Hasil penelitian WHO dan Federasi Diabetes Internasional menemukan hubungan kuat antara merokok dan peningkatan risiko diabetes melitus tipe 2. Dapat dicegah dengan berhenti merokok.
Hasil penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Federasi Diabetes Internasional (IDF), dan University of Newcastle, Australia mengungkapkan bahwa berhenti merokok dapat menurunkan risiko terkena diabetes melitus tipe 2 sebanyak 30-40 persen. “IDF sangat menganjurkan masyarakat untuk berhenti merokok untuk mengurangi risiko diabetes dan, jika mereka menderita diabetes, membantu menghindari komplikasi. Kami menyerukan kepada pemerintah untuk memperkenalkan langkah-langkah kebijakan yang akan mencegah orang merokok dan menghilangkan asap tembakau dari semua ruang publik,” kata Akhtar Hussain, Presiden IDF, dalam rilis WHO pada 14 November lalu.
IDF memperkirakan 537 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes. Jumlah ini terus meningkat dan menjadikan diabetes sebagai penyebab kematian kesembilan secara global.
Menurut WHO, diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur glukosa darah. Hiperglikemia atau peningkatan gula darah adalah efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol dan dapat menyebabkan kerusakan serius pada banyak sistem tubuh, terutama saraf dan pembuluh darah.
WHO menjelaskan, ada dua jenis diabetes yang umum dikenal, yakni tipe 1 dan 2. Diabetes tipe 2 mempengaruhi cara tubuh Anda menggunakan gula sebagai energi. Ia menghentikan tubuh menggunakan insulin dengan benar yang dapat menyebabkan tingginya kadar gula darah jika tidak diobati. Diabetes tipe 2 sebagian besar dapat dicegah dan, dalam beberapa kasus, berpotensi disembuhkan. Adapun diabetes tipe 1 ditandai kurangnya produksi insulin sehingga memerlukan pemberian insulin setiap hari.
WHO mencatat, diabetes tipe 2 adalah salah satu penyakit kronis paling umum di seluruh dunia, mencakup lebih dari 95 persen dari seluruh kasus diabetes. Diabetes tipe 2 merupakan faktor penyebab utama kondisi kesehatan yang parah, seperti kebutaan, gagal ginjal, serangan jantung, stroke, dan amputasi anggota tubuh bagian bawah. Meskipun demikian, diabetes jenis ini dapat dicegah.
IDF dan WHO menemukan hubungan diabetes dan kebiasaan merokok pada pankreas. Di pankreas ada sel β (beta) yang bertanggung jawab untuk sintesis dan sekresi insulin. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa nikotin, salah satu komponen yang sangat beracun dalam tembakau, merusak fungsi dan massa sel dan pada gilirannya mempengaruhi produksi insulin dan regulasi produksi glukosa, sehingga berperan penting dalam timbulnya diabetes tipe 2. Hasil penelitian mereka menemukan bahwa berhenti merokok akan menurunkan risiko terkena diabetes tipe 2 sebesar 30-40 persen dibandingkan dengan orang yang tidak merokok dan meningkatkan pengelolaan kondisi kronis ini.
Penelitian IDF juga menemukan bahwa penggunaan rokok tanpa asap secara berlebihan atau dalam jumlah besar juga meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2. Hal ini konsisten dengan fakta bahwa penggunaan tembakau tanpa asap menyebabkan kecanduan nikotin dan nikotin yang terkandung di dalamnya berkontribusi terhadap perkembangan diabetes tipe 2 dan kondisi kesehatan terkait lainnya.
Peneliti IDF dan WHO mencatat bahwa penggunaan tembakau merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap penyakit kardiovaskular, yang merupakan komplikasi penting dari diabetes tipe 2, terkait dengan timbulnya komplikasi mikrovaskuler secara dini dan dapat memperburuk komplikasi akibat diabetes tipe 2. Penggunaan tembakau juga dapat menyebabkan kerusakan saraf, yang menyebabkan neuropati diabetik (komplikasi diabetes melitus pada ginjal) yang dapat berakhir pada gagal ginjal.
Disertasi Nisrina Sari di Universitas Sumatera Utara yang membandingkan kadar gula darah pada kelompok penderita diabetes melitus yang merokok dan tidak. Hasilnya menunjukkan bahwa kadar glukosa darah saat puasa, setelah makan siang, dan kadar glukosa yang menempel pada hemoglobin (HbA1c) lebih tinggi pada kelompok perokok yang masing-masing sebesar 64 mg/dl, 58,00 mg/d, dan 0,39 persen dibandingkan dengan kelompok tidak merokok.
Selain hal tersebut, WHO menekankan bahwa kebiasaan merokok juga meningkatkan risiko komplikasi terkait diabetes seperti penyakit kardiovaskular, gagal ginjal, dan kebutaan. Merokok juga memperlambat penyembuhan luka dan meningkatkan risiko amputasi anggota tubuh bagian bawah sehingga memberikan beban yang signifikan pada sistem kesehatan.
“Para profesional kesehatan memainkan peran penting dalam memotivasi dan membimbing individu dengan diabetes tipe 2 dalam perjalanan mereka untuk berhenti merokok. Pada saat yang sama, pemerintah harus mengambil langkah penting untuk memastikan semua tempat umum dalam ruangan, tempat kerja, dan transportasi umum benar-benar bebas rokok. Intervensi ini merupakan perlindungan penting terhadap permulaan dan perkembangan penyakit ini dan banyak penyakit kronis lainnya,” kata Ruediger Krech, Direktur Promosi Kesehatan WHO.
Strategi Menurunkan Risiko Merokok dan Diabetes
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) memberikan beberapa langkah untuk mencegah diabetes dan risiko yang terkait merokok.
- Jalani pola hidup sehat, seperti perbanyak olahraga. Selain menyehatkan tubuh, olahraga juga menurunkan risiko kanker paru-paru, dapat menjaga metabolisme tubuh, dan mengurangi kemungkinan kelebihan berat badan atau obesitas.
- Mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat, seperti buah, sayur-sayuran, biji-bijian, dan makanan rendah lemak serta rendah karbohidrat. Kandungan dalam buah dan sayur juga sangat penting karena membantu menurunkan kadar gula darah.
- Lakukan pengobatan jika sudah telanjur terkena diabetes agar mendapat penanganan yang tepat dan mengurangi risiko komplikasi penyakit lain.
- Berhenti merokok adalah cara satu-satunya untuk terhindar dari berbagai macam penyakit seperti peradangan, kanker, penyakit komplikasi seperti gagal ginjal, serta diabetes. Semua aktivitas merokok dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius sehingga pengguna rokok perlu berkonsultasi pada ahli kesehatan untuk menghentikan kegiatan tersebut.
Penulis: Redaksi Mediakom