Oleh: Prawito
Ternyata nama itu penting. Bukan sekedar identitas atau sebutan. Begitu pentingnya, sulit menemukan kosa kata untuk sebuah nama. Sekalipun banyak kosa kata tersimpan dalam memori dan bertebaran dalam dokumen kita. Memilah, memilih dan menetapkan kosa kata yang tepat, ternyata bukan secepat membalikan telapak tangan. Apalagi kosa kata itu harus mewakili semua kepentingan dari berbagai pihak. Untuk kasus flu Babi, tampaknya tersembunyi kepentingan bisnis, pariwisata, harga diri dari sebuah perusahaan multi nasional atau bangsa.
Flu, kosa kata lawas yang sudah terkenal diseluruh belahan dunia. Artinya sebagian besar orang paham makna flu secara utuh, sesuai dengan pengalaman sakit yang pernah dialami. Menurut para ahli kesehatan, flu hanyalah penyakit ringan yang sudah menjadi pakaian harian manusia, khususnya di Indonesia. Siapapun yang terkena flu, tak lantas masuk karantina dan mendapat perhatian khusus oleh pihak berwenang. Sebab sebagian besar hampir pernah terkena flu, kemudian sembuh dan tak berbekas. Bahkan banyak yang tidak merasa sakit, biasa-biasa saja. Sehingga penderita flu terbiasa bekerja ke kantor, pabrik dan bertani diladang.
Kini, flu, penyakit yang disebabkan oleh virus H1N1 ini telah menjadi isu hangat. Opini koalisi virus flu ini melambung melampaui isu koalisi parpol dan pencapresan di Indonesia beberapa waktu yang lalu. Banyak orang panik, sibuk mencari penjelasan. Mulai dari jenis virusnya, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya. Pukom Publik Depkes, termasuk salah satu unit yang kebanjiran pertanyaan tersebut. Mulai dari perseorangan sampai lembaga. Sehingga Puskom Publik telah berulang kali mengeluarkan rilis, jumpa pers dan talk show untuk memberi penjelasan kepada publik. Kebingungan terbesar pada upaya mengenali dan pencegahan, tapi banyak juga yang bingung dengan penamaan penyakitnya. Padahal virusnya itu-itu juga, H1N1. Mengapa demikian ?. Karena banyak versi dan nama yang beredar terkait virus ini.
Virus H1N1, merupakan virus flu biasa. Selama ini orang lebih mengenal flu burung H5N1, dibanding virus flu biasa H1N1. Padahal, tahun 1918 virus ini telah melanda Spanyol, kemudian disebut virus Spanyol. Tahun 2009, menyerang babi, kemudian disebut virus babi atau flu babi. Virus ini juga banyak menyerang rakyat Meksiko, kemudian ada yang menamakan flu Meksiko. Nama terakhir ini sempat memancing kontraversi. Belum lama ini Menkes Meksiko dan Duta Besar Meksiko untuk Indonesia tidak setuju dengan penamaan Flu Meksiko ini. Selain nama tersebut, ada juga penamaan lain seperti: Swein flu dan Strain Meksiko dan entah kosa kata apalagi yang akan muncul dikemudian hari. WHO, Organisasi Kesehatan Dunia berinisiatif menggunakan kosa kata Influienza A H1N1. Tapi masih banyak negara belum mengadopsi kosa kata itu sepenuhnya. Kemudian muncul edisi terbaru Flu Baru H1N1. Betapa sulitnya menyepakati kosa kata untuk sebuah nama virus H1N1.
Flu babi, kosa kata yang sudah banyak beredar melalui media massa. Bahkan telah menjelma menjadi kosa kata ajaib yang mampu menarik pembaca dan pemirsa. Masyarakat Indonesia sudah semakin akrab dengan istilah itu. Sebab mudah mengingatnya karena dapat bervisualisasi dengan binatang yang banyak dilihat di Indonesia. Persis sama mudahnya dengan mengingat flu burung. Tapi entah alasan apa, Israel dan Amerika tidak setuju dengan penggunaan istilah flu babi ini.
Nama, seharusnya mempunyai makna. Sehingga ketika menyebut nama tersebut dapat mengingatkan akan tempat, peristiwa atau sang penemunya. Disamping itu, nama harus mudah dihafal, tak merendahkan atau menyinggung pihak lain. Semua pihak dapat menerima penamaan tersebut.Tapi dari pada berdebat berkepanjangan, menguras dana dan menyita banyak waktu hanya untuk sebuah nama. Padahal ada tanggung jawab yang lebih besar lagi, yaitu pencegahan dan penanggulangannya, demi menyelamatkan manusia dimuka bumi. Ada baiknya sebut saja “Flu”. Kemudian kosa kata berikutnya terserah yang pembaca kenal. Antara lain; Babi, Meksiko, Baru H1N1, atau A H1N1 yang penting esensinya sama. Jika demikian benar kata seorang Britney Spears “apalah arti sebuah nama”.