Gambaran prevalensi status gizi Balita diperoleh dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang menjadi salah satu dasar untuk menetapkan kebijakan berbasis bukti hanya dilakukan 3-5 tahun sekali. Hasil yang berhasil dipotret adalah prevalensi gizi kurang/kekurangan gizi (underweight) pada anak usia di bawah lima tahun (Balita) serta prevalensi pendek dan sangat pendek (stunting) pada anak usia di bawah dua tahun (Baduta).
Untuk mengawal upaya perbaikan gizi masyarakat sejak tahun 2014 telah dilaksanakan surveilans gizi berupa Pemantauan Status Gizi (PSG) pada 34 provinsi, sebagai alat untuk monitoring dan evaluasi kegiatan dan dasar penentuan kebijakan dan perencanaan kegiatan berbasis bukti yang spesifik wilayah. PSG sebagai upaya monitoring dan evaluasi keberhasilan progam perbaikan gizi guna memberikan petunjuk apakah program yang dijalankan sudah berdampak pada penurunan masalah gizi seperti yang diharapkan yaitu menurunkan prevalensi stunting, underweight dan wasting. Oleh karena itu, PSG perlu dijalankan setiap tahun.
Pada 2014, PSG diselenggarakan di 134 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia, sementara PSG 2015 dilaksanakan di 496 Kabupaten dan Kota di 34 Provinsi. Pada 2016, PSG berhasil ditingkatkan lagi cakupannya, berhasil dilaksanakan di 514 kabupaten dan kota di 34 Provinsi.
PSG 2016 menyediakan data dan informasi status gizi Balita, remaja, dewasa, WUS, ibu hamil dan nifas serta konsumsi Ibu hamil secara cepat, akurat, teratur, dan berkelanjutan untuk penyusunan perencanaan dan perumusan kebijakan program gizi. Secara singkat, berikut adalah beberapa data yang terdapat di dalam Hasil PSG 2016 tersebut, antara lain:
Informasi mengenai status gizi pada anak Balita
- Balita yang memiliki tinggi badan dan berat badan ideal (TB/U normal dan BB/TB normal) jumlahnya 61,1%. Masih ada 38,9% Balita di Indonesia yang masing mengalami masalah gizi, terutama Balita dengan tinggi badan dan berat badan (pendek – normal) sebesar 23,4% yang berpotensi akan mengalami kegemukan.
- Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada Balita, terdapat 3,4% Balita dengan gizi buruk dan 14,4% gizi kurang. Masalah gizi buruk-kurang pada Balita di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masuk dalam kategori sedang (Indikator WHO diketahui masalah gizi buruk-kurang sebesar 17,8%).
- Prevalensi Balita pendek cenderung tinggi, dimana terdapat 8,5% Balita sangat pendek dan 19,0% Balita pendek. Masalah Balita pendek di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat masuk dalam kategori masalah kronis (berdasarkan WHO masalah Balita pendek sebesar 27,5%).
- Prevalensi Balita kurus cukup tinggi dimana terdapat 3,1% balita yang sangat kurus dan 8,0% Balita yang kurus. Masalah Balita kurus di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masuk dalam kategori akut (berdasarkan WHO diketahui masalah Balita kurus sebesar 11,1%.
Informasi Capaian Indikator Pembinaan Gizi dan Konsumsi Zat Gzi pada Ibu Hamil
- Hasil pemeriksaan garam berdasarkan kandungan Iodium di rumah tangga menunjukkan hasil yang baik, dimana 90,8% garam yang digunakan di rumah tangga mengandung iodium.
- Persentase Balita yang datang dan ditimbang di posyandu minimal 4 kali dalam 6 bulan terakhir cukup baik yaitu 72,4%. Balita yang memiliki KMS atau buku KIA sebesar 69,5%.
- Persentase Ibu yang sama sekali tidak melakukan IMD masih cukup besar yaitu 48,2%.
- Persentase konsumsi hanya ASI saja pada bayi 0-5 bulan hanya 29,5%. Dan terdapat 71,5% bayi 0-5 bulan yang telah diberi makanan lain selain ASI.
- Persentase Balita umur 6 – 59 bulan yang mendapatkan Vitamin A sebesar 90,1%. Dari angka tersebut, Balita yang mengkonsumsi kapsul Vitamin A warna biru pada bayi 6-11 bulan dalam 6 bulan terakhir adalah 69,1%. Sedangkan persentase konsumsi kapsul Vitamin A warna merah pada bayi 12-59 bulan dalam 6 bulan terakhir adalah 93,2%.
- Persentase ibu nifas yang menerima/minum kapsul vitamin A cukup besar yaitu 71,8%.
- Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang didapatkan oleh balita kurus persentasenya 63%.
- Persentase remaja puteri yang mendapatkan tablet tambah darah masih sangat rendah yaitu hanya 10,3%. Menunjukan masih banyak remaja puteri yang mengalami anemia dan akan menghasilkan generasi penerus yang mengalami masalah gizi apabila tidak dicegah sejak masa remaja.
- Dari seluruh ibu hamil yang ada, Ibu hamil yang mendapatkan TTD lebih dari 90 tablet yaitu hanya 40,2% yang mendapatkan TTD.
- Ibu hamil yang memiliki risiko kurang energy kronis ( KEK) sebesar 16,2%. Persentase Ibu hamil KEK yang mendapatkan makanan tambahan sebesar 79,3%.
- Ibu hamil yang mengalami defisit energi sebesar 53,9%, sedangkan yang defisit protein sebanyak 51,9%.
- Persentase konsumsi energi dan zat gizi (Protein, karbohidrat, dan lemak) secara nasional: energi (73,6%), protein (86,4%), karbohidrat (76,8%) dan 70% lemak.
Data dan informasi yang dihasilkan dari PSG diharapkan dapat memenuhi kebutuhan daerah akan data dan informasi tentang status gizi dan indikator kinerja perbaikan gizi yang spesifik wilayah, serta bahan sosialisasi dan advokasi bagi pengambil keputusan di daerah, khususnya di kabupaten/kota.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH