Jakarta, 30 Agustus 2017 – Indonesia One Health University Network (INDOHUN) Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia bekerja sama dengan Diklat Sesparlu Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dan Biro Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Kesehatan, menggelar pelatihan bertajuk Global Health Diplomacy di Hotel Le Méridien Jakarta. Pelatihan yang dilaksanakan pada 25-29 Agustus 2017 ini menyiapkan praktisi kesehatan muda untuk menghadapi krisis kesehatan global, sekaligus menjadi salah satu wujud respons terhadap isu kesehatan yang sedang merebak yaitu resistensi antibiotik. Urgensi isu resistensi antibiotik meningkat seiring dengan meningkatnya angka kejadian penyakit infeksi yang resisten terhadap penanganan obat antibiotik, seperti penyakit Tuberkulosis Resisten Obat (TBRO), yang sifatnya sangat infeksius dan sulit ditangani secara medis. Peningkatan kapasitas petugas kesehatan di berbagai tingkat dirasa perlu untuk menekan tren berbahaya ini, terutama dengan meningkatkan usaha kolaborasi antar sektor dalam menangani kasus resistensi antibiotik. Dengan menitikberatkan pada peningkatan kemampuan negosiasi dan diplomasi kesehatan, acara ini merupakan pelatihan diplomasi pertama yang mengusung tema kesehatan di Indonesia.
Peserta pelatihan ini merupakan tiga puluh praktisi muda berlatar belakang kesehatan yang telah menempati posisi strategis di berbagai institusi, termasuk 3 orang staf dari BKSLN Kemkes. Mereka dilatih langsung oleh tokoh diplomasi dan hubungan bilateral, khususnya di bidang kesehatan. Sebut saja Prof. dr. Adik Wibowo, M.PH, Ph.D, sosok akademisi yang pernah menjabat sebagai Representatif Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk Nepal dan Myanmar; Dr. Makarim Wibisono, mantan Duta Besar Republik Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa periode 2004-2007. Selain itu, segenap akademisi dari Universitas Indonesia menghadiri pelatihan ini, termasuk Prof. drh. Wiku Adisasmito, M.Sc, Ph.D yang juga menjabat sebagai Koordinator INDOHUN dan Acep Somantri, Karo BKSLN Kemkes
Pelatihan Global Health Diplomacy dimulai dengan materi dan diskusi mengenai urgensi keamanan kesehatan secara global serta hubungannya dengan resistensi antibiotik. Peserta diperkenalkan dengan forum diplomasi global untuk lebih memahami peran kesehatan dan non-kesehatan dalam mewujudkan ketahanan nasional dan internasional. Selain itu, peserta mempraktikkan simulasi pertemuan darurat anggota Association of South East Asian Nations (ASEAN) selama 3 hari berturut-turut.
Dengan memberikan pelatihan yang bersifat teknis kebijakan, diharapkan kemampuan soft skill peserta berdiplomasi dalam konteks kesehatan dapat meningkat. Dengan pelatihan ini pula, diharapkan peserta dapat lebih percaya diri dalam membangun kerjasama di tingkat lokal, dan ke depannya dapat meningkatkan peran Indonesia dalam konteks kebijakan kesehatan di kancah internasional.