Cikarang, 21 Februari 2020
Menteri Kesehatan RI, Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp. Rad (K) RI, melakukan kunjungan kerja ke Pabrik Dexa Medica Indonesia di Cikarang tanggal 21 Februari 2020. Ia mengatakan Pemerintah bersama dengan industri farmasi mengambil langkah cepat untuk melaksanakan Instruksi Presiden No.6 Tahun 2016 tentang Percepatan dan Pengembangan Industri Farmasi Alat Kesehatan.
“Sejumlah langkah telah dipersiapkan oleh Kementerian Kesehatan untuk mengurangi ketergantungan impor bahan baku obat dan alat kesehatan”, kata Menkes Terawan, Jumat (21/2).
Menkes Terawan mengapresiasi industri farmasi yang mendukung strategi Pemerintah dalam mengurangi ketergantungan impor bahan baku obat dan alat kesehatan, melalui riset penemuan dan hilirisasi produk Obat dan Alkes.
“Kata kuncinya adalah kerja sama, harus dilakukan kerja sama dengan berbagai pihak untuk mempercepat proses produksi OMAI (Obat Modern Asli Indonesia). Selain itu, penting juga dilakukan penelitian dan pemasaran yang bagus”, jelas Terawan.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa Indonesia perlu investasi dari negara lain. Produk-produk OMAI harus bisa masuk ke perdagangan di kawasan Timur Tengah dengan membawa label serifikat Halal.
“Percuma kita punya Halal kalau tidak bisa masuk ke negara-negara di Kawasan Timur Tengah. OMAI layak masuk ke Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Pakistan,” imbuh Menkes.
Menkes mengharapkan PT. Dexa dapat lebih mengembangkan produksi OMAI dengan melakukan kerja sama dengan B2P2TOOT Tawangmangu, dengan uji klinik dari Lembaga Eijkman dan melakukan hilirisasi contohnya dengan RSPAD Gatot Soebroto, untuk menggantikan obat-obatan kimia sehingga menghasilkan produk herbal yang lebih aman dan minim efek samping serta dapat menjadi nilai dagang yang positif di seluruh dunia.
Untuk meningkatkan produksi obat-obatan herbal, Indonesia masih memerlukan investasi dari negara lain.
“Investasi boleh, tapi untuk OMAI. OMAI harus terus digaungkan untuk menggantikan istilah herbal. OMAI adalah milik masyarakat Indonesia. Setiap produk perlu diberi label tambahan OMAI, sehingga akan menumbuhkan rasa nasionalisme”, tutup Menkes di akhir kunjungan.
Dalam kunjungan tersebut, Direktur Utama PT Dexa, Ferry Soetikno memaparkan tentang Kemajuan Dexa Group dalam membangun Dexa Laboratories Biomolecular Sciences (DLBS). Ferry menjelaskan komitmennya dalam menganggarkan sebagian keuntungan PT. Dexa Medica untuk berbagai kegiatan penelitian, salah satunya penelitian dan pengembangan produk Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) sejak tahun 2005 yang di lakukan di institusi risetnya yang disebut DLBS.
Direktur Dexa Laboratories Biomolecular Sciences, Dr. Raymond, mencontohkan salah satu produk OMAI Dexa Group adalah Inlacin. Inlacin merupakan obat Diabetes berbahan baku bungur dan kayu manis yang bahan bakunya diperoleh dari petani di daerah Gunung Kerinci di Jambi.
Produk tersebut telah teruji klinis dan memiliki efikasi yang sama dengan obat Diabetes berbahan baku kimia seperti Metformin. Selain Inlacin, produk Fitofarmaka lainnya adalah Redacid berbahan baku kayu manis yang bermanfaat untuk mengatasi gangguan lambung, Disolf berbahan baku cacing tanah yang bermanfaat untuk memperlancar peredaran darah, serta Stimuno yang merupakan produk imunomodulator atau peningkat imun berbahan baku meniran.
Kapasitas produksi bahan baku yang dimiliki PT. Dexa mampu memenuhi kebutuhan nasional sehingga Indonesia tidak perlu lagi impor bahan baku.
Pemanfaatan OMAI dalam JKN dinilai efektif bagi industri dalam mendorong pengembangan produksi bahan baku dalam negeri. Sebab peneliti saat ini tidak hanya melihat potensi bahan baku terbatas dari riset nya saja, melainkan hingga potensi hasil riset di tingkat hilir.
Hasil penelitian sangat penting untuk segera dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi peningkatan kesehatan masyarakat. Produk OMAI yang telah ditemukan, diteliti, dan di uji klinis memiliki efikasi yang setara dengan obat-obatan berbahan baku kimia. Terlebih produk OMAI telah sukses memberdayakan para petani di berbagai daerah.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email [email protected].(D2)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM