Surabaya, 13 Oktober 2018
Era globalisasi dapat memicu mobilitas penyakit baik ke dalam maupun ke luar Indonesia, bahkan dapat menimbulkan penyakit baru. Hal tersebut dapat diakibatkan karena adanya peningkatan frekuensi dan jumlah perjalanan antar negara dan peningkatan risiko masalah kesehatan.
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan 17.504 pulau. Indonesia juga memiliki posisi strategis terhadap lalu lintas dan perdagangan Internasional serta mempunyai banyak pintu masuk negara. Kemunculan penyakit baru dan muncul kembali penyakit lama menjadi tantangan bagi Pemerintah Indonesia terutama Kementerian Kesehatan.
Penyebab kemunculan penyakit baru dan muncul kembalinya penyakit lama berkaitan dengan gaya hidup, mobilitas, teknologi, dan populasi kepadatan habitat. Selain itu juga berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang saling terkait dengan keragaman geografis, perdagangan hewan, keseimbangan predator/pemangsa hewan lain, habitat dan kesehatan hewan, migrasi burung, pasar unggas/hewan, serta vegetasi, cuaca dan musim, iklim, yang mempengaruhi populasi hewan dan vector, banjir, erupsi gunung berapi, deforestasi, juga kebakaran hutan.
Menteri Kesehatan RI, Nila Moeloek mengungkapkan bahwa tantangan global bidang kesehatan masih meliputi penyakit tidak menular (PTM) yaitu stroke, hipertensi, diabetes, kanker, penyakit paru obstruktif, ketidak-tepatan penggunaan antibiotik, perubahan lingkungan, dan infeksi.
Untuk menghadapi tantangan itu, Kementerian Kesehatan melakukan terobosan Pemerataan Tenaga Kesehatan di Daerah Tertinggal Perbatasan Kepulauan (DTPK) dengan Penugasan Nusantara Sehat yang berbasis tim dan individual. Mereka ditempatkan di Puskesmas dan rumah sakit.
“Upaya menjawab tantangan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien dalam era JKN adalah dengan meningkatkan kompetensi SDM dalam pelayanan kesehatan, Perbaikan sistem pelayanan kesehatan, kolaborasi tenaga kesehatan, pemenuhan akreditasi rumah sakit, dan fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP),” kata Menkes.
Nila menambahkan dokter merupakan profesi yang mulia, seorang dokter haruslah selalu menunjukan sikap saling menghormati , peduli, mendukung, dan mempunyai itikad baik bagi sesama sejawat maupun terhadap profesi lain.
Nila berharap dokter di Indonesia mampu menegakkan integritas profesi. Dengan integritas, maka dokter akan mengusahakan yang terbaik dalam mengamalkan sumpah dan mematuhi standar etik profesi dokter serta menguasi pengetahuan dan ketrampilan. Dengan demikian, ia mampu bersaing dalam ilmu pengetahuan, penguasaan keahlian klinis yang memenuhi standar internasional.
Pertemuan Ilmiah Internasional
Nila Moeloek hari ini (13/10) menghadiri Pembukaan Pertemuan Ilmiah Internasional Mikrobiologi Klinik dan Penyakit Infeksi yang pertama, di Surabaya. Acara ini juga bersamaan dengan Kongres Nasional Perhimpunan Ahli Mikrobiologi Klinik Indonesia (PAMKI) ke-10, dan Nasional Simposium of Indonesia Anti Mikroba Resisance Wacht ke-12.
Sampai dengan tahun 2017, distribusi dokter spesialis mikrobiologi klinik di Indonesia mencapai 385 orang dan tersebar di 14 provinsi.
Pada kesempatan tersebut Menkes berharap PAMKI agar dapat mendorong institusi pendidikan untuk meningkatkan peminatan pada program pendidikan mikrobiologi klinik.
“Saya harap PAMKI turut membantu dan memonitor serta mengevaluasi distribusi tenaga mikrobiologi klinik di seluruh Indonesia dan mendukung pengembangan profesi dokter spesialis mikrobiologi klinik agar berperan aktif dalam penanggulangan penyakit infeksi,” ungkap Menkes.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan email [email protected]. (Sev)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM