oleh: Prawito
Oman Kusyaman (54) PNS SMP 1 Sela Jambe Kuningan Jawa Barat, menunggu istri yang sedang sakit lambung selama 21 hari di Arab Saudi. Ketika tiba di Madinah Dia sangat kepingin menunaikan shalat di masjid Nabawi, sebab sehari lagi pulang ke tanah air.
Sama halnya dengan Sukardi (68) Mojokerto, Jawa Timur juga menunggu istri yang menderita sakit diabet di rumah sakit Arab Saudi. Ketika di Madinah, Ia juga berdoa sangat ingin menunaikan shalat di masjid Nabawi, sebelum pulang ke tanah air.
Keduanya tak pernah lupa untuk berdoa setiap kali selesai shalat 5 waktu, mohon agar dapat menunaikan shalat sekali saja di masjid Nabawi, sebelum pulang ke tanah air. Sehari menjelang pulang doanya terkabul.
Entah bagaimana, tiba tiba ada petugas kesehatan dari tim promotif dan preventif (TPP), Arsyad ngajak ngobrol kedua jemaah yang sedang merindukan masjid Nabawi. Dalam obrolan itu, keduanya tak sengaja ditanya oleh Arsyad anggota tim TPP itu, apakah sudah pernah ke Nabawi, selama menunggu istri di Klinik Kesehatan haji Indonesia di Madinah ?
Belum jawab mereka kompak, kalau begitu nanti ikut rombongan bersama saya ke masjid Nabawi, sekaligus penyuluhan, kata Arsyad.
Singkat cerita berangkatlah mereka bersama rombongan TPP, kebetulan tempat Arsyad penyuluhan agak jauh dengan masjid Nabawi, kebetulan tempat saya yang paling dekat dengan Nabawi. Akhirnya mereka bersama saya, setelah selesai penyuluhan mereka saya ajak ke Nabawi.
Dalam perjalanan menuju Nabawi dengan jalan kaki, kedua kakek itu gembira sekali, berkali kali menanyakan banyak hal, saya berusaha menjawab yang saya tahu. Bila tidak tahu saya juga berterus terang mengatakan tidak tahu.
Ketika melihat payung di pelataran Nabawi, mereka berhenti sejenak, takjub dan berulang mengucapkan subhanallah, alhamdulillah. Tak berapa lama kemudian azan shalat ashar berkumandang, kemudian mereka saya ajak masuk masjid dekat dengan raudah.
Sekali lagi, kedua kakek itu bahagia sekali. Seandainya istriku ikut menyaksikan masjid Rasulullah ini tentu akan bahagia sekali. Sayang, istriku tak dapat menyaksikannya, karena sedang di uji sakit dan tak bisa kemana mana. Ya…Allah, segera sembuhkan istriku, doa lirih kedua kakek itu, seusai shalat di Nabawi.
Selanjutnya kedua kakek itu, saya antar mendekat ke raudah, tempat mustajab untuk berdoa di Masjid Nabawi. ” Itu kek, yang namanya raudah, yang berkarpet hijau, sambil saya tunjuk dari kejauhan. Ya…penuh baget jemaah yang berdoa, kata kakek itu. Betul, ngak pernah kosong, siang malam, kata saya.
Tak seberapa lama, dari kejauhan ada seseorang yang mengejar mengikuti kami bertiga, ternyata dia adalah perawat yang kenal dengan kakek itu, kaget dengan siapa bisa ke masjid Nabawi, karena sebelumnya masih menunggu istrinya dirawat di Makkah.
Setelah itu, mereka saya ajak pulang ke KKHI kembali, karena sudah menjelang magrib.
Terima kasih ya mas, sudah bantu kami orang tua melihat dan shalat di Masjid Nabawi, sekali lagi terima kasih, sama sama kek, jawab saya. Selamat istirahat, agar besuk waktu pulang badan sehat dan segar, selamat jalan, selamat sampai tanah air, kata saya mengakhiri perjumpaan. Bersambung….