Jakarta 9 Oktober 2017
Data FAO menunjukkan, dari 723 juta orang yang menderita kelaparan kronis, sekitar 490 juta tinggal di kawasan Asia Pasifik. Tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa kawasan Asia Pasifik menjadi tempat tinggal bagi sebagian besar orang-orang kurang gizi di dunia.
Sebagai wilayah terpadat di dunia, negara-negara di Asia Pasifik selain berjuang memerangi kekurangan gizi bagi penduduknya juga harus mengatasi deforestasi hutan, polusi udara, dan meningkatnya emisi gas rumah kaca.
Oleh karena itu, mewujudkan sistem pangan berkelanjutan menjadi kebutuhan yang tidak terhindarkan untuk mencapai tujuan bagi pembangunan yang berkelanjutan.
“Pangan itu selain terkait faktor ekonomi juga kesehatan. Tanggung jawab dari sisi kesehatan ini cukup berat,” ungkap Menteri Kesehatan Nila F Moeloek di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Senin (9/10).
Melihat pesatnya pembangunan di Asia Pasifik yang berdampak terhadap ketahanan pangan tersebut, pemerintah akan menggelar Asia Pacific Food Forum (APFF) di Jakarta pada 30-31 Oktober 2017.
Forum ini, lanjut Menteri Nila Moeloek, bertujuan untuk menciptakan kesempatan mobilisasi pemimpin dan pemerintah, dunia bisnis, akademisi, dan masyarakat sipil untuk menghadapi tantangan dalam mengatasi kekurangan gizi serta ketahanan pangan.
“Selama ini kalau kita bicara ketahanan pangan selalu terbayang makanan yang terbuang. Sisi malanutrisi tidak terpikirkan. Kami akan menyuarakan hal ini dalam forum itu nanti,” ujar Nila Moeloek.
Kasus penduduk yang mengalami gizi kurang di Indonesia prevalensinya mencapai sekitar 17,8%. Sementara penduduk yang mengalami stunting sekitar 27,5% pada 2016.
“Ke depan kami akan berupaya untuk menguranginya. Orang yang mengalami stunting akan kami kurangi menjadi 20%. Stunting bukan sekadar soal makanan tetapi menyangkut ketidaktahuan dalam memilih makanan yang baik,” ungkap Nila Moeloek.
Lewat forum ini, menurut Nila Moeloek, diharapkan ada penyampaian hasil riset, pertukaran gagasan skala regional maupun global untuk penyediaan pangan bergizi dan berkelanjutan.
“Peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap isi piring mereka menjadi keharusan. Berubahnya gaya hidup dan meningkatnya tren penyakit tidak menular adalah bukti bahwa ada yang keliru dalam kebiasaan makan dan pengetahuan akan apa yang dikonsumsi,” lanjut Menkes.
Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri Kemenkes Acep Somantri menambahkan peserta yang mengikuti APFF 2017 sekitar 500 orang dari negara-negara Asia Pasifik.
“Forum ini sudah digelar di tingkat global sebanyak empat kali di Stockholm. Indonesia menjadi negara pertama di kawasan Asia Pasifik,” kata Acep.
Forum yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan dan EAT Foundation tersebut akan membahas tema Transformasi Sistem Pangan Global untuk Memberi Makan 9 Miliar Penduduk Bumi Secara Sehat dan Ramah Lingkungan Sampai Tahun 2050.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat,Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemenkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH