Jakarta, 12 Januari 2018
Menteri Kesehatan RI, Nila Moeloek menyatakan bahwa di awal tahun 2018 belum ditemukan laporan kasus kematian yang diakibatkan oleh penyakit difteri. “Terhitung dari tanggal 1 s/d 9 Januari 2018 laporan kasus dengan riwayat mulai sakit (onset) dilaporkan sebanyak 14 kasus dan tidak ada kasus yang meninggal,” tegas Menkes saat Diskusi Media Forum Merdeka Barat 9, Jakarta (12/01).
Menilik di tahun 2017, Case Fatality Rate (CFR) atau angka kematian kasus difteri di Indonesia sebesar 4,62% dimana angka ini masih di bawah angka kematian rata-rata dunia yaitu 5 -10 %. Meskipun demikian, Menkes RI tetap berkomitmen untuk melakukan Outbreak Response Immunization (ORI) di daerah-daerah KLB Difteri. “Jika diketemukan satu kasus difteri, kita tidak boleh membiarkannya. Kita harus mengatasinya hingga tuntas,” tanggap Menkes RI, Nila Moeloek.
ORI merupakan upaya pemerintah untuk melakukan pencegahan difteri dengan sasaran anak-anak yang berumur 1 tahun hingga kurang dari 19 tahun sebanyak tiga kali putaran. ORI dilakukan secara bertahap yang telah dimulai sejak 11 Desember 2017 lalu di 12 Kabupaten/Kota di tiga provinsi yaitu DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat.
“Sekarang, cakupan rata-rata di tiga provinsi tersebut sudah mencapai 65,12%. Hal ini terjadi karena terpotong oleh liburan sekolah. Akan tetapi kami mengimbau agar anak-anak bisa diimunisasi di fasyankes terdekat selama libur sekolah,” jelas Nila Moeloek. “Setelah anak-anak sudah mulai masuk sekolah, saya berharap cakupan ORI bisa mencapai 90% di akhir Januari 2018,” terang Menkes Nila Moeloek.
Pelaksanaan ORI putaran pertama di 73 kabupaten/kota di 14 provinsi yang lain akan dilakukan pada akhir bulan Januari 2018. Rencananya pelaksanaan ORI di di 73 kabupaten/kota di 14 provinsi dilakukan hingga putaran ketiga di bulan Agustus 2018.
Sehingga, jika ditotal secara menyeluruh pemerintah telah melakukan ORI di 170 kab/kota di 30 propinsi dan 85 kab/kota tidak melaporkan ada kasus baru lagi di Desember 2017.
ORI Difteri perlu dilakukan 3 kali untuk membentuk kekebalan tubuh dari bakteri Corynebacterium diphteriae. Pemerintah menjamin ketersediaan vaksin difteri (DPT-HB-Hib, DT dan Td) yang digunakan untuk kegiatan ORI dan kegiatan imunisasi rutin. Distribusi vaksin dilakukan secara berjenjang sampai di tingkat pelayanan.
“Apabila sebagian masyarakat sudah diimunisasi, maka pertahanan masyarakat pada penyakit difteri akan semakin kuat,” tutur Menkes RI Nila Moeloek.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarskat Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223003, dan alamat email [email protected].(Tha)
Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI
drg. Oscar Primadi, MPH