Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, dalam Laporan Perkembangan HIV-AIDS, Triwulan III, Tahun 2012 kepada Menteri Kesehatan RI, menyampaikan bahwa sejak periode Juli – September 2012 terjadi perubahan dan perkembangan data dalam laporan pasca Kegiatan Validasi dan Harmonisasi Data bersama seluruh provinsi di Indonesia. Hal tersebut dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas laporan dan laporan kasus 2012 atau tahun sebelumnya adalah benar-benar kasus yang ditemukan pada tahun yang bersangkutan.
Situasi masalah HIV-AIDS, Triwulan III, Juli – September Tahun 2012
Kasus HIV, dari Juli sampai dengan September 2012 jumlah kasus baru HIV yang dilaporkan sebanyak 5.489 kasus. Persentase kasus HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25 – 49 tahun (73,7%), diikuti kelompok umur 20-24 tahun (15,0%) dan kelompok umur > 50 tahun (4,5%). Rasio kasus HIV antara laki-laki dan perempuan adalah 1:1. Persentase faktor risiko HIV tertinggi adalah hubungan seks tidak aman pada heteroseksual (50,8%), penggunaan jarum suntik tidak steril pada Penasun (9,4%), dan LSL (Lelaki Seks Lelaki) (7%).
Kasus AIDS, dari Juli sampai dengan September 2012 jumlah kasus baru AIDS yang dilaporkan sebanyak 1.317 kasus. Persentase kasus AIDS tertinggi pada kelompok umur 30 – 39 tahun (40,7%), diikuti kelompok umum 20 – 29 tahun (29,0%) dan kelompok umur 40 – 49 tahun (17,3%). Rasio kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Jumlah kasus AIDS tertinggi dilaporkan dari Provinsi DKI Jakarta (648), Jawa Tengah (140), Bali (1012), Jawa Barat (80) dan Kepulauan Riau (78). Persentase faktor risiko AIDS tertinggi adalah hubungan seks tidak aman pada heteroseksual (81,9%), penggunaan jarum suntik tidak steril pada Penasun (7,2%), dari ibu (positif HIV) ke anak (4,6%), dan LSL (2,8%).
Sejak pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan September 2012, kasus HIV-AIDS tersebar di 341 (71%) dari 497 kabupaten/kota di seluruh (33) provinsi di Indonesia. Provinsi pertama kali ditemukan adanya kasus HIV-AIDS adalah Provinsi Bali (1987), sedangkan yang terakhir melaporkan adanya kasus HIV (2011) adalah Provinsi Sulawesi Barat.
Situasi masalah HIV-AIDS Tahun 1987 – September 2012
Kasus HIV, sampai dengan tahun 2005 jumlah kasus HIV yang dilaporkan sebanyak 859 kasus, tahun 2006 (7.195 kasus), tahun 2007 (6.048 kasus), tahun 2008 (10.362 kasus), tahun 2009 (9.793 kasus), tahun 2012 (21.591 kasus), tahun 2011 (21.031 kasus), Januari – September 2012 (15.372 kasus). Jumlah kumulatif kasus HIV yang dilaporkan sampai dengan September 2012 sebanyak (92.251 kasus). Jumlah kasus HIV tertinggi yaitu DKI Jakarta (21.775 kasus), diikuti Jawa Timur (11.994 kasus), Papua (9.447 kasus), Jawa Barat (6.640 kasus), dan Sumatera Utara (5.935 kasus)
Kasus AIDS, sampai dengan tahun 2005 jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak (4.774 kasus), tahun 2006 (3.439 kasus), tahun 2007 (4.434 kasus), tahun 2008 (5.134 kasus), tahun 2009 (5.458 kasus), tahun 2010 (6.476 kasus), dan tahun 2011 (6.178 kasus), Januari-September 2012 (3.541 kasus). Jumlah kumulatif kasus AIDS dari tahun 2987 sampai dengan September 2012 sebanyak 39.434 kasus.
Persentase kumulatif kasus AIDS tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun (42,3%), diikuti kelompok umur 30-39 tahun (33,1%), 40 – 49 tahun (11,4%), 15-19 tahun (4%), dan 50-59 tahun (3,3%). Persentase kasus AIDS pada laki-laki sebanyak 66,8% dan perempuan 32,9%.
Jumlah kasus AIDS tertinggi adalah wiraswasta (4.604 kasus), diikuti ibu rumah tangga (4.251 kasus), tenaga non-profesional (karyawan) (4.056 kasus), buruh kasar (1.512 kasus), petani/peternak/nelayan (1.497 kasus), penjaja seks (1.320 kasus) dan anak sekolah/mahasiswa (1.022 kasus).
Jumlah kasus AIDS terbanyak dilaporkan dari Papua (7.527 kasus), DKI Jakarta (6.299 kasus), Jawa Timur (5.257 kasus), Jawa Barat (4.098 kasus), Bali (2.939 kasus), Jawa Tengah (2.503 kasus), Kalimantan Barat (1.699 kasus), Sulawesi Selatan (1.377 kasus), Riau (775 kasus), dan Sumatera Barat (715 kasus). Angka kematian (CFR) AIDS menurun dari 2,8% pada tahun 2011 menjadi 1,6% pada September 2012.
Sampai dengan September 2012, sudah tersedia layanan HIV-AIDS di Indonesia sebanyak 460 layanan Konseling dan Tes HIV Sukarela (KTS) termasuk Konseling dan Tes HIV yang diprakarsai oleh Petugas Kesehatan (KTPK); 322 layanan Perawatan, Dukungan dan Pengobatan (PDP) yang aktif melakukan pengobatan ARV, terdiri dari 238 RS Rujukan PDP (induk) dan 85 satelit; 80 layanan Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM); 299 layanan Infeksi Menular Seksual (IMS), 94 layanan Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak (PPIA) dan 223 layanan (kolaborasi) TB-HIV.
Jumlah Lapas/Rutan/Bapas yang melaksanakan kegiatan pengendalian HIV-AIDS dan IMS sampai bulan September 2012 sebanyak 148 Lapas/Rutan/Bapas melaksanakan kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE); 20 Lapas/Rutan/Bapas melaksanakan kegiatan penjangkauan; 78 Lapas/Rutan/Bapasmemiliki Kelompok Dampingan Sebaya (KDS), 45 Lapas/Rutan/Bapas melaksanakan kegiatan Konseling dan Tes HIV; 148 Lapas/Rutan/Bapas melaksanakan kegiatan koordinasi; 9 Lapas/Rutan/Bapas melaksanakan layanan PTRM dan 127 Lapas/Rutan/Bapas melaksanakan kegiatan rujukan HIV-AIDS.
Jumlah ODHA yang sedang mendapatkan pengobatan ARV sampai dengan September 2012, yaitu sebanyak 28.383 orang. Sebanyak 96% (27.155 orang) dewasa dan 4% (1.228 orang) anak. Sedangkan pemakaian rejimennya adalah 95,6% (27.134 orang) menggunakan Lini 1 dan 4,5% (1.249 orang) menggunakan Lini 2.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: (021) 52907416-9, faksimili: (021) 52921669, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC): <kode lokal> 500-567 dan 081281562620 (sms), atau e-mail [email protected]