Makkah, 21 Agustus 2019.
Mulai hari ini (21/8) hingga 6 September 2019 mendatang, sebanyak 300 kloter secara bertahap akan berpindah dari Kota Makkah ke Kota Madinah. Bagi jemaah haji gelombang kedua yang akan kembali ke tanah air melalui Madinah, mesti memperhatikan beberapa hal agar kesehatannya tetap terjaga sehingga dapat beribadah dengan nyaman.
Pertama, wajib mengenali situasi Kota Madinah. Suhu rata-rata di Madinah sedikit lebih panas dibandingkan Makkah. Terutama di sore hari. Kelembabannya juga rendah. Maka dari itu jemaah dianjurkan untuk selalu menggunakan alat pelindung diri (APD) jika beraktivitas di luar hotel.
“Yang penting pakai payungnya, bawa semprotan, pake masker, bawa bekal, dan sendalnya disimpan di tas gendong jangan titipkan ke orang lain” kata Iman Kastubi, anggota Tim Promotif Preventif (TPP) Kemenkes.
Kedua, perhatikan kondisi tubuh. Setelah sekitar satu bulan lamanya berada di Makkah untuk melaksanakan rukun dan wajib haji di Armuzna, prosesi ibadah tersebut telah menguras tenaga jemaah. Meski begitu, masih banyak juga jemaah yang melanjutkan dengan aktivitas yang kurang perlu dan berlebihan. Akibatnya banyak jemaah yang mengalami kesakitan dan kematian akibat kelelahan. Untuk itu jemaah diimbau agar mengurangi aktivitas ibadah sunnah yang berulang kali, ziarah atau sering berbelanja.
“Jaga kondisi fisik, istirahat cukup, makan yang cukup, sering minum agar tidak kekurangan cairan,” tambah Iman.
Berikutnya jemaah haji agar lebih peduli dengan anggota kloternya. Data menunjukkan sejumlah jemaah haji ada jemaah yang meninggal di pondokan/hotel, bahkan ada yang tanpa diketahui sesama anggota kloternya. Selain itu beberapa jemaah ada yang mulai mengalami kejenuhan dan kerinduan kepada keluarganya, ingin segera pulang ke tanah air. Oleh sebab itu beri perhatian kepada teman sekamarnya. Saling memberi hiburan, mengajak makan atau beribadah bersama-sama.
Perjalanan menuju Madinah dengan bus akan ditempuh dalam waktu 5-6 jam. Guna menghindari rasa pegal atau kesemutan, jemaah dianjurkan untuk melakukan peregangan dalam bus setiap dua jam sekali. Caranya dengan menggerakkan jemari, kepala dan kaki ke kiri dan kanan dalam delapan hitungan. Gerakan peregangan bisa dilakukan sambil duduk. Peregangan seperti ini juga bisa dilakukan di pesawat saat perjalanan menuju tanah air. Dengan peregangan ini, aliran darah akan lebih lancar dan tubuh akan terasa lebih segar.
Setibanya di Madinah jemaah haji agar menghapalkan nama atau nomor hotelnya. Ketahui nomor pintu masuk Masjid Nabawi, keluar juga dari pintu yang sama. Apabila lupa atau butuh bantuan lainnya, dapat mencari petugas di sektor khusus di Masjid Nabawi yang letaknya di pintu 21. Usahakan juga untuk selalu pergi bersama-sama regu atau rombongannya. Jemaah lansia jangan sampai ditinggalkan.
“Jika tidak mampu [beribadah di Nabawi] jangan paksakan diri. Yang tahu kondisi kesehatannya adalah ibu/bapak sendiri,” ujar dr. Nia, anggota TPP lainnya.
Di Madinah, jemaah haji akan bertemu dengan jutaan jemaah dari negara lain. Perkumpulan orang ini berisiko saling menularkan penyakit, khususnya penyakit yang menjadi perhatian dunia yakni MERS-CoV. Penyakit saluran pernapasan ini hanya ditemukan di kawasan timur tengah. Akan tetapi berisiko akan terbawa ke Indonesia melalui jemaah haji yang tertular di Arab Saudi. Salah satu cara pencegahannya dengan disiplin menggunakan masker. Jangan lupa pula untuk rajin mencuci tangan pakai sabun.
Saat kembali ke Indonesia, di bandara debarkasi, jemaah akan melalui thermal scanner (pemindai suhu tubuh). Jika didapati suhu tubuh seseorang di atas 38 derajat celsius, ia akan diperiksa dan diobservasi oleh petugas terlebih dulu sebelum keluar bandara. Jemaah dengan kondisi tersebut dicurigai terkena penyakit menular dari Arab Saudi. Berdasarkan pengalaman, suhu tubuh tinggi tidak selalu karena mengidap penyakit tetapi bisa juga akibat kekurangan cairan atau mengalami dehidrasi.
“Sering minum selama dalam pesawat agar suhu tubuh tidak meningkat,” pesan Nia.
Di bandara, jemaah haji akan menerima Kartu Kewaspadaan Kesehatan Jemaah Haji (K3JH). K3JH merupakan kartu yang diisi oleh jemaah haji untuk mencatat gejala-gejala penyakit yang mungkin timbul selama 21 hari setelah pulang menunaikan ibadah haji. Gejala itu diantaranya sakit demam, batuk, sesak napas, diare, perdarahan dan kaku kuduk. Saat menerimanya, jemaah tidak perlu bingung, langsung masukan K3JH ke tas paspor dan jangan sampai hilang. Kartu tersebut berguna untuk memantau status kesehatan jemaah haji selama 21 hari pasca kedatangan dari tanah haram oleh tenaga kesehatan di puskesmas terdekat. Bilamana dalam 21 hari jemaah haji mengalami gangguan kesehatan silakan berobat ke puskesmas terdekat dengan membawa K3JH. Kalaupun tetap sehat, kembalikan K3JH ke puskesmas setelah hari ke-21.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (AM).
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM.