Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, melepas 147 tenaga kesehatan yang akan membantu Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta pada tanggap darurat banjir di Jakarta dan sekitarnya, Senin siang (21/1) di halaman kantor Kementerian Kesehatan RI. Tim ini terdiri dari dokter, perawat, apoteker, asisten apoteker, tenaga kesehatan lingkungan, dan kesehatan masyarakat.
“Ini merupakan batch kedua, berfokus kepada penanganan masalah kesehatan pasca bencana, penyakit pasca banjir seperti gatal kulit, flu, batuk, diare, ISPA, bahkan leptospirosis. Selain itu, juga menyentuh rehabilitasi korban secara psikologis”, ujar Menkes.
Pada kesempatan tersebut, Menkes memberikan pesan kepada anggota Tim Siaga Bencana yang terdiri dari Brigade Siaga Bencana (BSB) dan Tim Tenaga Kesehatan. Brigade Siaga Bencana (BSB) merupakan perwakilan dari RS Fatmawati, RS. Persahabatan. RS Sitanala, RSPAD Gatot Subroto, RS Puri, RSAU Halim Perdana Kusumah, RS Pondok Indah, dan RS Bintaro, masing-masing lima orang, dan dikoordinasikan oleh Direktorat Bina Upaya Kesehatan Kemenkes. Sedangkan tim tenaga kesehatan berasal dari RS BSB, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI), Tim Kesehatan Peduli Bencana Universitas Gadjah Mada (UGM), Yonkes TNI, Politeknik Kesehatan, dan Kemenkes RI.
Pertama, tetap bekerja dengan profesional sesuai standar, prosedur, dan aturan yang berlaku dalam membantu korban bencana banjir, serta tetap menjaga kesehatan diri sendiri. Kedua, perlu diingat bahwa Pemerintah menjamin biaya pelayanan kesehatan pada masa tanggap darurat dan pasca bencana, sesuai amanat Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 82 Ayat 4. Ketiga, seluruh jajaran kesehatan dari berbagai program agar saling membantu untuk melayani korban bencana banjir, serta selalu berkoordinasi dengan sebaik-baiknya dengan sektor lainnya. Keempat, selalu waspada akan kemungkinan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular yang sering muncul pada masa bencana dan berkembang menjadi bencana berikutnya, misalnya penyakit-penyakit pasca banjir. Untuk itu, surveilans epidemiologi harus senantiasa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Kelima, jagalah ketersediaan air bersih dan air minum, juga kebersihan sanitasi tempat-tempat pengolahan makanan, baik bahan makanan, hasil olahan, maupun para penjamah makanannya (food handlers). Selain itu, bantuan makanan langsung dari masyarakat harus diawasi Langkah ini sangat penting untuk mencegah terjadinya KLB keracunan makanan. Keenam, kelompok rentan, yaitu bayi balita, ibu hamil, ibu menyusui, lansia, dan orang dengan berkebutuhan khusus, agar diberikan perhatian khusus dan diberi prioritas dalam pelayanan kesehatan.
Pada kesempatan yang sama, Menkes RI secara simbolis menyerahkan bantuan obat-obatan kepada Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dr. Dien Emawati, M.Kes.
Menkes juga memberikan mengapresiasi kesiapsiagaan tim, khususnya kepada anggota Tim Siaga Bencana sudah bekerja dan menolong masyarakat korban banjir di pos-pos pelayanan kesehatan di beberapa lokasi.
“Saya bangga bahwa Kementerian Kesehatan selalu siap dan tanggap dalam bertindak menyikapi berbagai masalah kesehatan dan bencana. Terima kasih dan apresiasi saya sampaikan atas pengabdian dan karya terbaik yang Saudara-saudara telah berikan sejak awal terjadinya bencana banjir, baik di Ibu Kota Jakarta maupun di bagian lain di Tanah Air”, kata Menkes.
Sebagai bentuk tanggap bencana, Kemenkes memberikan bantuan, antara lain: Mengirimkan 10 ton Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI); Mendirikan 4 RS Lapangan, 2 di Jakarta Selatan (Bukit Duri dan Kalibata) dan 2 di Jakarta Barat (Rawabuaya dan Kapuk); Mengirimkan 2.850 individual kit, yang terdiri dari Hygine Kit, Kit Ibu hamil, Kit Ibu bersalin, dan Kit Bayi; Mengirimkan bantuan obat-obatan sebanyak 30 paket, dimana setiap paket dapat digunakan untuk 200–300 pasien; Menyiapkan serum anti bisa ular; serta mengirimkan 100 tenaga siaga bencana terdiri dari dokter, perawat dan petugas kesehatan masyarakat.
Bantuan lainnya, Kemenkes menyiapkan 2 set Emergency Kit, 60 botol PAC, 2 spanduk poskes, 2 paket obat–obatan, 50 eksemplar leaflet Diare dan 1.000 buah masker; Mengirim tim untuk melakukan pemantauan dan penilaian cepat kesehatan atau rapid health assesment (RHA); Menempatkan mesin pengolah air minum dan air bersih di kelurahan Bukit Duri, dengan kapasitas 200 liter/jam; Memeriksa sample makanan dan minuman di tempat pengungsian; Menyiapkan 150 veltbed dan 15 personal kit untuk PPK Regional DKI Jakarta; Menyiapkan 2 buah perahu karet untuk standby di Kantor Kementerian Kesehatan dan 10 bh perahu karet standby di Gudang PPKK; serta Memberikan bantuan logistik berupa Kaporit 120 kg, polybag sampah 1000 buah, repellent lalat 3 dus, repellent nyamuk 208 sachet, air rahmat 88 botol, Lisol 4 dus, oralit 100 kotak, zink 100 kotak, 5 set emergency kit, sarung tangan panjang 12 pasang, sarung tangan pendek 24 pasang, Laptoteks 5 kotak, 2 paket obat–obatan, roll banner zoonosis 10 buah, 50 eksemplar diare.
Banjir di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya dimulai sejak 15 Januari 2013. Manjir yang melanda lima Kotamadya tersebut mengakibatkan sejumlah 52 Puskesmas terkena dampaknya, 18.018 orang mengungsi, 14.830 orang rawat jalan, dan 23 orang rawat inap (data Kemenkes RI, per 20 Januari 2013).
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jendral Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.ppid.depkes.go.id, dan alamat e-mail [email protected]This e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it .