Ketapang, 14 Februari 2018
Sebagai upaya penanganan permasalahan stunting di Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersama dengan dinas provinsi dan kabupaten melaksanakan kegiatan Monitoring dan Evalusasi Terpadu Intervensi Stunting terintegrasi di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat pada 12-15 Februari 2018.
Tujuan dari kegiatan ini adalah memastikan kesiapan dan implementasi rencana aksi intervensi spesifik dan sensitif di lokus prioritas stunting di 10 kabupaten sasaran triwulan I 2018. Terdapat 10 Kabupaten/Kota yang menjadi prioritas intervensi stunting ini yang salah satunya adalah Kabupaten Ketapang.
“Monitoring dan Evaluasi terpadu ini dilaksanakan untuk penurunan angka stunting, dari pemetaan dan riset terdapat beberapa tempat yang didapati angka stunting yang signifikan salah satunya Kabupaten Ketapang,” ungkap Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kemenkes drg. Oscar Primadi.
Dalam upaya penanggulangan penanganan stunting di Indonesia, Kementerian Kesehatan telah menyusun rencana aksi intervensi secara holistik integratif yang melibatkan seluruh program terkait. Agar implementasi rencana aksi tersebut berjalan dengan baik, memerlukan koordinasi dan peran aktif serta monitoring dan evaluasi progam di pusat, provinsi, kabupaten dan Puskesmas.
“Program penurunan stunting ini tidak bisa berjalan sendiri, semua dinas harus bergerak, pemerintah daerah juga lebih fokus untuk upaya investasi masa depan dan jangka panjang,” tambah Oscar.
Terkait adanya angka gizi buruk stunting perlu adanya upaya pengukuran yang jelas sehingga harapannya tidak ada lagi kasus stunting di berbagai daerah di Indonesia khususnya Kabupaten Ketapang. Salah satu upaya yang dapat di lakukan untuk menurunkan prevalensi stunting adalah melakukan intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.
Untuk intervensi gizi spesifik dilakukan melalui pemberian Tablet Tambah Darah dan promosi serta suplemen gizi makro dan mikro. Selain itu juga dilakukan penatalaksanaan gizi kurang/buruk, pemberian obat cacing dan zinc untuk manajemen diare. Intervensi ini disusun berdasarkan siklus hidup. Sedangkan untuk intervensi gizi sensitif dilakukan melalui pemantauan tumbuh kembang, penyediaan air bersih, pendidikan gizi, imunisasi, pengendalian penyakit, penyediaan jaminan kesehatan, Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, Nusantara Sehat, serta akreditasi Puskesmas dan rumah sakit.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567,SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.(And)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
Oscar Primadi