Madinah, 11 September 2018
Kemenkes RI telah menyiapkan 79 ton obat di Arab Saudi. Di Depo Farmasi Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) baik di Makkah maupun Madinah, tersedia 22 kelas terapi obat, seperti anti hipertensi, anti alergi, anti virus, anti inflamasi, anti histamin, anti biotik dan lainnya.
Sampai akhir penyelenggaraan ibadah haji, dipastikan perbekalan kesehatan berupa obat-obatan, cukup. Hingga saat ini tidak ada kekurangan obat karena jenis obat yang disediakan sudah dipenuhi sesuai dengan Formularium Nasional Perbekalan Kesehatan pada Pelayanan Kesehatan Haji berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/Menkes/651/2016.
Demikan ditegaskan Kasi Perbekalan Kesehatan Arab Saudi 2018 Nadirah Rahim, di Madinah (10/9). Item-item obat yang ada di formularium semuanya dalam bentuk tunggal, bukan obat kombinasi sesuai dengan formularium yang disusun oleh Ditjen Farmasi dan Alat Kesehatan Kemenkes RI.
“Beberapa petugas Kloter mencari obat kombinasi yang tidak ada dalam formularium. Obat ini memang tidak tersedia, namun substitusinya, sesungguhnya sudah disiapkan sesuai dengan formularium perbekalan kesehatan haji,” terang Nadirah.
Menurut Nadirah, di KKHI punya banyak stok obat. Jenisnya pun banyak. Bahkan petugas kesehatan di Kloter (TKHI) yang sudah pulang ke Indonesia mengembalikan cukup banyak obat ke Depo di KKHI. Atau, bila tidak mengembalikan bisa juga memindahkan sisa obatke Kloter temannya.
“Silahkan saja, yang penting bisa didayagunakan,” kata Nadirah.
Koordinator Perbekalan Kesehatan Haji 2018 Ariyani Dwi Hartanti menyatakan bahwa proses pengambilan obat sangat mudah. Tim Gerak Cepat (TGC) memiliki pos kesehatan di tiap Sektor. TKHI bisa mengambil stok obat di masing-masing sektor ini. Bila obat yang dimaksud tidak tersedia di Sektor, TKHI bisa mendapatkannya di KKHI.
“Jadi sebenarnya TKHI tidak perlu ke Depo (KKHI-red). Tapi bila ada obat yang diperlukan tidak ada di dalam paket di Sektor, maka petugas kesehatan di Kloter dapat mengambilnya ke KKHI,” kata Ariyani.
Ditambahkan, Sektor mendapat paket obat dari KKHI setiap 4 hari sekali. Namun karena tidak semua Sektor memiliki ruangan yang cukup untuk menyimpan stok obat, maka biasanya stok akan dipenuhi pada hari lain.
“Hanya beberapa Sektor yang mengambil obat tidak semuanya dan akan didorong pada hari berikutnya. Ini karena di Sektor itu tidak cukup ruangannya,” terang Ariyani.
Senada dengan Nadirah, Ariyani menyatakan bahwa tidak terjadi kekurangan obat di Kloter, karena Pemerintah telah menyiapkan penggantinya (substitsi). Dengan demikian tidak ada obat yang kosong.
“Harusnya bisa substitusi, misalnya analgetik yang ada di sesuaikan dengan substitusi yang tersedia. Anti alergi yang tidak ada disubsitusi kepada anti alergi yang ada,” kata Ariyani mencontohkan.
dr. Dina Fitriani dari Kloter JKS 67 mengungkapkan bahwa di Kloternya obat cukup mudah untuk didapatkan, terutama saat di Makkah cukup terbantu dengan stok obat yang ada di Sektor.
“Sehingga kami tidak perlu menunggu amprah atau push dari KKHI. Prosedurnya pun tidak rumit, sangat memudahkan kami TKHI,” kata Dina.
Sebelum berangkat ke Tanah Suci, para TKHI mendapat paket tas Kloter mulai dari embarkasi di Tanah Air. Selajutnya, pada saat pertama kali datang ke Makkah atau Madinah, TKHI mendapatkan paket standar sebagai paket push pertama. Kemudian pada hari ketiga, TKHI melaporkan sisa stoknya ke Siskohatkes Android. Pada hari ke 4, TKHI di Kloter mendapatkan paket push yang ke dua dari Depo yang dikirimkan melalui sektor.
TKHI dari Kloter UPG 26 dr. Jihan Indriani menceritakan bahwa selama memberi pelayanan kepada jemaah haji, kebutuhan obat untuk jamaahnya tercukupi.
“Prosesnya, kami mengambil obat di Sektor sesuai dengan yang dibutuhkan. Selanjutnya dapat kami berikan ke jemaah pada saat pemeriksaan,” kata Jihan. Ia mengaku jarang mengambil obat ke KKHI karena cukup mengambil di Sektor.
“Semua obat yang dibutuhkan jamaah ada di Sektor. Yang paling banyak diperlukan jemaah adalah obat batuk. Bahkan untuk pasien sesak yang perlu di Nebu ada semua di Sektor. Kami bisa tangani sendiri,” tambahnya.
Tengku Zulfan Efendi, TKHI dari Kloter BTH 17 Batam menyatakan hal yang sama. Pengambilan obat cukup dilakukan di Sektor, kecuali saat fase Armina lalu, ia sempat 2 kali mengambil di KKHI Mina.
“Ambil obat di Sektor 7 Makkah lancar, di Sektor tidak ada masalah. Waktu di Mina, sempat ambil obat 2 kali. Dan sampai pindah ke Madinah, obat masih cukup. Saat ini kami gunakan dulu obat yang masih ada. Untuk memberikan kepada jemaah, disesuaikan dengan dosis dan penyakit yang ada pada jemaah, serta sesuai protap,” jelas Zulfan.
dr. Dina, TKHI dari kloter SUB 14 yang telah tiba di Indonesia mengaku bahwa selama di Tanah Suci stok obat aman, baik jenis maupun jumlahnya. “Bahkan lebihnya kami hibahkan Kloter lain,” jelasnya melalui pesan singkat what’sup.
Jemaah haji asal Batam, Nashoha bin Parin menyatakan puas atas pelayanan kesehatan di Kloter. Menurutnya petugas kesehatan telah melayani jemaah dengan baik dengan rutin memeriksa pasien, serta mudah mendapatkan obat.
“Dokternya dan perawatnya baik, datang ke kamar-kamar memeriksa kami. Kalau perlu obat, juga gampang,” jelas Nasoha.
Secara terpisah Kepala Pusat Kesehatan Haji dr. Eka Jusup Singka menyatakan bahwa dirinya telah mengecek langsung persediaan obat kepada kloter-kloter melalui media group yang ada. Semuanya menjawab cukup.
Eka menambahkan, “Saya sudah menyampaikan ke dokter-dokter di Kloter “Jangan cari yang tidak ada”. Kita sebagai dokter sudah paham dan mengerti _kok_ bahwa semua item obat tersedia sesuai formularium yang disusun dan ditetapkan. Kemenkes sudah sangat full mendukung penyelenggaraan haji,” imbuhnya.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (gi)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM