Jenewa, 23 Mei 2019
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Anung Sugihantono bertemu dengan Director Polio Eradication WHO Michel Zafran, di sela sidang WHA ke 72, di Jenewa (23/5). Pertemuan terkait dengan eradikasi polio di Indonesia. Hadir pada kesempatan ini perwakilan dari PT. Biofarma.
Dalam pertemuan ini WHO menanyakan tiga hal, yaitu perkembangan penanganan outbreak polio di Papua, kedua menanyakan tentang nasional authority containment, dan ketiga menanyakan tentang kesiapan produksi vaksin polio kepada Biofarma.
Dirjen Anung menyampaikan terkait kasus di Papua, sudah dilakukan outbreak response immunization (ORI) di Yahukimo dan sub PIN (pekan imunisasi nasional) putaran 1 dan putaran 2 untuk Papua dan Papua Barat sebagai satu kesatuan pulau.
“Dalam sub PIN 1, capaian di Papua Barat sebesar 108%, dari sasaran hasil surveilan accute flaccid paralysis (AFP) tidak menemukan adanya polio di feses. Demikian pula dengan hasil survei di 8 titik tidak ada indikasi polio virus di lingkungan.
WHO, menurut Anung, menyampaikan apresiasi tapi sekaligus juga mengingatkan tentang arti penting Indonesia di dalam eradikasi polio ini.
“Mereka pahami betul bahwa Papua daerah yang sulit dijangkau. Sehingga pesan awal yang disampaikan bahwa imunisasi harus dilakukan oleh seluruh masyarakat Indonesia dari Aceh sampai ke provinsi lain, dalam konteks Indonesia tidak cukup relevan, karena ini (Papua) adalah orang yang sangat isolated dengan daerah-daerah yang cukup susah,” kata Dirjen Anung mengutip penyataan WHO SEAR.
Namun demikian, menurut Anung, bukan berarti kita berhenti dari upaya-uapaya kesehatan di sana. Oleh karenanya perlu didorong untuk terus meningkatkan imunisasi rutin.di seluruh wilayah termasuk Papua.
“Ini harus kita jadikan sebagai momentum untuk memperbaiki sistem surveilans yang ada di Indonesia,” tambah Dirjen Anung.
WHO juga mengingatkan tentang pengamanan, seperti sampel tinja yang diperiksa; produksi vaksin; dan distribusi vaksin jangan sampai menimbulkan persoalan lanjutan baik diorang maupun di lingkungan.
Terkait hal ini, Anung menyampaikan dalam peraturan Menteri Kesehatan menyebutkan bahwa untuk pemeriksaan polio sudah ditetapkan beberapa laboratorium. Pemerintah memastikan bahwa bahan-bahan yang terduga mengandung virus polio diamankan dengan benar sesuai dengan aturan di dalam pengamanan bahan.
Sementara itu, seiring dengan permintaan vaksin dari negara lain, PT. Biofarma selaku produsen vaksin di Indonesia tentu akan mencukupi kebutuhan dalam negeri terlebih dulu. Namun PT. Biofarma tetap mampu menjaga kebutuhan vaksin di seluruh dunia. Sebagaimana diketahui, Pakistan dan beberapa negara muslim lebih memilih vaksin dari Biofarma dibanding membeli vaksin dari Negara lain.
“PT. Biofarma menjamin kapasitasnya bisa ditingkatkan, bila ada kebutuhan dari Negara lain,” kata Dirjen Anung.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.(gi)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM