Lombok, 12 Agustus 2018
Korban terluka akibat gempa di Pulau Lombok mencapai ribuan, data dari Dinas Kesehatan Provinsi NTB korban luka berat dan ringan mencapai 5.920 orang sementara yang meninggal mencapai 377 jiwa. Dengan jumlah korban tersebut, segala upaya di bidang kesehatan terus dimaksimalkan, termasuk disediakannya rumah sakit terapung Ksatria Airlangga di Pelabuhan Bangsal, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara.
RS terapung itu berupa kapal pesiar yang didesain menjadi rumah sakit terapung yang merupakan bantuan dari Alumni Universitas Airlangga, Jawa Timur. Di dalamnya terdapat 2 ruang bedah dan beberapa ruang medis.
Pada Selasa (7/8), RS terapung itu mulai berlayar dari Pelabuhan Rakyat Kalimas, Surabaya menuju Pelabuhan Bangsal. Namun terjadi keterlambatan karena tidak mendapatkan izin berlayar, sementara pihak RS terapung harus pergi menuju Lombok menolong para korban bencana.
Direktur RS Terapung Airlangga, dr. Agus Haryanto mengaku kapal tersebut tidak mendapatkan izin berlayar dari syahbandar Surabaya. Namun ia dan rekan lainnya kekeh harus berlayar ke Lombok, sehingga akhirnya harus membuat surat penyataan.
“Kami sebenarnya datang terlambat karena tidak dapat izin berlayar, tapi kita jujur nekad berlayar karena ketetapan dari syahbandar yang tidak memberi izin,” kata dr. Agus, saat dikunjungi Sekretaris Jenderal, Kementerian Kesehatan RI, dr. Untung Suseno Sutarjo, Minggu (12/8).
Karena mereka nekad, akhirnya syahbandar Surabaya meminta pihak RS terapung untuk membuat surat pernyataan yang isinya bila terjadi sesuatu di laut bukanlah tanggungjawab Syahbandar.
“Kalau terjadi sesuatu apapun di laut itu tanggunjawab kapten Kapal. Jadi kami tanda tangan, jadi jangan nuntut kalau terjadi apa-apa,” jelas Agus menjelaskan isi surat pernyataan itu.
Namun demikian, walaupun Agus dan rekannya sudah mengantongi surat pernyataan, mereka hanya diperbolehkan berlayar sampai Probolinggo. Untuk mensiasatinya, mereka berlabuh di Pelabuhan Perikanan di sana selama 12 jam dan pada pukul 2 pagi barulah mereka kembali berlayar hingga tiba di Pelabuhan Bangsal pada pagi harinya.
“Kita baru hari ini pelayanan, kalau tidak salah ada tiga pasien, operasi fraktur satu orang, dan dua orang lagi trauma pada ujung jari. Sampai hari ini baru 3 orang,” kata dr. Agus.
Meskipun tindakan operasi dilakukan di dalam kapal, dr. Agus menekankan SOP tetap dilakukan, sterilisasi, menggunakan perlatan lengkap seperti masker dan sarung tangan saat bertugas tetap diutamakan.
Dr. Agus mengucapkan terima kasih kepada rekan satu timnya di RS Terapung Ksatria Airlangga atas kebersediaannya menolong korban bencana gempa bumi di Lombok. Ia berharap keberadaan RS terapung itu bisa menolong banyak korban di sana.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (D2)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM