Rumah Sakti Hasan Sadikin Bandung telah ditetapkan sebagai pusat rujukan nasional pelayanan kedokteran nuklir
Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung menjadi rumah sakit pertama di Indonesia yang memberikan pelayanan kedokteran nuklir sejak 1971. Rumah sakit ini sebelumnya bernama Rumah Sakit Rantja Badak (RSRB), sesuai dengan sebutan nama kampung tempat berdirinya rumah sakit ini, yaitu Rantja Badak. Rumah sakit ini dibangun pada 1920 dengan kapasitas 300 tempat tidur oleh pemerintah Belanda dan selesai pada 1923.
Direktur utama RSHS Bandung, Dr. dr. Jimmy Panelewen, Sp.B-KBD, mengatakan nama yang digunakan hingga saat ini diambil dari salah satu nama direktur rumah sakit ini, yaitu dr. Hasan Sadikin yang meninggal pada 16 Juli 1967 saat masih menjabat direktur. Nama itu diberikan oleh pemerintah untuk menghormati jasanya.
“Padahal waktu itu beliau dilantik dan diminta supaya mencarikan nama yang sesuai untuk rumah sakit ini. Namun beliau keburu meninggal. dr. Hasan Sadikin juga sebenarnya adalah kakak kandung dari mantan Gubernur Jakarta, yaitu Bapak Ali Sadikin,” ungkap Jimmy kepada MEDIAKOM pada Kamis, 1 Februari 2024.
Menurut dia, masih banyak pasien yang membutuhkan penanganan baik dari diagnosis maupun pengobatan melalui penggunaan alat dan teknologi kedokteran nuklir. Karena itu, sejak awal branding dari RSHS Bandung adalah kedokteran nuklir sekaligus menjadi layanan unggulan karena rumah sakit ini dikenal sebagai satu-satunya rumah sakit di Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Nuklir bersama Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad).
“RSHS dan FK Unpad satu-satunya yang memproduksi tenaga-tenaga kedokteran nuklir. Jadi, setelah dokter tamat sebagai spesialis kedokteran nuklir, tersebar ke seluruh Indonesia dan tentu saja melalui pertimbangan-pertimbangan SDM (sumber daya manusia), pengembangan ilmu dan penelitian, serta pelayanan,” ujarnya.
Badan Kesehatan Sedunia (WHO) dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mendefinisikan ilmu kedokteran nuklir sebagai cabang ilmu kedokteran yang menggunakan sumber radiasi terbuka yang berasal dari disintegrasi inti radionuklida buatan untuk mempelajari perubahan fisiologi dan biokimia pada tingkat sel dan molekul serta digunakan untuk tujuan diagnostik, terapi, dan penelitian.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) Nomor 008 Tahun 2009 tentang Standar Pelayanan Kedokteran Nuklir, kedokteran nuklir adalah suatu bidang spesialisasi kedokteran yang menggunakan sumber radiasi terbuka yang digunakan untuk menentukan suatu penyakit (diagnosis) dan mengobati penyakit.
Dilansir dari rshs.or.id, pelayanan kedokteran nuklir berdasarkan KMK tersebut meliputi pelayanan diagnostik in vivo yang merupakan pemeriksaan dengan cara pemberian radionuklida atau radiofarmaka, yang kemudian diamati dengan menggunakan kamera gamma terhadap radionuklida/radiofarmaka di dalam tubuh. Hasil pemeriksaan tersebut bisa berupa citra dan bukan citra.
Berikutnya adalah pelayanan diagnostik in vitro atau pemeriksaan terhadap spesimen darah pasien menggunakan teknik radioimmunoassay (RIA) atau immunoradiometric assay (IRMA). Serta terapi radiasi internal yang menggunakan sumber radiasi terbuka, yaitu cara pengobatan dengan menggunakan radionuklida/radiofarmaka.
KMK itu juga menyebutkan pelayanan kedokteran nuklir RSHS Bandung masuk dalam klasifikasi utama, yaitu klasifikasi tertinggi dalam memberikan pelayanan kedokteran nuklir.
Instalasi Kedokteran Nuklir dan Pencitraan Molekuler RSHS Bandung dilengkapi dengan peralatan canggih dan didukung SDM berkualitas dan bersertifikasi nasional maupun internasional. Beberapa peralatan tersebut di antaranya dua alat SPECT/CT dan satu alat PET/CT scan, dua laboratorium pembuatan radiofarmaka, tujuh ruang isolasi radioaktif (RIRA), laboratorium RIA dan IRMA.
Jimmy mengatakan salah satu penyakit yang sudah bisa didiagnosis dengan memanfaatkan layanan kedokteran nuklir di antaranya penyakit demensia atau kepikunan. Sedangkan pengobatan pelayanan kedokteran nuklir sering digunakan sebagai terapi penyakit kanker, seperti terapi dengan sumber radiasi terbuka bagi pasien kanker prostat resiten dengan pengobatan lainnya dan kanker tiroid refrakter.
“Penggunaan radiofarmaka untuk penyakit-penyakit endokrin dan penyakit tiroid sesuai dengan keilmuan kedokteran nuklir. Itu menjadi branding RSHS Bandung yang juga menjadi bagian dari layanan unggulan. Dan ini juga searah dengan transformasi layanan rujukan,” tutur Jimmy.
