Tim Kementerian Kesehatan yang ditugaskan menelurusi kebenaran berita kematian Balita di Kab. Nduga telah mengunjungi dan melakukan pengumpulan fakta di Kecamatan Mbuwa Kabupaten Nduga, Papua. Tim gabungan sebanyak 6 orang berasal dari tim crisis center Dinkes Papua, Laboratorium Kesehatan Daerah Papua dan Balai Litbang Kesehatan Biomedis Kemenkes itu mengunjungi 4 kampung yaitu Opmo, Digilmo, Ottolama, dan Yerusalem.
Situasi medan di lokasi cukup berat dengan cuaca yang ekstrim, berkabut, hujan dengan suhu bisa mencapai 6°C. Perjalanan dari kampung ke kampung ditempuh 8 jam dengan berjalan kaki naik turun bukit. Masyarakatnya tidak dapat berbahasa Indonesia, untuk itu tim didampingi penterjemah dan tim Satgas Kaki Telanjang Provinsi Papua.
Tim Kemenkes yang turun di lapangan menemukan ada kematian Balita, meskipun tidak ada data resmi angka kematian yang tercatat baik jumlah dan waktu kematiannya. Kabar data kematian Balita yang beredar di media berasal dari informasi pendeta yang merasa warganya sudah lama tidak hadir di gereja. Diperkirakan angka kematian merupakan kompilasi kematian dari bulan Juni 2015 sampai sekarang. Namun ketika data-data dari pendeta dikonfirmasi dengan mendatangi rumah pasien ternyata Balita tersebut telah meninggal tahun lalu.
Tersedia sebuah Puskesmas di kecamatan Mbuwa, namun belum berfungsi dengan baik karena lokasi cukup jauh dari kediaman penduduk, selain itu kesadaran masyarakat menuju fasilitas kesehatan masih sangat rendah. Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas sebanyak 4 orang, terdiri dari 1 orang bidan, 1 orang tenaga farmasi, 1 kepala puskesmas dan 1 orang dokter PTT. Jangkauan tenaga Kesehatan menuju rumah-rumah penduduk sangat terbatas berkaitan dengan medan yang berat dan masyarakat yang tertutup terhadap orang luar. Menurut dokter PTT yang bertugas selama dia disana (6 bulan) persalinan oleh tenaga kesehatan jarang dilakukan.
Tim juga menemukan belum terlihat ada hubungan kejadian kasus antara satu pasien dengan pasien lain dengan kekhasan outbreak yaitu peningkatan insiden kasus di atas normal secara mendadak dalam suatu komunitas. Namun ada gejala hampir sama berupa batuk, sesak, demam dan ada yang disertai diare.
Penduduk di Kecamatan Mbuwa tinggal di rumah honay yang beberapa disertai kandang babi di dalamnya. Ruangan dalam rumah honay memiliki sirkulasi udara yang kurang baik. Hanya anak kecil yang dapat berdiri tegak di dalam honay. Secara umum penduduk tidak menggunakan alas kaki. Sumber air terkontaminassi dengan kotoran babi dan air tidak pernah dimasak saat dikonsumsi.
Tim Kemenkes telah mengambil spesimen berasal dari orang dan lingkungan untuk diteliti di laboratorium kesehatan di Jayapura. Spesimen berasal dari orang yang sedang sakit dan orang kontak berupa specimen darah, swab anal, swab hidung, swab tenggorokan dan sputum.
Pada hari Senin (30/11), Kementerian Kesehatan kembali akan mengirimkan tim kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dan imunisasi serta penyuluhan kesehatan. Disamping itu Kemenkes akan membawa obat-obatan dan MP ASI. Kemenkes akan meminta bantuan TNI agar dapat menembus lokasi dengan keadaan medan berat dan sulit diakses.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline