WHO mencatat terjadinya peningkatan kasus mycoplasma pneumonia di Cina. Umumnya bergejala ringan tetapi beberapa orang mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terjadi peningkatan kasus mycoplasma pneumonia sejak Mei 2023 di Cina. Pneumonia semacam ini umumnya bergejala ringan, tetapi beberapa orang mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit. Walaupun data tentang jumlah penderitanya belum tersedia, pada akhir November lalu Al Jazeera melaporkan bahwa rumah-rumah sakit di Beijing, Cina dibanjiri pasien anak. Menurut Al Jazeera, salah satu rumah sakit besar di kota tersebut melaporkan bahwa rata-rata setiap hari mereka melihat sekitar 1.200 pasien memasuki ruang gawat darurat.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyatakan bahwa pneumonia mycoplasma paling sering terjadi pada orang dewasa muda dan anak-anak usia sekolah tetapi dapat menyerang siapa saja. Menurut CDC, orang yang tinggal dan bekerja di lingkungan ramai mempunyai risiko lebih tinggi. Sebagai contoh, orang yang berisiko lebih tinggi terkena infeksi serius adalah mereka yang sembuh dari penyakit pernapasan dan memiliki sistem kekebalan tubuh lemah.
Perlu diketahui komplikasi parah dapat terjadi sehingga memerlukan perawatan di rumah sakit. Infeksi pneumonia mycoplasma dapat menyebabkan atau memperburuk komplikasi seperti serangan asma atau gejala asma baru, ensefalitis (pembengkakan otak), anemia hemolitik (terlalu sedikit sel darah merah, yang berarti lebih sedikit sel untuk mengantarkan oksigen ke dalam tubuh), disfungsi ginjal (masalah ginjal), dan kelainan kulit seperti sindrom Stevens-Johnson, eritema multiforme, dan nekrolisis epidermal toksik.
Menurut dr. Erlina Burhan, M. Sc, Sp. P. (K.), dokter spesialis paru di Divisi Infeksi Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pneumonia mycoplasma merupakan kondisi peradangan yang terjadi di paru-paru. Pneumonia terbagi menjadi dua, yakni atipikal dan tipikal. Pneumonia atipikal cenderung lebih ringan dan persisten dibandingkan pneumonia tipikal.
Gejala pneumonia atipikal biasanya tidak seberat yang tipikal. Dahaknya lebih jernih, bukan kuning atau hijau. Muncul pula bercak-bercak di jaringan paru. “Kalau kita lakukan pengecekan, kadar leukosit atau darah putih bisa tinggi dan suhu tubuh hangat atau sumeng,” ucap Erlina kepada Mediakom pada Senin, 4 Desember lalu.
Sementara itu, pneumonia tipikal, menurut Erlina, diawali dengan demam tinggi, batuk dahak yang kekuningan, dan kalau peradangan sudah luas bisa sesak hingga harus dirawat. Kondisi ini bisa menjadi berat walaupun jumlah leukosit bisa normal. “Untuk mengetahui pada jenis apa harus periksa untuk diagnosis, dahaknya dikirim ke laboratorium agar bisa ketemu hasilnya bagaimana. Nah, kalau untuk mycoplasma biasanya kita melakukan swab tenggorokan atau hidung untuk memastikan hasilnya, “ kata Erlina.
Penyebabnya, menurut Erlina, adalah bakteri mycoplasma, yang penularannya melalui droplet terhirup dan udara (airborne). Sampai sekarang masih belum ada vaksin khusus untuk pneumonia mycoplasma, sehingga dia menyarankan agar masyarakat tetap menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai pencegahan. “Kebiasaan protokol kesehatan juga bisa dilakukan, seperti cuci tangan pakai sabun dan pakai masker jika batuk-pilek.”
WHO merekomendasikan sejumlah langkah kepada masyarakat untuk mencegah penularan mycoplasma pneumonia. Pertama, lakukan vaksin untuk melawan influenza, COVID-19, dan patogen pernapasan lain jika diperlukan. Kedua, menjaga jarak dengan yang sakit. Ketiga, tetap tinggal di rumah dan tidak bepergian saat sakit atau melakukan isolasi mandiri. Keempat, menjalani tes dan perawatan medis sesuai kebutuhan. Kelima, memakai masker sebagaimana mestinya. Keenam, memastikan ventilasi ruang yang baik. Ketujuh, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan memakai sabun antiseptik dan air mengalir. Terakhir, masyarakat segera menuju ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat jika mengalami tanda-tanda atau gejala pneumonia seperti batuk atau kesulitan bernapas yang disertai demam.
Menurut WHO, kebanyakan orang akan sembuh dari infeksi yang disebabkan oleh mycoplasma tanpa antibiotik. Namun, Anda perlu menanyakan kepada dokter atau apoteker tentang obat-obatan yang dijual bebas yang dapat membantu Anda merasa lebih baik selama masa pemulihan.
Penulis: Redaksi Mediakom