Jakarta, 20 Maret 2018
Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K) mengatakan bahwa tantangan pembangunan kesehatan saat ini sedemikian besar dikarenakan masih banyak penyakit menular yang masih ditemukan, di samping kasus-kasus penyakit tidak menular (PTM) yang juga semakin bermunculan.
“Indonesia laksana supermarket penyakit. Begitu banyaknya penyakit yang harus kita eliminasi maupun eradikasi”, tuturnya dalam Rapat Koordinasi Teknis Program Prioritas Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI di salah satu hotel di kawasan Mangga Besar, Jakarta, Selasa siang (20/3). Acara ini di hadiri oleh penanggung jawab program baik di Pusat maupun Daerah.
Dalam arahannya, Menkes Nila Moeloek menyebutkan beberapa penyakit menular yang masih ditemukan di Indonesia, mulai dari cacingan, campak, difteri, polio, Tuberkulosis, Malaria, HIV-AIDS, Flu Burung, Leptospirosis, Pes, bahkan Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia tenggara yang masih memiliki kasus Schistosomiasis.
Tidak lupa, Menkes Nila Moeloek juga menyoroti beberapa penyakit neglected tropical diseases (NTDs), yang seringkali diabaikan padahal masih ada di sekitar kita, yaitu kaki gajah (Filariasis), Kusta dan Frambusia.
Selain itu, Nila juga mengingatkan tentang ancaman keberadaan penyakit yang merupakan Public Health Emergency of International Concern (PHEIC), seperti MERS-CoV, SARS, Yellow fever, Ebola, dan lain-lain. Karena itu, penguatan upaya pencegahan dan pengawasan di pintu masuk negara, yang didukung dengan surveilans yang kuat, mutlak diperlukan.
Pada kesempatan tersebut, Menkes Nila Moeloek menggarisbawahi pentingnya perubahan paradigma jajaran kesehatan baik di pusat maupun daerah dalam melihat sebuah permasalahan secara holistik, tidak hanya sekedar berfokus pada upaya penyelesaian kasus saja. Menkes Nila berharap agar seluruh program kesehatan lebih bergerak ke hulu, pada upaya pencegahan masalah kesehatan tersebut.
“Utamakan pencegahan. Berapa banyak anggaran pemerintah yang dikeluarkan bila hanya berfokus (hanya) pada pengobatan, dan kita temukan banyak sekali permasalahan (kesehatan) yang ditemukan”, kata Nila.
Keberadaan kejadian luar biasa (KLB) penyakit yang terjadi belakangan ini menjadi momen berharga untuk kita mengkaji dan mengevaluasi kembali upaya yang telah dilakukan, bahkan lakukan penguatan upaya kemitraan yang dibutuhkan dalam percepatan upaya penyelesaian (masalah kesehatan).
“Melihat permasalahan jangan linear, lihatlah secara holistik. Kerja sama antar bidang, lintas sektor dalam kesehatan sangat dibutuhkan”, tandasnya.
Dalam sambutannya, Menkes menekankan bahwa semangat gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS) harus dilakukan dalam menemukan upaya-upaya inovatif dalam percepatan penyelesaian masalah kesehatan, khususnya pencegahan. Di samping penggalakkan kerja sama lintas sektor di tingkat pusat, komunikasi dan sinergi antara pusat dan daerah harus terjalin baik.
“Mari selalu berpikir terbosan apa yang akan kita lakukan untuk pembangunan kesehatan”
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat,Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email [email protected]. (myg)
Plt. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Murti Utami, MPH