Jakarta, 9 Agustus 2017
The Lancet Breastfeeding Series, 2016 menyatakan bahwa memberi ASI dapat menurunkan angka kematian bayi akibat infeksi sebesar 88%. Selain itu, menyusui juga berkontribusi terhadap penurunan risiko stunting, obesitas, dan penyakit kronis di masa yang akan datang.
Sebanyak 31,36% dari 37,94% anak sakit, karena tidak menerima ASI Ekslusif. Lebih jauh lagi beberapa studi menyebutkan investasi dalam upaya pencegahan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR), Stunting dan meningkatkan inisiasi menyusui dini (IMD) dan ASI Eksklusif berkontribusi dalam menurunkan risiko obesitas dan penyakit kronis.
Dirjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI dr. Anung Sugihantono, M.Kes mengatakan dukungan menyusui merupakan kunci keberhasilan pembangunan berkelanjutan.
“Bukti manfaat menyusui membantu kelangsungan hidup dan mendukung anak kita untuk tumbuh dan berkembang secara optimal sudah tidak diragukan lagi,” katanya pada sambutan Pekan ASI Sedunia 2017 di Gedung Kemenkes RI, Jakarta, Rabu (9/8).
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui, ujar dr. Anung dimulai dari faktor ibunya sendiri, suami dan keluarga, tenaga dan fasilitas kesehatan, masyarakat hingga kebijakan di berbagai level pemerintahan terkait menyusui, termasuk kebijakan yang mendukung ibu menyusui di tempat kerja.
Keberlangsungan Menyusui
Tema Pekan ASI Sedunia (PAS) tahun 2017, yakni Sustaining Breastfeeding Together. Dalam konteks Indonesia tema tersebut di adaptasi menjadi “Bekerja Bersama untuk Keberlangsungan Pemberian ASI”.
Saat ini pemerintah baik pusat maupun daerah sudah mengeluarkan beberapa kebijakan dan regulasi untuk mempromosikan, melindungi dan mendukung menyusui. Selian itu, dilakukan juga peningkatan kapasitas petugas di tingkat layanan kesehatan dan masyarakat melalui pelatihan konselor ASI dan Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA).
Namun, upaya yang sudah dilakukan ini belum cukup untuk mencapai hasil yang diharapkan tanpa dukungan dan kerjasama dari sektor terkait dan seluruh lapisan masyarakat.
“Kerja sama dan kemitraan merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan,” ujar dr. Anung.
Dalam rangka meningkatkan dukungan terhadap peningkatan cakupan ASI, terutama ASI Eksklusif, diperlukan penguatan advokasi kepada semua pemangku kepentingan terkait, baik di pemerintahan maupun mitra pembangunan termasuk organisasi masyarakat sipi. Tujuannya agar perempuan dan anak-anak mendapatkan hak nya dalam memberikan dan mendapatkan ASI.
“Saya mengajak semua pihak, pemerintah, dunia usaha dan semua lapisan masyarakat, untuk bekerjasama secara terus menerus dan berkelanjutan dalam mendukung keberhasilan menyusui,” tambah dr. Anung.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat,Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567,SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email HYPERLINK “mailto:kontak@kemkes.go.id” kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH
NIP. 196110201988031013