10 September 2017
oleh: Prawito
Aku kangen sama istriku, kata Tamiarji suaminya. Aku kasihan sama suamiku, ngak ada yang melayani kata Dasini, istrinya. Mereka sepasang lansia jemaah haji Indonesia yang saling rindu dan mengasihi sampai tanah suci.
Dasini (72) dan Tamiarji (75), kloter 4 SOC, pasangan suami istri yang terpaksa berpisah, ketika berangkat ke tanah suci. Keterpisahan itu sebagai takdir, ketika Dasini, istri tercintanya jatuh sakit sejak tiba di tanah suci.
Dasini kemudian harus mendapat perawatan bolak balik dari Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan Rumah Sakit Arab Saudi. Hampir satu bulan Dasini belum ketemu suaminya.
Tamiarji mengikuti pergerakan ibadah haji dari Madinah hingga Makkah bersama jemaah di kloter, sementara istrinya menghabiskan waktunya dari rumah sakit ke rumah sakit.
Dasini di diagnosa sakit radang paru-paru, karena daya tahannya menurun dan terkena infeksi, sehingga kondisi kesehatanya semakin menurun. Akibatnya semakin lama menjalani perawatan di rumah sakit.
Suatu saat, tepatnya 26 Agustus 2017, anggota tim Asistensi penyelenggara kesehatan haji, dr. Muchtaruddin dan dr. Lily S Setyowati
berkunjung ke sektor 7, Makkah, ada seorang jemaah kakek kakek, duduk termenung, wajahnya menerawang jauh entah kemana.
Ia duduk sendiri, sambil berulangkali membuka dan menutup tas dokumen haji yang selalu dibawa kemana saja pergi. Entah apa yang dicari. Teman ngobrol pun juga tidak ada, sunyi dan tentu terasa lama menjalani bergulirnya waktu.
Dari kejauhan, dr. Muchtaruddin melihat ada sesuatu yang berbeda dengan bapak tua ini. Setelah mendekat, kemudian ditanya oleh dr. Muchtaruddin dan terjadilah dialog, seperti di bawah ini antara dokter (d) dan jemaah (J)
d: siapa pak namanya
J: Tamiarji
d: mengapa kok kelihatan sedih
J: Ya sedih, sudah lama ngak ketemu istri,kangen
d: istrinya dimana
J: istri saya sakit sejak sampai di Madinah
d: sekarang dimana
J: katanya di rumah sakit, tapi ngak tahu dimana
Kemudian dr. Muchtaruddin bertanya tetang keberadaan istri pak Tarmiaji kepada tim kesehatan haji indonesia (TKHI) yang ada di sektor tersebut. Dia menjelaskan istrinya sedang di rawat di KKHI Makkah.
Tanpa pikir panjang, dr. Muchtaruddin langsung bicara, bapak mau ketemu istri, mau jawab Tarmiaji, wajahnya langsung sumringah, gembira sekali, bahkan air matanya meleleh di pipi. Ya..sudah nanti bareng, saya antar, kata dr. Muchtaruddin, sambil memeluknya.
Adegan itu membuat haru, orang yang mengikuti dialog di atas dan menyaksikan obralan Tarmiaji dan dr. Muchtaruddin, pasti akan meneteskan air mata. Bagaimana rasanya penantian seorang kakek merindukan bertemu istri yang sedang sakit, entah seperti apa kabarnya.
Tak seberapa lama tim asistensi, TKHI dan Tarmiaji sampai ke KKHI Makkah. Setelah masuk ruang rawat, Tamiarji di dampingi dr. Muchtaruddin langsung menuju tempat tidur Dasini, istrinya.
Setelah bertemu, mereka saling bertatapan, tersenyun gembira, berpelukan. Alhamdulillah, ibu sudah sehat, tanya Tarmiaji. Sudah, sekarang sudah boleh pulang ke pondokan, kata Dasini sambil menahan haru.
Aku ngak menyangka bapak keseni, kata istrinya pelan, sambil berbenah pakaian yang menyelimuti. Aku juga ngak nyangka bu mau ketemu. Ini tadi juga tiba tiba di tawari pak dokter, katanya mau ketemu istri ? Ya..saya jawab mau. Alhamdulillah…kita bisa ketemu lagi.
Kemudian mereka berkata, Aku kangen sama ibu, kata Tamiarji. Aku juga kasihan sama bapak, ngak ada yang melayani, kata Dasini, istrinya.
Akhirnya, sepasang lansia tanpa pendamping ini menuju pondokan bersama TKHI untuk melanjutkan prosesi ibadah haji berikutnya, setelah lama menunggu penyambung rindu, dr. Muchtaruddin Mansur. Semoga menjadi haji yang mabrur dan sehat wal afiat. Amin.