Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Dirjen P2PL) Kemenkes RI Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCE, melalui surat elektronik kepada Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenkes RI, pada (31/8). Prof. Tjandra menyampaikan laporan hasil laboratorium dari Hongkong mengenai Virus Influenza A H7N7.
Berdasarkan laporan dari laboratorium di Hongkong, Virus Influenza A H7N7 merupakan subtype virus influenza yang mempunyai dua strain, low pathogenic dan high pathogenic. Virus ini dapat menginfeksi manusia, burung, babi, dan kuda liar.
Virus Influenza A H7N7 tercatat menjadi penyebab Kejadian Luar Biasa (KLB) pada unggas di Australia (1976). Selanjutnya ditemukan di Jerman dan Inggris (1979), kemudian terjadi KLB lagi di Australia tahun 1985 dan tahun 2003 di Belanda. Pada bulan Agustus 2013, tim peneliti dari University of Hongkong menemukan virus baru jenis H7 lainnya pada unggas di China (semua kasus ditemukan pada unggas).
Merujuk pada kejadian infeksi H7N7 pada manusia di Belanda pada tahun 2003, tercatat 89 orang dikonfirmasi positif terinfeksi virus ini dengan 1 kematian. Angka kematian infeksi virus ini pada manusia adalah 1,1%, lebih kecil dibandingkan dengan infeksi H5N1 yang menyebabkan kematian 59,3%.
Namun sampai saat ini belum ada kasus infeksi H7N7 pada unggas di Indonesia. Negara-negara yang melaporkan kasus infeksi H7N7 pada unggas adalah Australia, Jerman, England, Belanda, China, dan Spanyol.
Indonesia telah melakukan beberapa upaya dalam mengantisipasi masuknya penyakit dari negara lain. Antisipasi menyebaran virus influenza dilakukan baik dari sisi hewan dan manusia.
Dari sisi hewan, upaya yang dilakukan antara lain, dengan melakukan survei rutin unggas di peternakan dan pasar unggas. Selanjutnya dengan melakukan kewaspadaan bila terdapat unggas sakit/mati mendadak, khususnya yang terjadi secara massal. Pada kejadian seperti ini, akan langsung dilakukan pemeriksaan cepat (rapid test). Kemudian bila diperlukan, yaitu dapat melarang masuknya unggas dan produk unggas yang berasal dari negara terjangkit, tindakan ini tentunya diambil dengan pertimbangan epidemiologi.
Dari sisi manusia, upaya yang dilakukan adalah penyebarluasan informasi tentang penyakit influenza kepada masyarakat dan promosi kesehatan agar masyarakat dapat secara mandiri melakukan pencegahan penularan melalui Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), antara lain dengan cuci tangan pakai sabun, menutup mulut dan hidung saat bersin dengan sapu tangan/tissue/bagian dalam lengan baju.
Selanjutnya kewaspadaan dini adanya kasus pada manusia, dilakukan melalui surveilans penyakit mirip influenza (ILI-influenza like illness), surveilans pneumonia, dan pengamatan orang yang masuk di pintu masuk negara. Semua kegiatan ini dilakukan dengan tujuan pencegahan penularan dan penemuan kasus secara dini.
Selain itu dengan pengamatan ketat pada orang yang kontak dengan unggas yang sakit/mati mendadak, dipastikan apakah orang ini kemudian terinfeksi atau tidak, perlu diberikan obat untuk pencegahan (profilaksis) bila diketahui mengalami gejala seperti influenza selama masa pengamatan. Upaya antisipasi lainnya yang diperlukan dalam penanganan kasus tersebut, perlu adanya penyediaan Rumah Sakit, obat, alat kesehatan, dan logistik lainnya.
Menurut Dirjen P2PL, sampai saat ini Indonesia terus memantau perkembangan setiap penyakit di dunia, termasuk influenza. Upaya rutin yang dilakukan telah diuraikan di atas. Selain itu, Indonesia juga melakukan komunikasi intensif dengan WHO dalam updating informasi dan konsultasi.
Dirjen P2PL menambahkan, bahwa Virus H7N7 ini adalah penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia (zoonotic), maka upaya pengendalian penyebaran penyakit yang utama adalah pengendalian infeksi pada hewan, dalam hal ini terutama unggas. Tindakan pada unggas dapat berupa pencegahan dengan pemberian vaksin, pembatasan distribusi unggas dan produk unggas, menjaga hygiene-sanitasi kandang. Upaya lain adalah pemusnahan pada unggas terinfeksi.
Bila ditemukan infeksi pada manusia (penularan dari unggas ke manusia), maka dilakukan tatalaksana kasus (pengobatan) serta pencegahan penularan.
Asal virus H7N7 dan sejarahnya adalah Virus influenza A H7N7 merupakan subtype virus influenza dari genus Orthomyxovirus. Seperti kita ketahui, virus influenza ditandai dengan protein hemagglutinin (H) dan protein neuraminidase (N). Virus ini memiliki 17 protein hemagglutinin dan 10 protein neuraminidase. Komposisi protein H dan N inilah yang membentuk berbagai subtype virus, seperti H5N1, H7NN9, H7N7, dll.
Masing-masing subtype virus memiliki karakteristik sifat tertentu. Ada yang dapat menginfeksi manusia dan hewan, ada yang hanya menginfeksi hewan. Ada yang bersifat low pathogenic, ada yang high pathogenic.
Tidak mudah memusnahkan secara total virus H7N7. Karena sejak ditemukannya kasus infeksi pada unggas di beberapa Negara dari tahun 1976 sampai sekarang maka kasus masih mungkin muncul. Tidak mudah dan dapat dikatakan tidak mungkin melakukan pemusnahan virus yang reservoirnya (tempat hidup dan memperbanyak diri) ada pada hewan.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.depkes.go.id dan alamat e-mail kontak@depkes.go.id.