Ponorogo, 23 November 2019
Dalam rangka memberikan perlindungan sekaligus pelayanan kesehatan secara komprehensif di Pesantren, Kemenkes memberikan perhatian penuh pada kesehatan warga di pesantren.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes mengatakan dibutuhkan program kesehatan untuk diterapkan di Pesantren. Pesantren sehat diterapkan mengikuti apa yang dilaksanakan untuk kesehatan diri sendiri dan untuk masyarakat.
“Kalau untuk diri sendiri bagaimana menjaga PHBS, kemudian bagaimana lingkungannya juga sehat,” katanya saat mengunjungi Universitas Darussalam Gontor, Jumat (22/11).
Penerapan program pesantren sehat dilakukan untuk mencegah terjadinya faktor-faktor risiko pada warga Pesantren. Faktor risiko tersebut dapat berupa penyakit kulit, diare, ISPA, pneumoni, dan TBC.
“Pesantren merupakan tempat berkumpulnya anak-anak dalam satu lingkungan yang begitu besar dengan kerapatan kontak fisik yang tinggi. Tentunya kami akan sangat concern selain dari pada PHBS yang ada di pesantren, juga sanitasi dan lingkungannya juga,” ucap dr. Wiendra.
Sebagai contoh, kata dr. Wiendra, Kemenkes mempunyai program pada pesantren sehat ini adalah bagaimana supaya anak itu tidak menderita TBC. Kemenkes dan Dinas Kesehatan setempat mengharapkan santri putra dan putri yang positif TBC tidak dipulangkan sebelum dilkukan perawatan, karena pasien itu bisa sembuh dan sehat asal dia minum obat secara teratur.
Kemenkes melakukan screening TBC pada santri seperti yang dilakukan di Pesantren Darussalam Gontor.
“Kami juga screening untuk deteksi dini, sehingga harapan kita bahwa di Ponpes ini kesehatan anak itu terjaga, Sehingga nantinya menghasilkan kualitas hidup santri yang sehat di Ponpes ini,” kata dr. Wiendra.
Selain itu, kebersihan makanan dan kualitas air perlu dijaga. Ia menambahkan Dinas Kesehatan setempat harus memonitoringnya, biasanya 6 bulan sekali kalau untuk air.
“Sebenarnya di pesantren-pesantren itu harus ada kadernya, baik itu kader Kesehatan Lingkungan, kader TBC, kader gizi, itu sangat penting,” ucap dr. Wiendra.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email [email protected]. (D2)
Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM