akarta, 24 Agustus 2017
Sebanyak 30 praktisi muda berlatar belakang kesehatan mengikuti pelatihan Diplomasi Kesehatan pada 25-29 Agustus 2017 di Jakarta. Pelatihan ini bertujuan menyiapkan praktisi kesehatan muda untuk menghadapi krisis kesehatan global, sekaligus menjadi salah satu wujud respons terhadap isu kesehatan yang sedang merebak, yakni resistensi antibiotik.
Urgensi isu resistensi antibiotik meningkat seiring dengan meningkatnya angka kejadian penyakit infeksi yang resisten terhadap penanganan obat antibiotik. Misalnya, penyakit Tuberkulosis Resisten Obat (TBRO), yang sifatnya sangat infeksius dan sulit ditangani secara medis.
Peningkatan kapasitas petugas kesehatan di berbagai tingkat perlu dilakukan untuk menekan tren masalah ini, terutama dengan meningkatkan usaha kolaborasi antar sektor dalam menangani kasus resistensi antibiotik.
Pelatihan ini dimulai dengan materi dan diskusi mengenai urgensi keamanan kesehatan secara global serta hubungannya dengan resistensi antibiotik. Peserta diperkenalkan dengan forum diplomasi global untuk lebih memahami peran kesehatan dan non-kesehatan dalam mewujudkan ketahanan nasional dan internasional. Selain itu, peserta mempraktikkan simulasi pertemuan darurat anggota Association of South East Asian Nations (ASEAN) selama 3 hari berturut-turut.
Pelatihan Diplomasi Kesehatan menitikberatkan pada peningkatan kemampuan negosiasi dan diplomasi kesehatan. Selain itu, pelatihan diplomasi kesehatan ini adalah yang pertama di Indonesia. Mereka dilatih langsung oleh tokoh diplomasi dan hubungan bilateral, khususnya di bidang kesehatan, yakni Prof. dr. Adik Wibowo, M.PH, Ph.D, sosok akademisi yang pernah menjabat sebagai Representatif Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk Nepal dan Myanmar; Dr. Makarim Wibisono, mantan Duta Besar Republik Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa periode 2004-2007.
Selain itu, segenap akademisi dari Universitas Indonesia menghadiri pelatihan ini, termasuk Prof. drh. Wiku Adisasmito, M.Sc, Ph.D yang juga menjabat sebagai Koordinator Indonesia One Health University Network (INDOHUN) dan Acep Somantri, Karo BKSLN Kemkes.
Dengan memberikan pelatihan yang bersifat teknis kebijakan, diharapkan kemampuan soft skill peserta berdiplomasi dalam konteks kesehatan dapat meningkat. Dengan pelatihan ini pula, diharapkan peserta dapat lebih percaya diri dalam membangun kerjasama di tingkat lokal, dan ke depannya dapat meningkatkan peran Indonesia dalam konteks kebijakan kesehatan di kancah internasional.
Pelatihan ini digelar oleh Indonesia One Health University Network (INDOHUN) Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia bekerja sama dengan Diklat Sesparlu Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dan Biro Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Kesehatan.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat,Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567,SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email HYPERLINK “mailto:kontak@kemkes.go.id” kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH
NIP. 196110201988031013