Bayi lahir prematur belum berkembang secara sempurna. Perlu penanganan khusus sejak masa kehamilan.
Bayi prematur adalah bayi yang lahir saat usia kehamilan ibu belum mencapai 37 minggu. Akibatnya, organ dan tubuh bayi belum berkembang sempurna sehingga rentan sakit dan terinfeksi kuman, bakteri, hingga virus. Lantas, bagaimana cara merawat bayi prematur yang benar?
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018, prevalensi angka kelahiran prematur di Indonesia tahun 2018 sebanyak 29,5 persen per 1.000 kelahiran hidup. Indonesia berada pada posisi ke-5 tertinggi di dunia untuk persalinan prematur, yaitu sekitar 657.700 kasus.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 13,4 juta bayi lahir prematur pada tahun 2020. Jumlah itu lebih dari 1 dari 10 bayi lahir. Menurut WHO pula, sekitar 900 ribu anak meninggal pada tahun 2019 karena komplikasi kelahiran prematur dan banyak penyintas yang menghadapi disabilitas seumur hidup, termasuk ketidakmampuan belajar serta gangguan penglihatan dan pendengaran.
Riset Kesehatan Dasar 2018 juga menjabarkan bahwa saat bayi prematur lahir selalu diikuti dengan berat badan lahir rendah. Adapun prevalensi bayi prematur di Indonesia di angka 7 hingga 14 persen dari total kelahiran, padahal di di beberapa negara hanya 5 hingga 9 persen.
Menurut Aldiano Rachmantiawan dan Rodiani dalam Jurnal Penelitian Perawat Profesional tahun 2022, terdapat berbagai faktor risiko persalinan prematur yang telah dilaporkan, termasuk penyakit ibu selama kehamilan, kehamilan ganda, stres, kelainan plasenta, nutrisi, medis, dan infeksi. Secara epidemiologis, kelahiran prematur dikaitkan dengan status sosial ekonomi, anomali uterus, riwayat kelahiran prematur sebelumnya, riwayat abortus, merokok, ras, dan usia ibu yang cukup berisiko yaitu, usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.
Karena salah satu penyebab kematian bayi terjadi karena kelahiran prematur, masyarakat perlu tahu cara yang tepat merawat bayi prematur. Tujuannya, agar bayi prematur bisa segera mencapai berat badan idealnya dan bisa tumbuh optimal seperti anak lainnya.
Menurut WHO, perawatan bayi prematur harus dimulai sejak kehamilan. Terlebih jika perempuan tersebut berisiko mengalami kehamilan prematur, seperti mereka yang sebelumnya mengalami kelahiran prematur. Jadi, sangat penting membuat rencana yang tepat untuk menghadapi kehamilan prematur.
Menurut Kementerian Kesehatan, perawatan ibu hamil prematur dimulai dari memastikan kondisi kesehatan ibu. Petugas kesehatan yang merawat ibu hamil perlu menilai risiko terjadinya persalinan prematur dan mampu mengenali serta menangani kondisi yang dapat menyebabkan kelahiran prematur. Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan kelahiran bayi prematur antara lain adalah preeklamsia, suatu kondisi kehamilan yang menyebabkan ibu mengalami tekanan darah tinggi.
Lantaran bayi prematur tidak boleh dirawat sembarangan karena tubuh dan organnya belum terbentuk sempurna, maka pada umumnya bayi harus mendapat perawatan selayaknya seperti di dalam rahim. Itulah sebabnya beberapa bayi prematur perlu dirawat di inkubator hingga berat badannya dinyatakan ideal dan diperbolehkan pulang. Maka, ibu hamil harus dirujuk ke rumah sakit yang menyediakan perawatan dan fasilitas yang memadai.
Menurut Kementerian Kesehatan, persalinan melalui operasi caesar atau induksi persalinan dini yang tidak diperlukan secara medis sebaiknya dihindari. Ibu yang mengalami persalinan prematur sebaiknya juga mendapat suntikan steroid untuk mempercepat perkembangan paru-paru bayi. Ini karena paru-paru menjadi organ terakhir yang paling lama berkembang sempurna. M
Perawatan Bayi Prematur Baru Lahir
Langkah ini sangat vital dan penting, mengingat bayi yang lahir dalam keadaan tubuh belum berkembang sempurna sehingga tidak boleh sembarangan merawatnya. Jika salah, bayi mudah terinfeksi penyakit, berat badannya sulit bertambah, dan malah jadi bayi berat badan lahir rendah. Menurut Kementerian Kesehatan, ada beberapa langkah yang harus dilakukan.
- Bayi Terlindungi dari Infeksi
Setiap orang yang menyentuh ibu atau bayinya harus memiliki tangan yang bersih. Pemeriksaan dan prosedur kesehatan sebaiknya hanya dilakukan jika diperlukan. Sarung tangan steril dan alat pemotong harus digunakan untuk menjepit dan memotong tali pusat.
- Harus Tetap Hangat
Segera setelah lahir, bayi harus benar-benar dikeringkan secara menyeluruh dan diletakkan di atas perut ibunya. Jika bayi bernapas dengan normal, tali pusar dijepit dan dipotong. Selanjutnya bayi tersebut harus dibaringkan di dada ibunya agar terjadi kontak kulit ke kulit hingga inisiasi menyusui pertama. WHO juga melarang bayi prematur langsung dimandikan setelah lahir.
- Bantuan Ventilator
Setelah lahir, bayi dikeringkan secara menyeluruh. Biasanya bayi akan mulai bernapas normal setelah lahir. Tapi, jika bayi tidak bisa bernapas sendiri, ini tandanya ia perlu bantuan alat napas seperti ventilator.
- Air Susu Ibu
Sama seperti bayi cukup bulan, air susu ibu (ASI) adalah nutrisi terbaik untuk bayi prematur. Bayi harus disusui sesegera mungkin setelah lahir. Tapi, kebanyakan bayi prematur tidak mampu mengkoordinasikan refleks mengisap dan menelan sehingga dapat diberikan ASI perah ibunya melalui cangkir, sendok, atau selang.
- Kehangatan Tambahan Saat Menyusu
Perawatan metode kanguru (kangaroo mother care) adalah cara terbaik untuk perawatan ekstra bayi prematur. Dalam metode ini bayi dibiarkan dalam dekapan ibu saat menyusu, bisa menggunakan kain di depan dada atau menggunakan dekapan tangan. Bayi dibaringkan di dada ibunya dan didiamkan di sana, siang dan malam, digendong dengan kain yang dibungkus dan diikatkan di punggung ibu. Perawatan metode kanguru diperkirakan dapat menyelamatkan 450 ribu bayi baru lahir prematur dalam setahun.
- Jika Komplikasi
Bayi prematur yang mengalami infeksi memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Lalu, untuk bayi yang tidak bernapas saat dilahirkan, dapat dilakukan resusitasi, yakni memberikan tekanan pada dada. Namun, jika masalah pernapasan terus berlanjut, bayi mungkin perlu bantuan tambahan dari mesin ventilator dan oksigen tambahan. Bayi prematur yang mengalami komplikasi tambahan mungkin perlu dirawat di neonatal intensive care unit (NICU) jika tersedia.
Penulis: Redaksi Mediakom