Bogor, 14 Oktober 2019
Pemerintah daerah memiliki cara masing-masing dalam meningkatkan cakupan dan mutu imunisasi. Berbagai cara dilakukan termasuk dengan menciptakan inovasi sebagaimana yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Barat.
Koper Imut dan Kamu, adalah dua inovasi berbeda yang digagas Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Barat untuk meningkatkan cakupan dan mutu imunisasi. Kedua inovasi itu dipaparkan pada Rapat Koordinasi Pelaksanaan Operasional Program (Rakorpop), Senin (14/10) di Bogor.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Barat Paijo, SKM, M.Kes menjelaskan adanya inovasi itu karena cakupan imunisai di Kabupaten Lampung Barat jauh di bawah target.
“Pada 2017 cakupan imunisasi masih rendah. Di Provinsi Lampung pada 2018 banyak kasus suspek difteri, tapi semua negatif. Dari Kabupaten Lampung Barat, suspek (difteri) sedikit tapi positif. Ternyata penderita tidak pernah diimunisasi, orang nya berpindah-pindah. Bahkan tidak punya kartu keluarga, kemudian kita cek ke Dinas Kependudukan ternyata pencatatannya ada di kabupaten lain,” katanya.
Selain difteri, kendala lain terjadi pada program imunisasi Measles Rubella (MR), yakni adanya penolakan dari beberapa kalangan, padahal saat itu imunisasi MR baru saja dicanangkan.
“Pelaksanaan MR di Lampung Barat baru saja pencanangan, di malam harinya langsung banyak penolakan. Tapi kami lanjut terus. Penolakan banyak sekali tapi kami terus lanjutkan (imunisasi). Dalam menghadapi penolakan imunisasi itu di antaranya dengan menggandeng MUI,” ucap Paijo.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Paijo mengatakan, dilakukan dengan melibatkan semua pihak untuk mendukung pelaksanaan imunisasi. Sekira 100 orang yang terlibat dalam perbaikan cakupan dan mutu imunisasi itu.
“Persiapan ini sangat luar biasa. Semua terlibat, saling mendukung dan bisa dikatakan ini berhasil. Semua (cakupan imunisasi) mencapai di atas 96 persen,” katanya.
Keberhasilan itu dilakukan melalui inovasi Koper Imut (Kelompok Peduli Imunisasi Terpadu) dan Kamu (Kantung Imunisasi).
Koper Imut beranggotakan kader Posyandu, LSM, dan masyarakat yang peduli terhadap kesehatan anak. Setiap desa terdapat satu kelompok Koper Imut yang terdiri dari 10 orang. Mereka bertugas melakukan pendataan, kunjungan ke rumah bayi dan Balita, sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya imunisasi, dan melaporkan hasil kegiatan ke pengelola imunisasi di Puskesmas.
Sementara Kantung Imunisasi (Kamu) merupakan alat untuk memantau imunisasi anak di desa. Kantung imunisasi terdiri dari 12 kantung untuk 12 bulan. Data anak yang akan mendapatkan imuniasai dalam 1 tahun dimasukkan ke dalam Kantung Imunisasi itu. Kemudian anak yang tidak datang sesuai jadwal akan dicatat dalam buku kendali. Bidan desa atau kader akan mencari informasi ke rumah anak apabila anak tersebut tidak datang saat jadwal imunisasi.
“Hasil dari 2 inovasi itu terjadi perubahan pada cakupan imunisasi menjadi meningkat, masyarakat menjadi lebih akrab dengan kader dan tenaga kesehatan karena merasa diperhatikan, masyarakat juga mulai berani menceritakan masalah kesehatannya selain imunisasi. Selain itu juga kepala desa mulai memberikan perhatian lebih pada kegiatan imunisasi,” ucap Paijo.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.(D2)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM