rangkaian kegiatan berupa pre-conference Workshop, International Conference, serta hospital and site visit ke 5 universitas (Universitas Gadjah Mada (UGM); Universitas Sanata Dharma, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) dan 6 rumah sakit (RS Sardjito, RS Bethesda, RS Jogja International Hospital, RSA UGM, RS PKU Muhammadiyah Kota, dan RS PKU Muhammadiyah Gamping).
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH