Surabaya, 5 Desember 2024
Program Skrining Kesehatan dan Pengentasan Tuberkulosis (TBC) di Indonesia menjadi bagian dari misi ‘Asta Cita’ pemerintah saat ini, khususnya di bidang kesehatan.
Wakil Menteri Kesehatan RI Prof. dr. Dante Harbuwono mengatakan, deteksi dini menjadi kunci keberhasilan Program Skrining Kesehatan dan Pengentasan TBC di Indonesia. Prof. Dante menyampaikan hal tersebut ketika melakukan kunjungan kerja di Puskesmas Krembangan Selatan, Surabaya, Jawa Timur, pada Kamis (5/12).
Dalam kunjungannya, Wamenkes Prof. Dante fokus melakukan peninjauan layanan deteksi dini pada tiga masalah kesehatan, yakni kanker serviks, TBC, dan stunting.
Wamenkes menjelaskan pentingnya melakukan pemeriksaan atau deteksi dini kanker serviks atau kanker mulut rahim. Kanker serviks masih menjadi penyebab kematian nomor 2 tertinggi bagi perempuan di Indonesia.
“Perlu dilakukan pemeriksaan IVA secara rutin untuk dapat mendeteksi kanker serviks. Sebab, apabila ada yang terdeteksi positif dan masih berada pada stadium rendah, kita dapat segera lakukan pengobatan sederhana yang bisa dilakukan langsung di tingkat puskesmas, yakni dengan pengobatan cryo,” kata Prof. Dante.
Namun, apabila kanker serviks terdeteksi pada stadium lanjut dan sudah menyebar maka perlu tindakan yang lebih kompleks, seperti kemoterapi, bahkan hingga operasi, dan lain sebagainya.
Selanjutnya, layanan deteksi dini juga dilakukan pada penyakit TBC. Pemeriksaan ini dilakukan dengan berbagai metode, di antaranya tes mantoux, pemeriksaan dahak, dan pemeriksaan dengan memanfaatkan teknologi AI untuk membaca hasil rontgen dan tes darah lebih cepat.
“Indonesia saat ini masih menduduki peringkat kedua tertinggi di dunia untuk penderita penyakit TBC. Maka dari itu, jangan sampai nunggu ada gejala parah, apalagi hingga batuk darah. Pentingnya menumbuhkan kesadaran untuk melakukan skrining, khususnya bagi yang kontak erat dengan pasien positif,” ungkap Prof. Dante.
Dalam kunjungannya, Prof. Dante juga menyempatkan berbincang langsung dengan masyarakat. Dia berpesan kepada beberapa pasien yang baru saja terdeteksi TBC untuk dapat mengonsumsi obatnya sampai tuntas selama beberapa waktu dan tidak berhenti di tengah jalan agar bakterinya tidak kebal.
Selain itu, Wamenkes Prof. Dante meninjau layanan deteksi dini stunting melalui pemeriksaan rutin berat badan bayi dan balita. Saat ini, angka stunting di Indonesia masih mencapai 21,5%. Meskipun belum mencapai target, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) masih terus berupaya untuk menurunkan angka stunting.
“Skrining berat badan bayi dan balita juga sama pentingnya. Bayi dan balita yang berat badannya tidak naik memiliki peluang terkena TBC. Apalagi, jika bayi tersebut ada di lingkungan orang dewasa yang positif TBC maka harus segera diperiksa lebih lanjut supaya lebih cepat diketahui,” ujar Wamenkes.
Selanjutnya, Wamenkes menekankan pentingnya deteksi dini pada stunting. Hal ini karena stunting berhubungan erat dengan kecerdasan. Menurutnya, perlu kolaborasi lintas sektor untuk mempersiapkan generasi bebas stunting demi terwujudnya Indonesia Emas 2045 pada masa mendatang.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620 dan alamat email [email protected] (FSI)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik
Aji Muhawarman, ST, MKM