Madinah, 3 Agustus 2017
Oleh: Prawito
Siapapun dia, kalau memakai baju seragam petugas haji dan ada lambang merah putih wajib tahu semua, kalau ada jemaah haji yang bertanya. Mulai dari penginapan, penjual makanan rasa Indonesia, aktifkan handphon, tempat ziarah, termasuk kalau tersesat menjadi satu-satu tempat bertanya, bahkan jemaah merasa nyaman, bila sudah bertemu petugas Indonesia. Mereka sudah merasa bertemu saudara sendiri.
Suatu hari, akan melakukan penyuluhan di Kloter JKS 13, Jawa Barat. Kloter ini pondokannya di Hotel Fairus, maka pagi itu, semua personel sudah siap tempur, hanya saja sopir masih bingung dengan alamat hotel. Ia coba cari tahu dengan bertanya sesama sopir, tak ada yang tahu, buka google, mbah google yang biasa sok tahu, juga ngak tahu, wah ini luar biasa. Kemudian, M. Latu, komandan Tim Promotif dan Preventif, minta dokter Neneng, Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) yang menginap di pondokan tersebut untuk mengirim foto papan nama hotel.
Dalam perjalanan, alamat itu tak ketemu, belum jelas tepat dimana, berdua Latu, kita diturunkan dari mobil jemputan. Cari-cari, tanya-tanya, sana-sini, dengan modal bahasa tarsan. Maklum semua tulisan arab gundul, ngak bisa baca. Jangankan arab gundul, arab godrong aja belum lempeng, kata Latu, berseloroh….
Ditengah kebingungan, tanya sana-sini, tiba tiba datang jemaah haji, kakek-kakek, Ia berjalan mendekat, dari kejauhan juga sudah tampak bingung. Akhirnya, kami dekati, dan ternyata benar tebakannya “sama bingung” cari alamat pondokan.
Ada arab, melihat kita bingung, Ia datang, saya kasih alamat dari kiriman foto papan nama, langsung menunjuk arah yang saya pahami. Kemudian bertiga, saya, Latu dan jemaah yang bingung tadi, mencari Fairus Hotel. Kurang lebih 500 meter perjalanan, bertemu petugas haji yang sedang membawa jemaah bingung. Ia Nenek dari kloter JKS 13, akhirnya tukaran jemaah. Mereka mengantar jemaah asal Ujung Pandang, saya membawa jemaah Jakarta. Mondar-mandir, tanya sana sini, baru ketemu, ternyata, Hotel Fairus itu depannya kecil “Nyempil”, ketutup toko-toko pakaian dan perhiasan, Alhamdulillah….
Memang, musim haji biasa banyak jemaah dan petugas sama bingungnya. Bagaimana ngak bingung, semua sama-sama baru, baru tahu, baru lihat, baru datang. Jadi petugas dan jemaahnya sama barunya. Sekalipun demikian, endingnya sama sama ketemu. Nah, disitu hikmahnya, happy ending.
Akhirnya, saya dapat mempertemukan jemaah yang tersesat tadi dengan kelompoknya. “Dok, ini jemaahnya JKS 13, tadi tersesat ketika hendak pulang ke pondokan dari masjid Nabawi, ya pak, terima kasih jawabnya. Tapi, dokter Neneng itu tampak ragu dan bingung, karena marasa tidak mengenali jemaah tersebut. Setelah dicek gelang benar, JKS 13, nah bingung lagi tuh dokter.
Sambil tiduran, nenek tadi, karena belum makan dari pagi, padahal ketemu petugas habis dzuhur. Nek, rumahnya mana di Indonesia, Poandok labu pak, katanya. Wah ini berarti bukan Jawa Barat, pasti ini JKG, Jakarta dan Embarkasi pondok Gede. Ternyata benar, Yah, namanya manusia pasti ada saja salah, apalagi menulis ribuan gelang jemaah haji, maklum.
Bingung ketemu bingung, sama dengan tidak bingung, begitu bukan hasil kesimpulan cerita di atas Nah, dalam hidup juga begitu. Orang susah minta tolong sama orang susah, bagaimana sikap yang dimintai tolong ? Boleh jadi Dia akan berkata, ngak salah nich, minta tolong sesama orang susah ? Kalau dari kaca mata manusia, bisa jadi begitu. Tapi, dari kaca mata pemiliki kehidupan, Allah SWT, tidak seperti itu. “Jika, kamu menolong orang lain, sebenarnya kamu sedang menolong dirimu sendiri, sebaliknya jika kamu tak mau menolong orang lain, sebenarnya kami sedang tidak mau menolong dirimu sendiri”,
Nah, siapa yang ingin di tolong oleh Allah, melalui orang lain, maka tolonglah orang lain, sekalipun kamu sama-sama butuh, sama-sama bingung, sama-sama susah, mungkin malah lebih susah. Menolong orang susah, disaat kita berkelebihan, itu mah biasa. Tapi menolong orang susah, padahal dirinya itu lebih susah, ini baru luar biasa.
Jadi, kalau ingin mendapat pertolongan Allah, maka tolonglah orang lain, sekalipun orang lain itu belum tentu membalas pertolonganmu. Boleh jadi, Allah akan membalasnya dari orang lain yang Allah gerakkan. Tapi, jangan menolong karena ingin memperoleh balasan pertolongan, sebab nanti akan komplain, gerutu dan kecewa, ngak ada orang lain yang menolongnya, begitu merasa susah.
Jadi, menolonglah karena Allah, pasti akan ada balasanya. Kapan, apa dan dimana hanya Allah yang lebih tahu, kapan yang paling tepat membalas hambaNya dengan balasan yang lebih baik. Bersambung….