Oleh Dede Lukman
Hewan apa yang paling kejam di dunia? Mungkin sebagian orang akan menjawab, singa, piranha, anaconda. Kalau dokter Jane (Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik) pasti akan jawab nyamuk. Ya, nyamuk anopheles betina yang di dalam tubuhnya mengandung plasmodium. Sekejam itukah kau, padahal kau ini kecil dan gak enak didengar suaranya kalau lagi terbang.
Hewan yang kecilnya gak lebih dari lubang hidung itu kalau kata data dari Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit telah menyebabkan 1.229 orang Indonesia meninggal pada 2015 dan jumlah kasus yang terjadi saat itu sebanyak 126.575. Selain itu, Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI merilis data berdasarkan world malaria report 2015, menyebutkan malaria telah menyerang 106 negara di dunia.
Coba cari data berapa banyak orang yang meninggal karena dimakan piranha, diterkam harimau, atau dililit anaconda. Bisa jadi ada, tapi jumlahnya gak semengerikan jumlah korban nyamuk. “So, please jangan gigit aku. Kita win-win solution aja, kamu nggak gigit aku dan aku nggak mukul kamu,”
Tapi sarangmu akan ku berantas
Dari data di atas, amat disayangkan dong, mereka yang terkena malaria seharusnya bisa ngelakuin apa yang mereka inginkan, ibadah, sekolah, kerja, sama pacaran untuk beberapa anak muda. Tapi ya mau gimana lagi, datangnya penyakit tidak bisa kita tentukan. Tapi malaria itu bisa dicegah, dokter Jane bilang upayakan jangan ada air menggenang di lingkungan kita, karena itu bisa menjadi sarang jentik nyamuk si anopheles.
Kalau pun ada genangan air, anclumin aja ikan mujair, atau cupang, nanti telur-telur nyamuknya bakal mereka makan. Selain itu, pasang kelambu sebelum tidur, lebih efektif pakai kelambu berinsektisida. Nyamuk nempel, mati.
Kemenkes telah mengusung pekan kelambu massal dan pemantauan penggunaannya. Secara nasional, jumlah kelambu yang didistribusikan untuk seluruh Indonesia sejak tahun 2004 sampai 2017 sebanyak 27,6 juta kelambu. Pada 2017 saja, sejumlah 3.984.224 kelambu telah disitribusikan dalam pekan kelambu massal di 166 Kabupaten/Kota dan 20 Provinsi di Indonesia.
Selain kelambu, pemerintah pun melakukan upaya lain berupa pelatihan tenaga malaria (dokter, perawat, analis, kader, petugas surveilans, etomolog), dan penyediaan obat anti malaria dihydroartemisinin.
Berkatnya kasus malaria berturun setiap tahunnya, terbukti dengan penurunan jumlah kabupaten/kota endemis malaria. Pada 2017, dari jumlah 514 kabupaten/kota di Indonesia, 266 (52%) di antaranya wilayah bebas malaria. 172 kabupaten/kota (33%) endemis rendah, 37 kabupaten/kota (7%) endemis menengah, dan 39 kabupaten/kota (8%) endemis tinggi.
Pemerintah memiliki target pada 2030 seluruh wilayah Indonesia berhasil eliminasi malaria. Eliminasi malaria adalah suatu upaya untuk menghentikan penularan malaria setempat dalam satu wilayah geografi tertentu. Singkatnya, malaria masih ada tapi bukan masalah, artinya tetap dibutuhkan kegiatan kewaspadaan untuk mencegah penularan kembali. Semoga gak ada lagi yang digigit.