Jakarta, 26 Mei 2015
Penyakit akibat gangguan tiroid merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang berpotensi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lima kondisi akibat gangguan fungsi tiroid meliputi kanker tiroid, auto-imun, gangguan kesuburan, depresi, dan defisiensi iodium.
Salah satu gangguan tiroid yang berdampak berat bagi individu, keluarga, masyarakat dan pemerintah adalah hipotiroid kongenital. Kekurangan hormon yang dialami bayi sejak lahir ini dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan, perkembangan dan keterbelakangan mental. Gangguan tumbuh kembang ini akan berakibat peningkatan angka morbiditas, mortalitas, disabilitas, beban psikososial dan kerugian ekonomi.
“Bila tidak dilakukan intervensi, diperkirakan pada 16-26 tahun mendatang sekitar 24.000 – 39.000 penduduk Indonesia berpotensi menyandang keterbelakangan mental. Kerugian yang harus ditanggung negara diperkirakan mencapai 5.000 – 8.000 triliyun rupiah, dengan asumsi bahwa setiap tahunnya negara merugi sebesar 309 triliyun”, kata drg. Tritarayati dalam sambutan Menkes saat membuka Seminar Publik pada Pekan Peduli Tiroid Internasional 2015, di Jakarta (26/5).
Berdasarkan hasil pemeriksaan skrining hipotiroid kongenital (SHK) dari tahun 2000 – 2014 di beberapa lokasi terpilih di Indonesia, ditemukan kasus positif dengan proporsi sebesar 0,4 per 1,000 bayi baru lahir. Untuk itu perlu upaya sungguh-sungguh untuk mendapatkan data lain terkait gangguan tiroid di Indonesia. SHK telah menjadi standar pelayanan bagi semua bayi baru lahir yang tertuang dalam Permenkes No. 25 Tahun 2014 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Anak dan Permenkes No. 78 Tahun 2014 tentang Skrining Hipotiroid Kongenital. Pada tahun 2015, SHK akan diimplementasikan di 19 provinsi dan diharapkan pada tahun 2016 seluruh provinsi di tanah air telah diperkenalkan dan melakukan pelayanan SHK.
Penyakit akibat gangguan tiroid sesungguhnya dapat dideteksi 3 hari sejak bayi baru lahir. Bagi bayi yang positif mengalami penyakit akibat gangguan tiroid dapat dilakukan intervensi dini berupa sulih hormon. Hal ini dapat menjadikan anak tumbuh dan berkembang secara normal sesuai potensinya
Kekurangan Iodium atau GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium GAKI) juga berdampak pada penyakit akibat gangguan tiroid. Hasil survey nasional pemetaan GAKI tahun 1998, menemukan prevalensi gondok endemik pada anak SD sebesar 9,8% yang dinilai sebagai masalah kesehatan masyarakat. Untuk menanggulangi masalah ini, sejak tiga dekade lalu Pemerintah secara intensif telah melakukan implementasi kebijakan iodisasi garam dan penyuntikan lipiodol. Hingga saat ini distribusi garam beriodium telah tersebar secara merata di seluruh tanah air.
Pekan Peduli Tiroid Intenational pada tahun 2015 mengangkat tema “Set yourself free from thyroid disorders” atau Cegah Dirimu dari Gangguan Tiroid. Tema ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang mengutamakan upaya promotif-preventif dalam penanggulangan masalah kesehatan masyarakat, yang diimplementasikan bersama antara pemerintah dan seluruh komponen masyarakat.
Masyarakat dunia telah memberikan perhatian serius terhadap gangguan tiroid yang mendorong dicanangkannya Pekan Peduli Tiroid Internasional pada tahun 2009, yang diinisiasi oleh Organisasi Pemerhati Tiroid Internasional atau Thyroid Federation International. Hal ini dilakukan untuk mengingatkan seluruh masyarakat dunia terhadap pentingnya kesadaran mengenai penyakit akibat gangguan tiroid.
Diakhir sambutannya, Menkes semua pihak untuk memperkuat upaya penanggulangan gangguan tiroid di Tanah Ai. Pada kesempatan itu, Menkes menyampaikan 3 hal yang dapat dilakukan jajaran pemerintah, organisasi masyarakat dan dunia usaha untuk:
- Berpartisipasi secara aktif dalam berbagai kegiatan untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya pencegahan penyakit akibat gangguan tiroid.
- Memperkuat upaya pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat, terutama penerapan gizi seimbang bagi keluarga termasuk penggunaan garam beriodium.
- Mendorong masyarakat yang mempunyai bayi baru lahir untuk melakukan skrining hipotiroid kongenital sebagai upaya deteksi dini dan intervensi dini untuk mencegah timbulnya penyakit gangguan akibat tiroid.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.