Jakarta, 13 Oktober 2017
Direktur Kesehatan Keluarga, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Eni Gustina mengatakan setiap tahun sebanyak 1,7 juta anak meninggal karena diare. Dengan mencuci tangan pakai sabun, kematian anak karena diare tersebut dapat dicegah.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2015, sekitar 520 ribu Balita meninggal dalam setahun.
“Kita menggaungkan cuci tangan pakai sabun karena dapet mencegah diare, meningkatkan kesehatan masyarakat, menurunkan kematian Balita, meningkatkan kehadiran anak di sekolah,” kata Eni Gustina pada Temu Media terkait Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia, Jumat (12/10) di gedung Kementerian Kesehatan RI.
Cuci tangan pakai air, ungkap Eni, dapat membunuh kuman hanya 10 persen. Kalau pakai sabun, 80 persen kuman bisa mati.
Kuman tersebut mati karena terdapat zat yang sifatnya basa yang terkandung dalam sabun. Antara sabun batang dan sabun air lbih baik pake sabun cair karena terjaga kualitasnya.
“Untuk sabun batang jangan sampai terendam air karena air tersebut bisa menularkan penyakit,” kata Eni.
Cuci tangan memakai sabun terlihat sepele namun untuk di daerah terpencil itu sangat penting. Di daerah terpencil, kasus diare masih tinggi. Karenanya, pemerintah dalam hal ini Kemenkes terus mensosialisasikan pentingnya cuci tangan untuk mencegah diare dan kemtian pada anak.
“Memang banyak tantangan dan hambatan untuk mensosialisasikan ini. Belum lagi dipengaruhi oleh sosial, budaya, geografi, dan pendidikan,” tambah Eni.
Namun, Kemenkes terus mensosialisasikan pentingnya cuci tangan pakai sabun, dalam hal ini dibutuhkan kerjasama dengan berbagai pihak terutama para orang tua.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567,SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
Oscar Primadi