Pelayanan terapi dan diagnostik kedokteran nuklir yang dapat dilakukan di Instalasi Kedokteran Nuklir dan Teranostik Molekuler adalah:
- Terapi dengan Sumber Radiasi Terbuka:
- Penyakit tiroid (I-131)
- Terapi paliatif nyeri tulang (Samarium 153 EDTMP)
- Terapi keloid (Phospor 32)
- Tumor Neuroendokrin (I-131 MIBG atau Lutetium 177 DOTA)
- Kanker Prostat Resiten dengan pengobatan lainnya (Lutetium 177 PSMA)
- Kanker Tiroid Refrakter (Lutetium 177 DOTA)
- Diagnostik Kedokteran Nuklir:
Nuclear Oncology (SPECT/CT dan PET/CT)
- Sidik Seluruh Tubuh Pasca Terapi
- Sidik Seluruh Tubuh Evaluasi Terapi, Respon Terapi, Stejing, Deteksi Kekambuhan dan lainnya
- Sidik Tulang
- Sentinel Node Scintigraphy
- Scintimammography
- Sidik tumor neuroendokrin
- Pemeriksaan lainnya
Nuclear Cardiology
- Sidik Perfusi Miokard
- Uji Fungsi Ventrikel Kiri (Ventrikulografi)
- Studi Viabilitas
- V/Q Study
- Cardiac PET
Nuclear Endocrinology
- Sidik Kelenjar Tiroid
- Sidik Kelenjar Paratiroid
- Uji Tangkap Kelenjar Tiroid
- Uji Pelepasan Perchlorate
- Sidik Seluruh Tubuh Kanker Tiroid
Nuclear Neurology
- Cysternography
- Sidik Otak
- PET Neurology
Nuclear Nephrology
- Sidik Ginjal
- Laju Filtrasi Glomerulus
- Renografi Konvensional, Diuretik dan Kaptopril
- Pemeriksaan Alira Plasma Ginjal Efektif
- Sistografi
Layanan Unggulan
RSHS Bandung juga mempunyai layanan unggulan lainnya, seperti pelayanan jantung terpadu, pelayanan onkologi, pelayanan infeksi, bedah minimal invasif, dan transplantasi ginjal. Jimmy menjelaskan layanan unggulan hadir untuk mengatasi berbagai penyakit seperti layanan unggulan onkologi untuk penanganan penyakit kanker.
“Ya, jadi misalnya layanan unggulan kita di RSHS untuk penyakit kanker itu ya. Baik kanker payudara, kanker serviks, kanker usus, kanker kolorektal, kemudian juga kanker prostat, itu cukup banyak di situ untuk kanker,” kata dia.
Sebagai rumah sakit rujukan tersier, kata dia, RSHS Bandung memiliki pelayanan jantung terpadu sebagai layanan unggulan dengan SDM mumpuni dan peralatan canggih. Salah satunya adalah catlab yang telah disediakan untuk tata laksana operasi jantung terbuka serta melakukan pintasan pembuluh darah di jantung maupun penggantian katup.
Kemenkes juga telah menunjuk RSHS Bandung sebagai salah satu rumah sakit pengampu regional layanan prioritas di Jawa Barat. Ini menjadi bagian dari rencana strategis transformasi layanan kesehatan untuk mewujudkan masyarakat sehat melalui transformasi layanan rujukan. Salah satu program pengampuannya adalah menangani kasus strok dengan harapan akan lebih banyak pasien strok yang tertangani secara cepat, sehingga dapat menurunkan angka kematian dan kecacatan akibat strok.
Menurut Jimmy, RSHS Bandung juga menjadi tempat pendidikan kesehatan yang bisa menghasilkan dokter-dokter bedah saraf yang dapat melayani penanganan strok. Penanganan stroke juga akan dilayani dokter dari berbagai macam keilmuan, seperti dokter neurologi dan dokter rehabilitasi medik.
“Nantinya, ini berkontribusi untuk pasien dengan strok tadi. Jadi kita bisa melakukan pemberian terapi trombolisis untuk pasien-pasien itu. Kita juga bisa memberikan tindakan operasi yang namanya coiling clipping,” ujar dia.
Pengembangan Robotic Telesurgery
Indonesia bekerja sama dengan Iran mengembangkan robotic telesurgery atau pembedahan jarak jauh menggunakan robot sejak 2020 di mana RSHS Bandung adalah salah satu dari empat rumah sakit yang ditunjuk menjadi proyek percontohan di Indonesia.
Jimmy mengatakan pelayanan robotic telesurgery masih dalam pengembangan melalui uji penelitian dengan tahap lanjutan pengujian terhadap hewan untuk memastikan apakah pembedahan jarak jauh menggunakan robot dapat digunakan kepada manusia.
Menurut dia, keuntungan dari pelayanan robotic telesurgery adalah dokter tidak perlu secara langsung bersentuhan dengan pasiennya dalam tindakan pembedahan melainkan melakukan praktik bedah jarak jauh menggunakan peralatan dengan berteknologi canggih, yaitu mengendalikan console, berjarak jauh dengan lengan robotik dan pasiennya, sehingga terlihat lebih efektif dan efisien dan bahkan memberikan hasil bedah yang lebih presisi.
Melalui teknologi ini, dia berharap layanan bedah bisa menjangkau masyarakat di tempat terpencil sehingga semua orang mempunyai kesempatan yang sama dalam mendapatkan pelayanan bedah.