Jakarta, 11 Oktober 2018
Gizi buruk dan stunting masih menjadi masalah di Indonesia. Butuh kerjasama multisektor untuk menanggulangi masalah tersebut. Salah satu upaya yang diambil pemerintah adalah dengan meyakinkan masyarakat bahwa dengan sering memakan ikan asupan gizi ke dalam tubuh akan baik.
Forum Jejaring Indonesia – Postharvest Loss Alliance for Nutrition (I-PLAN), dibentuk untuk menjamin ketersediaan, aksesibilitas, dan kesinambungan pangan bergizi utamanya dari ikan dengan kualitas baik. Hal ini disambut baik oleh Kementerian Kesehatan karena satu visi untuk mengentaskan stunting dan gizi buruk.
Direktur Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, Ir. Doddy Izwardi mengatakan terjadinya masalah gizi di Indonesia karena kurangnya pemahaman masyarakat akan kandungan gizi pada makanan, terutama ikan. Ikan adalah salah satu sumber protein yang mudah didapat di Indonesia.
Selain pemahaman, pola pikir masyarakat juga menjadi alasan terjadinya masalah gizi. Misalnya nasi adalah sumber karbohidrat, ketika tidak ada nasi bukan berarti tidak makan, tapi ada sumber karbohidrat lain seperti singkong.
“Selama ini kita harus mengubah pola pikir kita, misal sumber karbohidrat itu bisa nasi, sorgum, singkong,” kata Doddy usai pengukuhan Forum Jejaring I-PLAN, di Jakarta, Kamis (11/10).
Contoh lainnya, tambah Doddy, sumber protein ada ikan, dan kalau harga ikan naik bisa diganti dengan telur.
Direktur Pemasaran, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Machmud mengatakan ikan itu paling banyak jenisnya, bisa memilih ikan mana yang memiliki protein tinggi tapi harga murah, seperti lele, dan patin.
“Harganya lebih murah daripada ikan laut, karena ikan laut itu musiman,” kata Machmud.
Persoalan gizi tidak hanya tentang jenis ikan yang dikonsumsi, yang sangat disayangkan adalah perilaku nelayan yang kurang mengonsumsi ikan. Mereka banyak menangkap ikan namun diprioritaskan untuk dijual.
“Perilaku ini yang harus dihilangkan, dan kita lakukan sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman pada nelayan,” kata Machmud.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email [email protected]. (D2)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM