Madinah, 6 Agustus 2017
oleh. Prawito
Sholu, sholu, sholu, kata dr. Edi, Kasie Kesehatan Daker Madinah, mengingatkan petugas kesehatan yang sedang asik bekerja. Ia mengingatkan waktu sholat sudah tiba, segera berangkat menuju masjid menegakkan sholat. Ketika itu juga, mereka langsung bergegas bersiap diri menuju masjid terdekat.
Begitulah kebiasaan yang telah terbangun sejak di tanah air, khususnya PPIH, yang pernah mengikuti pelatihan kompetensi di Balai Besar Pelatihan Kesehatan Ciloto, Jawa Barat. Bahkan Moto Balai itu, Shalat, Senyum dan Sapa. Mereka menempatkan aktifitas shalat sebagai kegiatan utama, ketika waktu shalat telah tiba.
“Alhamdulillah, saya sejak ikut pelatihan di Ciloto ini menjadi lebih baik kualitas shalatnya. Sekarang bisa tepat waktu dan berjamaah”, kata Ahmad Fahrudin, saat memberi sambutan kesan dan pesan wakil peserta pelatihan.
Lain lagi dengan dr. Illyas, Kasie Tim Promotif dan Preventif (TPP) Arab Saudi, berpesan kepada Ahmad Latu, PJ TPP Madinah, pak Ahmad, tolong ingatkan teman teman, ketika waktu shalat sudah datang, tegakkan shalat dengan berjamaah di masjid terdekat. Siap pak, jawab Latu.
“Kita ini melayani tamu Allah, tugas berat dan mulia Insha Allah, maka kita harus kuat ruhiyah dan mentalnya. Salah satu kekuatan itu ya, hubungan dengan Allah SWT melalui shalat. Kalau shalatnya tercecer, maka pekerjaanya juga akan tercecer pula”, kata Ilyas menganalogkan.
dr. Ika, Kasubsie KKHI, kemampuan kita tak seberapa, bahkan sangat kecil untuk menyelesaikan masalah, semuanya karena pertolongan Allah semata. Manusia tak panya kuasa atas segala sesuatu, bahkan terhadap dirinya sendiri.
Itulah kenapa manusia harus terus bersandar, kepada sandaran yang kokoh, yang tak pernah lapuk, tak pernah lelah dan lemah, Allah SWT dalam segala situasi. Susah, senang, siang,malam, lapang dan sempit. Begitulah posisi manusia seharusnya…
Tapi, kenyataanya, ketika lapang, banyak kemudahan dalam harta, pangkat dan anak merasa bisa, bahkan merasa jumawa menunjukkan keangkuhan dan kesombongan. Sebaliknya, ketika menemui kesempitan dan kesulitan, meratap ratap, sedih dan putusasa tak berkesudahan. Setelah Allah menghilangkan beban dan kesulitan, mereka langsung durhaka seketika. Begitulah manusia…..
Hanya sedikit manusia yang menyadari, sesadar sadarnya, bahwa semua karunia hanya milik Allah, manusia sekedar menerima apa yang Allah kehendaki, sesuai dengan kehendakNya, kemudian menerima apa adanya dengan ikhlas. Mau protes, tak merubah keadaan, tambah sengsara. Bersambung…