Leptospirosis adalah penyakit akibat bakteri Leptospira sp yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis). Penyakit Leptospirosis diduga menyebar akibat wabah banjir yang melanda Sampang. Gejala Leptospirosis mirip dengan penyakit demam berdarah, seperti menggigil, sakit kepala, dan nyeri otot pada betis, serta mata tampak merah atau kekuning-kuningan. Jika tidak segera tertangani, penderita penyakit tersebut bisa meninggal dunia.
Hingga 2 Mei 2013, masih terdapat 25 penderita yang dirawat di RSUD Sampang, 2 penderita di ICU dengan kondisi umum mulai membaik, dan ditemukan 2 kasus pos RDT (ikterik) di RSUD, serta ditemukan 2 kasus pos RDT di Puskesmas Kemuning.
Sehubungan kejadian penyakit Leptospirosis di Kab Sampang tersebut, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, memberikan tanggapan melalui pesan elektronik kepada Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenkes RI (4/5).
menyampaikan bahwa telah terjadi beberapa kali banjir di kali Kemuning di Kab. Sampang selama periode Maret sampai minggu pertama April 2013. Saat banjir pertama kali, tim Ditjen P2PL/Balai Besar Teknis Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya dan Dinkes Provinsi Jawa Timur telah memberikan bantuan teknis dan logistik pada 10-11 Maret 2013.
Selain itu, tim DitJen P2PL dari Jakarta dan BBTKLPP (UPT Ditjen P2PL) sejak 1 Mei telah berada di Sampang dengan membawa bantuan logistik. Selanjutnya Ditjen P2PL bersama tim Dinas Kesehatan setempat melakukan pengumpulan data vektor dan lingkungan dalam rangka analisis sumber penularan serta potensi penyebaran lebih lanjut, yaitu dengan melakukan pelacakan kasus dan penyisiran dari rumah ke rumah, pengambilan spesimen serologi pasien dan pengambilan spesimen air di rumah kasus Leptospirosis, pemasangan perangkap tikus di wilayah PKM Banyuanyar dan Kemuning, jelas Prof. Tjandra.
Lebih lanjut, Prof Tjandra mengungkapkan, tim P2PL dan Dinas Kesehatan akan melanjutkan Penyelidikan Epidemiologis (PE), dengan pengambilan spesimen rodent, spraying klorinasi di lingkungan genangan air, pasar dan sampah, sosialisasi penanganan Leptospirosis pada tikus.
Sementara itu, Pemerintah Kab Sampang telah melakukan langkah-langkah pengendalian kasus antara lain, pembentukan tim penangulangan KLB Leptospirosis, meningkatkan PE, deteksi dini, penemuan kasus, kegiatan gerakan kebersihan, diantaranya di kali Kemuning dan pasar Sri Mangunan, ujar Dirjen P2PL.
Untuk langkah antisipasi kasus baru, telah dikumpulkan tenaga kesehatan setempat, semua kasus panas di wilayah banjir di 3 kecamatan harus diwaspadai dan ditangani ketat sesuai prosedur yang telah dibuat oleh DitJen P2PL. Kegiatan penyelidikan epidemiologis (PE) akan terus dilakukan sampai dengan dua kali masa inkubasi. Masa inkubasi Leptospirosis 2-30 hari, rata- rata 7-10 hari.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.depkes.go.id dan alamat e-mail [email protected].